Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Rizky Melinda Sari
Ilustrasi dokter (pexels)

Dislipidemia merupakan salah satu kelainan yang dapat terjadi karena adanya gangguan metabolisme lipid. Dispilidemia juga dikenal sebagai salah satu faktor risiko penting penyebab penyakit kardiovaskulerm diabetes melitus, obesitas, serta hipertensi. Penyakit ini pada umumnya tidak menunjukkan gejala tertentu sehingga sering diabaikan.

Karena tidak menunjukkan gejala, penting untuk mendeteksi dislipidemia sejak dini khususnya untuk orang-orang yang memiliki risiko tinggi. Sebuah hasil studi menunjukkan bahwa hanya sekitar 30% pasien dengan dislipidemia yang mampu mencapai target pengobatan dengan tepat dan efisien. Hal ini menunjukkan bahwa penanganan penyakit ini tidak mudah dan perlu waktu yang panjang. 

BACA JUGA: Lagi Banyak Pikiran? Coba 3 Cara Paling Efektif Ini untuk Melakukan Self Healing

Dislipidemia memegang peranan utama dalam patogenesis terjadinya aterosklerosis pada dinding pembuluh darah. Hal ini merupakan pemicu terjadinya penyakit jantung koroner dan stroke. Kedua penyakit menyumbang angka kematian terbanyak di dunia. 

Pengertian Dislipidemia

Dislipidemia dapat didefinisikan sebagai kelainan metabolisme lipid, ditandai dengan penurunan maupun peningkatan kadar fraksi lipid dalam plasma. Kelainan ini yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan/atau trigliserida, serta penurunan kolesterol HDL. 

Klasifikasi Dislipidemia

Klasifikasi tentang sebuah penyakit penting dilakukan untuk menentukan pola pengobatan yang tepat. Dislipidemia sendiri diklasifikasikan atau dibagi menjadi dua, yaitu dislipidemia primer dan dislipidemia sekunder. 

Dislipidemia primer disebabkan oleh kelainan genetik. Dislipidemia sekunder disebabkan oleh suatu penyakit lain, misalnya hipotiroidisme, sindroma nefrotik, diabetes melitus, serta sindroma metabolik. 

Gejala dan Keluhan Dislipidemia

Seperti yang sudah dituliskan di awal, penyakit ini tidak menunjukkan gejala atau tanda-tanda tertentu. Manifestasi yang timbul biasanya justru disebabkan oleh komplikasi dari dislipidemia itu sendiri, seperti penyakit jantung koroner dan stroke. 

Kadar trigliserida yang sangat tinggi dapat menyebabkan hepatosplenomegali, pankreasitis akut, perasaan sesak napas, serta gangguan kesadaran. Pembuluh darah retina juga dapat berubah warna menjadi krem, serta mengubah warna plasma darah menjadi seperti susu.

BACA JUGA: Jangan Panik! Ini 5 Pertolongan Pertama saat Asma Mendadak Kambuh

Pasien yang memiliki kadar LDL sangat tinggi dapat mengalami arkus kornea, xantelasma pada kelopak mata, serta xantoma pada daerah siku dan lutut. 

Terapi Nonfarmakologis

Terapi nonfarmakologis merupakan salah satu terapi yang dapat dilakukan untuk membantu mengatasi dan memperbaiki kualitas hidup pasien. Beberapa terapi nonfarmakologis yang dapat dilakukan antara lain melakukan aktivitas fisik setidaknya 30 menit 4-6 kali dalam satu minggu, melakukan terapi nutrisi medis  dengan mengkonsumsi diet rendah kalori seperti buah dan sayur, serta berhenti merokok. 

Sumber: Pedoman Pengelolaan Dislipidemia di Indonesia, 2019. PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia).

Rizky Melinda Sari