Banyak kebiasaan yang berkontribusi terhadap kesehatan otak. Bukan hanya hal-hal positif, tapi ada juga aktivitas yang justru memberikan dampak buruk pada otak, salah satunya brain aging. Ada kebiasaan buruk yang berpotensi mempercepat brain aging, sebuah kondisi otak mengalami penuaan dini.
Meski terdengar sepele dan lazim dilakukan, tapi jika sudah menjadi kebiasaan yang sulit diubah maka orang pun harus bersiap menerima konsekuensinya. Biasanya kondisi ini akan ditandai dengan penurunan fungsi otak yang tidak sesuai dengan usia.
Oleh karena itu, penting untuk mengenali apa saja kebiasaan buruk yang mempercepat brain aging. Berikut lima di antaranya yang cukup khas.
1. Terlalu banyak duduk
Dilansir laman Harvard Health, dalam sebuah studi tahun 2018 di PLOS One menemukan bahwa terlalu banyak duduk dikaitkan dengan perubahan di bagian otak yang penting untuk memori.
Mereka yang duduk paling lama memiliki wilayah medial temporal lobe (MTL) lebih tipis yang nantinya akan mengarah pada penurunan kognitif dan potensi demensia.
Solusinya, usahakan untuk bergerak setelah 15-30 menit duduk. Jika sulit, manfaatkan alat pengatur waktu sebagai pengingat. Bergeraklah meski hanya berjalan di sekitar rumah atau work out sederhana di sela-sela waktu jeda tersebut.
2. Kurang sosialisasi
Kesepian dikaitkan dengan depresi dan risiko penyakit Alzheimer yang lebih tinggi serta dapat mempercepat penurunan kognitif.
Sebuah studi pada bulan Juli 2021 di The Journals of Gerontology: Seri B menemukan bahwa orang yang kurang aktif secara sosial akan kehilangan lebih banyak brainโs gray matter, lapisan luar yang memproses informasi.
Jadi, usahakan untuk tetap terlibat secara sosial dan berinteraksi dengan beberapa orang untuk mendapatkan manfaatnya. Interaksi yang bermakna akan menstimulasi mental dan menurunkan risiko brain aging di usia muda.
3. Kurang waktu tidur
Cukup banyak orang dewasa tidak mendapatkan waktu tidur 7-8 jam per hari yang direkomendasikan. Dampaknya, keterampilan kognitif seperti ingatan, penalaran, dan pemecahan masalah akan menurun saat orang tidur kurang dari tujuh jam per malam.
Namun, jangan terlalu fokus untuk mendapatkan lebih banyak tidur. Cukup tidur satu jam lebih awal dari biasanya. Hal ini akan membantu mengurangi kondisi terbangun sampai larut malam dan memberi otak serta tubuh waktu ekstra untuk mendapatkan tidur yang cukup.
4. Tidak suka mempelajari hal-hal baru
Orang dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung memiliki tingkat demensia yang lebih rendah. Sebab, biasanya mereka suka terlibat dalam aktivitas mempelajari hal-hal baru yang berdampak pada pengembangan koneksi dalam otak.
Koneksi ini akan memberi seseorang lebih banyak ketahanan dan mencegah fungsi otak melambat secara dini. Tidak harus dengan mengejar pendidikan tinggi, memberi otak โmakanโ dengan life skill baru yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari pun sudah jadi pembelajaran yang efektif.
5. Stres kronis
Stres kronis dapat membunuh sel-sel otak dan mengecilkan prefrontal cortex, yaitu area yang bertanggung jawab untuk memori dan pembelajaran.
Pemicu stres ini bisa berasal dari ekspektasi tinggi yang memicu reaksi negatif saat segala sesuatunya tidak berjalan sesuai keinginan.
Cobalah untuk bersikap fleksibel atas reaksi terhadap masalah. Saat merasa akan marah, tarik napas dalam-dalam dan ingatkan diri sendiri untuk menjinakkan ego serta menerima pendekatan lain. Selain itu, tenangkan diri dengan keyakinan bahwa semua akan baik-baik saja.
Dengan mengenali kelima kebiasaan buruk yang berpotensi mempercepat brain aging di atas, kita akan mampu melakukan langkah antisipasi. Tinggalkan kebiasaan buruk dan maksimalkan upaya demi mencegah brain aging di usia dini.
Baca Juga
-
Hobi Scroll Medsos tapi Tidak Posting, Ini 4 Alasan yang Melatarbelakangi
-
Rekap Laga Tim Indonesia di BWF World Junior Mixed Team Championships 2024
-
Skuad Indonesia di Arctic Open 2024, Tidak Ada Wakil di Sektor Ganda Putri
-
Instagramable Abis! 5 Tempat Wisata Hits di Malang yang Wajib Dikunjungi saat Liburan
-
Apriyani Rahayu Masih Dihantui Cedera, Siti Fadia Dapat Pasangan Baru!
Artikel Terkait
-
Ketahui Faktor Genetik dan Lingkungan yang Bisa Meningkatkan Risiko Kanker Otak
-
Ulasan Buku 30 Hari Mengubah Kebiasaan Buruk Karya Aisyah Nafiani
-
4 Aktivitas yang Bisa Cegah Demensia, Anti Pikun di Usia Tua
-
Tes Sederhana Ini Ungkap Usia Asli Anda! Berani Coba Berdiri Satu Kaki?
-
Pernah Ribut Gegara Terapi Cuci Otak, Apa Reaksi IDI usai Dokter Terawan Jabat Penasihat Khusus Prabowo?
Health
-
Strategi Mengelola Waktu Bermain Gadget Anak sebagai Kunci Kesehatan Mental
-
Suka Konsumsi Kulit Buah Kopi? Ini 3 Manfaat yang Terkandung di Dalamnya
-
Sehat ala Cinta Laura, 5 Tips Mudah yang Bisa Kamu Tiru!
-
4 Minuman Pengahangat Tubuh di Musim Hujan, Ada yang Jadi Warisan Budaya!
-
6 Penyakit yang Sering Muncul saat Musim Hujan, Salah Satunya Influenza!
Terkini
-
Ulasan Novel Binding 13, Kisah Cinta yang Perlahan Terungkap
-
Shin Tae-yong Panggil Trio Belanda ke AFF Cup 2024, Akankah Klub Pemain Berikan Izin?
-
Sinopsis Film Death Whisperer 2, Aksi Nadech Kugimiya Memburu Roh Jahat
-
Maarten Paes Absen di Piala AFF 2024, Saatnya Cahya Supriadi Unjuk Gigi?
-
Review Film The Twisters 2024: Perburuan Badai yang Mendebarkan