Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | ๐Ÿ€e. kusuma. n๐Ÿ€
Ilustrasi berpikir (Pexels.com/Andrea Piacquadio)

Banyak kebiasaan yang berkontribusi terhadap kesehatan otak. Bukan hanya hal-hal positif, tapi ada juga aktivitas yang justru memberikan dampak buruk pada otak, salah satunya brain aging. Ada kebiasaan buruk yang berpotensi mempercepat brain aging, sebuah kondisi otak mengalami penuaan dini.

Meski terdengar sepele dan lazim dilakukan, tapi jika sudah menjadi kebiasaan yang sulit diubah maka orang pun harus bersiap menerima konsekuensinya. Biasanya kondisi ini akan ditandai dengan penurunan fungsi otak yang tidak sesuai dengan usia.

Oleh karena itu, penting untuk mengenali apa saja kebiasaan buruk yang mempercepat brain aging. Berikut lima di antaranya yang cukup khas.

1. Terlalu banyak duduk

Dilansir laman Harvard Health, dalam sebuah studi tahun 2018 di PLOS One menemukan bahwa terlalu banyak duduk dikaitkan dengan perubahan di bagian otak yang penting untuk memori.

Mereka yang duduk paling lama memiliki wilayah medial temporal lobe (MTL) lebih tipis yang nantinya akan mengarah pada penurunan kognitif dan potensi demensia.

Solusinya, usahakan untuk bergerak setelah 15-30 menit duduk. Jika sulit, manfaatkan alat pengatur waktu sebagai pengingat. Bergeraklah meski hanya berjalan di sekitar rumah atau work out sederhana di sela-sela waktu jeda tersebut.

2. Kurang sosialisasi

Kesepian dikaitkan dengan depresi dan risiko penyakit Alzheimer yang lebih tinggi serta dapat mempercepat penurunan kognitif.

Sebuah studi pada bulan Juli 2021 di The Journals of Gerontology: Seri B menemukan bahwa orang yang kurang aktif secara sosial akan kehilangan lebih banyak brainโ€™s gray matter, lapisan luar yang memproses informasi.

Jadi, usahakan untuk tetap terlibat secara sosial dan berinteraksi dengan beberapa orang untuk mendapatkan manfaatnya. Interaksi yang bermakna akan menstimulasi mental dan menurunkan risiko brain aging di usia muda.

3. Kurang waktu tidur

Cukup banyak orang dewasa tidak mendapatkan waktu tidur 7-8 jam per hari yang direkomendasikan. Dampaknya, keterampilan kognitif seperti ingatan, penalaran, dan pemecahan masalah akan menurun saat orang tidur kurang dari tujuh jam per malam.

Namun, jangan terlalu fokus untuk mendapatkan lebih banyak tidur. Cukup tidur satu jam lebih awal dari biasanya. Hal ini akan membantu mengurangi kondisi terbangun sampai larut malam dan memberi otak serta tubuh waktu ekstra untuk mendapatkan tidur yang cukup.

4. Tidak suka mempelajari hal-hal baru

Orang dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung memiliki tingkat demensia yang lebih rendah. Sebab, biasanya mereka suka terlibat dalam aktivitas mempelajari hal-hal baru yang berdampak pada pengembangan koneksi dalam otak.

Koneksi ini akan memberi seseorang lebih banyak ketahanan dan mencegah fungsi otak melambat secara dini. Tidak harus dengan mengejar pendidikan tinggi, memberi otak โ€˜makanโ€™ dengan life skill baru yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari pun sudah jadi pembelajaran yang efektif.

5. Stres kronis

Stres kronis dapat membunuh sel-sel otak dan mengecilkan prefrontal cortex, yaitu area yang bertanggung jawab untuk memori dan pembelajaran.

Pemicu stres ini bisa berasal dari ekspektasi tinggi yang memicu reaksi negatif saat segala sesuatunya tidak berjalan sesuai keinginan.

Cobalah untuk bersikap fleksibel atas reaksi terhadap masalah. Saat merasa akan marah, tarik napas dalam-dalam dan ingatkan diri sendiri untuk menjinakkan ego serta menerima pendekatan lain. Selain itu, tenangkan diri dengan keyakinan bahwa semua akan baik-baik saja.

Dengan mengenali kelima kebiasaan buruk yang berpotensi mempercepat brain aging di atas, kita akan mampu melakukan langkah antisipasi. Tinggalkan kebiasaan buruk dan maksimalkan upaya demi mencegah brain aging di usia dini. 

๐Ÿ€e. kusuma. n๐Ÿ€