Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) merupakan masalah serius yang dapat berdampak buruk pada kesehatan mental anak.
Dampak tersebut dapat bersifat jangka pendek maupun jangka panjang, dan dapat memengaruhi berbagai aspek kehidupan anak, mulai dari perkembangan sosial-emosional, akademik, hingga kesehatan fisiknya.
Menurut Iva Nurfauziah dalam jurnal Conference on Islamic and Socio-Cultural Studies (CISS) ada beberapa dampak KDRT terhadap kondisi dan kesehatan mental anak, diantaranya yaitu:
1. Kecemasan dan ketakutan
Anak yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga akan merasa cemas dan takut. Hal ini karena mereka tidak merasa aman dan nyaman di lingkungan rumah yang seharusnya menjadi tempat ternyaman bagi mereka.
Kecemasan dan ketakutan ini dapat menyebabkan berbagai masalah, seperti gangguan tidur, sulit konsentrasi, dan kesulitan belajar.
2. Gangguan mood
Kekerasan dalam rumah tangga juga dapat menyebabkan gangguan mood pada anak, seperti depresi, kesedihan, dan kemarahan.
Anak yang mengalami depresi akan merasa sedih, putus asa, dan kehilangan minat pada hal-hal yang biasa mereka sukai.
Anak yang mengalami kesedihan akan merasa sedih, kecewa, dan tidak bahagia. Sedangkan anak yang mengalami kemarahan akan merasa marah, agresif, dan mudah tersinggung.
3. Gangguan perilaku
Anak yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga juga lebih berisiko mengalami gangguan perilaku, seperti agresi, hiperaktif, dan menarik diri dari lingkungan sosial. Anak yang agresif akan mudah marah, mudah bertengkar, dan menyakiti orang lain.
Anak yang hiperaktif akan sulit fokus, sulit duduk diam, dan sering bergerak. Sedangkan anak yang menarik diri dari lingkungan sosial akan lebih suka menyendiri dan menghindari interaksi dengan orang lain.
4. Gangguan belajar
Kekerasan dalam rumah tangga juga dapat berdampak pada kemampuan belajar anak. Anak yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga akan sulit berkonsentrasi dan sulit menyerap informasi.
Hal tersebut dapat menyebabkan penurunan prestasi akademik dan kesulitan menyelesaikan tugas-tugas sekolah.
5. Gangguan citra diri
Anak yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga juga akan memiliki citra diri yang negatif. Mereka akan merasa tidak berharga, tidak dicintai, dan tidak pantas untuk dicintai.
Hal tersebut dapat menyebabkan berbagai masalah, seperti kesulitan menjalin hubungan interpersonal dan kesulitan dalam mengembangkan potensi diri.
6. Gangguan kepribadian
Kekerasan dalam rumah tangga dapat menyebabkan gangguan kepribadian pada anak. Gangguan kepribadian adalah kondisi yang ditandai dengan pola perilaku yang tidak adaptif dan bertahan lama. Beberapa gangguan kepribadian yang dapat disebabkan oleh kekerasan dalam rumah tangga antara lain:
- Gangguan kepribadian borderline
- Gangguan kepribadian antisosial
- Gangguan kepribadian narsisi
- Gangguan kepribadian pasif-agresif
7. Gangguan kesehatan fisik
Kekerasan dalam rumah tangga juga dapat berdampak pada kesehatan fisik anak. Anak yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga lebih berisiko mengalami berbagai masalah kesehatan, seperti:
- Sakit kepala
- Nyeri perut
- Gangguan tidur
- Gangguan pencernaan
- Gangguan hormonal
8. Perilaku berisiko
Kekerasan dalam rumah tangga dapat meningkatkan risiko anak untuk melakukan perilaku berisiko, seperti:
- Merokok
- Minum alkohol
- Penggunaan narkoba
- Seks bebas
- Bunuh diri
Demikianlah sejumlah dmpak kekerasan dalam rumah tangga bagi kesehatan mental anak yang memiliki efek buruk.
Oleh karena itu, bagi kita semua termasuk orang tua memiliki kewajiban untuk mencegah terjadinya kekerasan dalam rumah tangga, serta memberikan dukungan dan bantuan kepada anak yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Tag
Baca Juga
-
Sudah Tahu Well Being? Ini Cara Mewujudkannya agar Hidupmu Jadi Lebih Baik
-
Mengulik Polemik Iuran Tapera yang Diprotes Banyak Pekerja
-
7 Cara Menghadapi Orang Sombong Menurut Psikolog Klinis, Hadapi dengan Santai!
-
Orang Tua Harus Waspada, Apa Saja yang Diserap Anak dari Menonton Gadget?
-
Tidak Harus Karier dan Finansial, 8 Hal Ini Bisa Dijadikan Resolusi Tahun 2024
Artikel Terkait
-
Majelis Taklim Deklarasikan Gerakan Anti-Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak
-
Dituduh Aniaya Anak Polisi, Guru Supriyani Curhat Selama Ditahan: Tiap Pagi Cabut Rumput, Tidurnya Beralas Tikar
-
Lesti Kejora Hamil Lagi, Rizky Billar Berharap Dapat Anak Perempuan
-
Donald Trump Menangi Pilpres AS, Inilah Anak Hingga Cucunya Yang Jadi Dinasti Politik
-
KPK Keliru Soal Jet Pribadi Kaesang! Pakar: Pemberian Fasilitas ke Keluarga Inti Pejabat Tetap Gratifikasi
Health
-
Pro dan Kontra: Kebijakan Cukai untuk Minuman Berpemanis Dalam Kemasan, Benarkah Efektif?
-
Bukan Pilihan Alternatif, Mengapa Vape Sama Berbahaya dengan Rokok Biasa?
-
Ini 3 Tanda Tubuhmu Terlalu Banyak Mengonsumsi Kopi, Apa Saja?
-
Mabuk hingga Keracunan, Kenali Bahaya Mengkonsumsi Bunga Terompet
-
3 Cara Mudah Menangani Kondisi Sesak Napas Mendadak
Terkini
-
Sinopsis Citadel: Honey Bunny, Series Terbaru Varun Dhawan di Prime Video
-
4 Rekomendasi Film yang Dibintangi Dakota Fanning, Terbaru Ada The Watchers
-
Sukses! Mahasiswa Amikom Yogyakarta Adakan Sosialisasi Pelatihan Desain Grafis
-
EXO 'Monster': Pemberontakan dari Psikis Babak Belur yang Diselamatkan Cinta
-
Tayang 22 November, Ini 4 Pemain Utama Drama Korea When The Phone Rings