Virus Marburg adalah virus yang sangat menular yang menyebabkan penyakit parah dan seringkali fatal. Virus ini berasal dari family Filoviridae, yang juga termasuk virus Ebola. Virus Marburg pertama kali diidentifikasi pada tahun 1967, ketika wabah terjadi secara bersamaan di Marburg dan Frankfurt, Jerman dan di Beograd, Serbia (dulu Yugoslavia). Berikut 5 fakta penting tentang virus Marburg.
1. Virus Marburg dapat menyebabkan penyakit parah pada manusia
Disadur dari who.int, virus Marburg sangat ganas dan dapat menyebabkan penyakit parah pada manusia. Virus ini dapat ditularkan melalui kontak dengan cairan tubuh yang terinfeksi seperti darah, urin, dan air liur. Gejala penyakit virus Marburg (MVD) biasanya muncul dalam 2 hingga 21 hari setelah terpapar virus dan dapat berupa demam, sakit kepala, nyeri otot, muntah, diare, dan pendarahan dari berbagai organ. Penyakit ini dapat berkembang dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian dalam waktu 7 sampai 10 hari setelah timbulnya gejala. Tidak ada pengobatan khusus untuk MVD, dan angka kematian bisa mencapai 88%.
2. Virus Marburg ditemukan di Afrika
Disadur dari cdc.gov, virus Marburg terutama ditemukan di Afrika, khususnya di negara-negara seperti Uganda, Angola, dan Republik Demokratik Kongo. Virus ini diyakini secara alami terdapat pada kelelawar buah, yang umum terjadi di banyak negara Afrika. Hewan lain, seperti monyet dan kera, juga dapat terinfeksi virus dan menularkannya ke manusia.
Wabah virus Marburg jarang terjadi tetapi dapat terjadi ketika manusia bersentuhan dengan hewan yang terinfeksi atau cairan tubuhnya. Wabah virus Marburg terbesar yang tercatat terjadi di Angola pada tahun 2005, yang mengakibatkan 374 kasus yang dikonfirmasi dan 329 kematian.
3. Virus Marburg mirip dengan virus Ebola
Virus Marburg mirip dengan virus Ebola dalam hal struktur dan penyakit yang ditimbulkannya. Kedua virus milik keluarga Filoviridae dan sangat mematikan. Kedua virus tersebut berbagi cara penularan yang serupa dan dapat menyebabkan gejala yang serupa. Namun, ada beberapa perbedaan antara kedua virus tersebut. Misalnya, tingkat kematian virus Marburg bisa lebih tinggi daripada virus Ebola, dan kedua virus tersebut memiliki urutan genetik yang berbeda.
BACA JUGA: Coba Ikhtiar, Potret Terbaru Aming Pakai Peci Bak Anak Santri Bikin Heboh: Saya Lelah Jadi Ukhti
4. Tidak ada pengobatan atau vaksin khusus untuk virus Marburg
Saat ini tidak ada pengobatan atau vaksin khusus untuk virus Marburg. Perawatan suportif, seperti penggantian cairan dan penanganan gejala, merupakan pengobatan andalan. Obat antivirus seperti ribavirin telah digunakan dalam beberapa kasus, namun efektivitasnya tidak jelas.
Beberapa perawatan dan vaksin eksperimental sedang dikembangkan, tetapi tidak ada yang disetujui untuk digunakan pada manusia. Satu vaksin eksperimental, yang disebut rVSVĪG/MARV-GP, telah menunjukkan hasil yang menjanjikan dalam penelitian pada hewan dan sedang dievaluasi dalam uji klinis pada manusia.
5. Tindakan pengendalian infeksi yang tepat dapat membantu mencegah penyebaran virus Marburg
Disadur dari who.int, tindakan pengendalian infeksi yang tepat dapat membantu mencegah penyebaran virus Marburg. Petugas kesehatan dan individu yang bersentuhan dengan pasien yang terinfeksi atau cairan tubuh mereka harus menggunakan alat pelindung diri yang sesuai, seperti sarung tangan, jubah, dan masker.
Individu yang terinfeksi harus diisolasi dan dirawat di fasilitas khusus untuk meminimalkan risiko penularan ke orang lain. Program pendidikan dan kesadaran juga dapat membantu mencegah penyebaran virus Marburg dengan mempromosikan praktik yang aman dan mengurangi risiko paparan hewan yang terinfeksi dan cairan tubuhnya.
Kesimpulannya, virus Marburg adalah virus yang sangat ganas yang dapat menyebabkan penyakit parah pada manusia. Virus ini terutama ditemukan di Afrika dan mirip dengan virus Ebola dalam hal struktur dan penyakit yang ditimbulkannya. Saat ini tidak ada pengobatan atau vaksin khusus untuk virus Marburg, dan tindakan pengendalian infeksi yang tepat sangat penting untuk mencegah penyebaran virus. Penelitian lanjutan dan pengembangan pengobatan dan vaksin yang efektif diperlukan untuk menjadi lebih baik
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Tentukan Budget, Ini 6 Tips Membeli Rumah untuk Pasangan yang Baru Menikah
-
5 Fakta Leptospirosis, Penyakit yang Sudah Memakan Korban Jiwa di Indonesia
-
York adalah Pengkhianat, Ini 5 Fakta Manga One Piece Chapter 1078
-
Ada Mikasa Ackerman, Ini 5 Karakter Wanita Terbaik di Anime 'Attack on Titan'
-
Selamat Hari Perawat Nasional, Ini 5 Fakta Sejarah Perawat di Indonesia
Artikel Terkait
-
Afrika Dilanda Virus Marburg yang Mematikan, Kenali Tanda-tanda Gejalanya
-
Wabah Ebola: Uganda Mulai Distribusikan Bantuan ke Daerah Terdampak
-
Terus Meluas, Wabah Ebola di Uganda Telah Tewaskan 24 Orang
-
Uganda Konfirmasi Wabah Ebola Usai Satu Pasien Meninggal Dunia
-
Ilmuwan Duga Infeksi Ebola yang Kembali Terulang Masih Berkaitan dengan Wabah pada 2018
Health
-
Kopi Bikin Awet Muda? Studi Harvard Buktikan Manfaat Tak Terduga
-
Bukan Sekadar Benci Hari Senin: Menguak Mitos 'Monday Blues'
-
Waspada! Apa yang Kita Makan Hari Ini, Pengaruhi Ingatan Kita 20 Tahun Lagi
-
Rayakan Hari Lari Sedunia: Langkah Kecil untuk Sehat dan Bahagia
-
Ilmuwan Temukan 'Sidik Jari' Makanan Ultra-Proses dalam Darah dan Urin
Terkini
-
Tayang 2027, Vin Diesel Ingin Paul Walker 'Muncul' di Fast and Furious 11
-
Momen Langka, Liga Indonesia All Star Diminta All Out Lawan Oxford United
-
Infinix Hot 60i Resmi Rilis, HP Rp 1 Jutaan Bawa Memori Lega dan Chipset Helio G81 Ultimate
-
Indonesia Sudah Otomatis, Bagaimana Perhitungan Rasio Kelolosan Tim-Tim ASEAN ke AFC U-17?
-
Dihuni 15 Pemain Kaliber Timnas Senior, Gerald Vanenburg Wajib Bawa Kembali Piala AFF U-23