Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Athar Farha
Foto Imajinari (Instagram/ imajinari.id)

Kalau Sobat Yoursay salah satu penonton yang sudah mulai bosan dengan pola film Indonesia yang "gitu-gitu saja", mungkin kamu perlu mulai lebih memperhatikan apa yang sedang dilakukan rumah produksi Imajinari. Ya, studio di balik Film Jatuh Cinta Seperti di Film-Film, yang sukses mencuri perhatian berkat pendekatan cerita dan gaya visual yang unik, berani tampil beda, tapi juga tetap mengena.

Dan kabar baiknya? Imajinari belum mau berhenti bikin kejutan. Malah, mereka baru saja ngasih bocoran soal dua genre film yang sedang mereka siapkan, dan keduanya terbilang jarang disentuh sama Imajinari secara serius di industri perfilman Indonesia. 

Memang, tahun ini bisa dibilang tahun produktif Imajinari. Mereka punya beberapa judul yang tengah dikembangkan atau sudah siap tayang. Mulai dari dark comedy 'Tinggal Meninggal', hingga film komedi 'Lupa Daratan' yang jadi ajang comeback Ernest Prakasa sebagai sutradara setelah sekian lama. Buat Sobat Yoursay yang masih terbawa euforia ‘Agak Laen’, ini mungkin jadi tontonan yang wajib ditunggu.

Nggak cuma itu, Imajinari juga ikut berperan sebagai co-producer dalam dua film yang cukup menarik perhatian: 'Sore: Istri Dari Masa Depan' dan 'Rangga & Cinta'. Sementara di ranah series, mereka baru saja menyelesaikan season ketiga dari ‘Nurut Apa Kata Mama’. Catatan emosional dari series ini terkait penampilan terakhir Almarhum Gusti Irwan Wibowo, dan produksinya selesai hanya beberapa hari sebelum beliau meninggal dunia.

Dalam podcast Cine Crib, Ernest Prakasa (si komika, sutradara, juga produser) membocorkan sedikit soal rencana-rencana ke depan Imajinari. Salah satunya,mereka akan masuk ke genre horor. Namun, jangan buru-buru membayangkan horor dengan efek suara "sreeeekkkk" dan tokoh hantu dengan wajah putih pucat. Imajinari sepertinya punya misi khusus.

Menurut Ernest, membuat film horor nggak cuma soal menakut-nakuti penonton. Dia ingin tetap mempertahankan gaya Imajinari yang berani dan punya sudut pandang unik. Dan tentu saja, dia nggak mau asal bikin demi keuntungan instan. "Gue nggak mau bikin film horor cuma buat dapat duit, tapi nggak ada jiwanya," begitu kira-kira maksudnya.

Sayangnya, detail soal film horor ini masih dirahasiakan. Belum ada judul, belum ada nama sutradara atau pemain. Tapi mengingat track record Imajinari, kita patut berharap film ini bakal jadi sesuatu yang berbeda.

Nah, kalau untuk proyek musikalnya, justru sedikit lebih jelas. Film musikal Imajinari akan berjudul 'Operasi Pesta Pora'. Yang bikin tambah menarik, proyek ini akan disutradarai Edy Khemod, drummer dari band rock, Seringai.

Meski ini akan jadi debut penyutradaraannya dalam film layar lebar, Edy bukan nama baru di industri kreatif. Dia sudah lama berkecimpung sebagai creative director untuk berbagai konser dan event besar. Jadi, pengalaman mengatur narasi, visual, dan energi dalam skala besar bukan hal baru baginya. Imajinari sendiri tampaknya sadar, untuk menghidupkan film musikal yang kuat dibutuhkan sosok yang bisa meramu pengalaman audiovisual dengan jeli. Edy bisa jadi jawabannya.

Belum banyak yang diungkap soal cerita 'Operasi Pesta Pora', tapi dari judulnya saja sudah terdengar seru! Kombinasi kata "operasi" dan "pesta pora" menyiratkan kemungkinan adanya kisah yang gila-gilaan, heboh, mungkin satir, dan tentu saja penuh musik dan kejutan.

Dengan semua proyek yang mereka siapkan, dari komedi, dark comedy, romansa futuristik, musikal, sampai horor, jelas Imajinari bukan rumah produksi yang ingin bermain aman. Mereka lebih tertarik untuk membuka jalan baru, menjajaki genre-genre yang jarang diseriusi, dan menciptakan pengalaman sinematik yang segar.

Di tengah industri yang kadang terlalu terpaku pada formula aman, kehadiran Imajinari membawa semangat eksperimentasi yang menyenangkan. Apalagi dengan adanya nama-nama seperti Ernest Prakasa di dalamnya, yang punya selera dan keberanian untuk mendorong batas kreativitas lebih jauh.

Kalau Sobat Yoursay bosan dengan film yang gitu-gitu saja, Imajinari might just be what the future of Indonesian cinema looks like!

Athar Farha