Perut buncit sering diartikan sebagai simbol kemakmuran dan kesejahteraan bagi sebagian orang. Padahal perut buncit ini berasal dari tumpukan lemak visceral yang berada di sekitar organ dalam, sehingga dalam jumlah yang besar akan merubah bentuk tubuh menjadi lebih besar terutama di bagian perut.
Perut buncit dalam istilah medis disebut sebagai obesitas sentral. Cara menentukan obesitas sentral ini menggunakan perhitungan lingkar perut. Apabila nilai lingkar perut laki-laki lebih dari 90 cm dan lingkar perut perempuan lebih dari 87 cm, artinya orang tersebut di kategorikan sebagai obesitas sentral, seperti yang dikutip dari laman Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Obesitas sentral disebabkan oleh pola makan serta pemilihan jenis makanan yang salah, seperti mengonsumsi makanan yang mengandung tinggi lemak, kalori, serta gula secara terus menerus. Makanan seperti ini biasanya berbentuk fast food ataupun junk food yang menjadi favorit sebagian besar orang.
Penyebab lainnya berasal dari perilaku hidup sedentary yang malas melakukan olahraga dan hanya menghabiskan waktu untuk bermalas-malasan, ditambah lagi dengan gaya hidup buruk seperti kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol.
Melansir dari Medical News Today bahwa obesitas sentral berkaitan dengan risiko penyakit jantung, hati, diabetes tipe 2, hipertensi, stroke, kanker usus dan payudara, hingga penyakit alzheimer. Hal ini disebabkan karena lemak visceral yang menumpuk di sekitar organ dalam akan menghasilkan penanda peradangan di tubuh, seperti IL-6, IL-1β, PAI-1 and TNF-α. Hormon-hormon yang dihasilkan lemak visceral ini dapat memicu inflamasi dan meningkatkan risiko berbagai penyakit kronis tersebut.
Obesitas sentral dinilai lebih berbahaya daripada obesitas biasa, karena menimbulkan dampak langsung pada berbagi jenis organ vital di dalam tubuh. Melansir dari Harvard Health Publishing menyebutkan bahwa sel-sel lemak viseral ini akan melepaskan asam lemak bebas ke daerah vena portal, yaitu pembuluh darah dari usus ke hati . Akibatnya, sel-sel lemak viseral membesar, kadar lemak di dalam darah atau trigliserida naik, serta asam lemak akan masuk ke hati dan menyebabkan kerusakan.
Mengingat bahaya yang akan ditimbulkan dari perut buncit atau obesitas sentral ini maka perlunya dilakukan perubahan gaya hidup sehat untuk mengurangi jumlah lemak visceral yang menumpuk di perut. Caranya dengan memperbanyak asupan buah dan sayur yang mengandung antioksidan, melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit perhari, menghindari rokok serta alkohol.
Demikianlah pembahasan tentang dampak buruk perut buncit bagi kesehatan, semoga bermanfaat!
Video yang mungkin Anda lewatkan.
Tag
Baca Juga
-
6 Penyebab Penis Berdarah yang Perlu Anda Waspadai, Pernah Mengalaminya?
-
6 Penyebab Mata Kaki Bengkak, Mulai dari Cedera hingga Penyakit Ginjal
-
Catat! Ini 4 Posisi Tidur yang Dianjurkan bagi Ibu Hamil
-
Jangan Anggap Remeh, Ini 5 Dampak Negatif Telat Makan bagi Kesehatan
-
5 Manfaat dan Aturan Penggunaan Minyak Ikan untuk Kucing
Artikel Terkait
-
Duduk Perkara Data Pribadi Dara Arafah Dibocorkan Pegawai Allianz Indonesia
-
21 Penyakit Tak Dijamin BPJS Kesehatan, Ternyata Begini Alasannya
-
Dukung Nasabah Jadi Global Citizen, BNI Luncurkan Fitur wondr multicurrency
-
Dara Arafah Ngamuk Data Medisnya Disebar Perawat, Memang Penyakitnya Apa?
-
Di Balik Nikmatnya Makan Seblak, Tersimpan 7 Ancaman Kesehatan Ini!
Health
-
Kopi Bikin Awet Muda? Studi Harvard Buktikan Manfaat Tak Terduga
-
Bukan Sekadar Benci Hari Senin: Menguak Mitos 'Monday Blues'
-
Waspada! Apa yang Kita Makan Hari Ini, Pengaruhi Ingatan Kita 20 Tahun Lagi
-
Rayakan Hari Lari Sedunia: Langkah Kecil untuk Sehat dan Bahagia
-
Ilmuwan Temukan 'Sidik Jari' Makanan Ultra-Proses dalam Darah dan Urin
Terkini
-
Taeil Eks NCT Divonis 3,5 Tahun Penjara atas Kasus Pemerkosaan Berat
-
Lawan Allday Project, aespa Raih Trofi Ke-2 Lagu Dirty Work di M Countdown
-
4 Cleanser Kandungan Tranexamic Acid, Ampuh Bikin Kulit Cerah Tanpa Ketarik
-
4 Facial Wash Berbahan Aloe Vera, Jaga Kelembapan Kulit untuk Cegah Iritasi
-
Dari Era Kolonial ke AI: Mampukah Indonesia Benar-Benar Swasembada Gula?