Dalam rentang waktu kurang lebih satu dekade belakangan ini, di persepakbolaan Indonesia mulai lahir para pelatih lokal yang memiliki kualitas.
Dua nama di antaranya adalah Indra Sjafri dan Nova Arianto. Seperti yang kita ketahui bersama, kedua sosok yang belakangan ini mengisi kursi kepelatihan Timnas Indonesia kelompok umur tersebut telah memberikan beragam kebanggaan bagi Skuat Garuda Muda.
Seperti contohnya coach Indra Sjafri. Pelatih berdarah Sumatera Barat tersebut sukses mempersembahkan gelar level regional bagi Timnas Indonesia U-19, Timnas Indonesia U-22, dan tentu saja Timnas Indonesia U-23.
Sementara Nova Arianto, meskipun belum terlalu lama memegang jabatan sebagai pelatih Timnas Indonesia di kelompok umur 16 dan 17 tahun, mantan asisten pelatih Shin Tae-yong di Timnas Indonesia senior tersebut berhasil mengantarkan Pasukan Garuda Muda menggenggam satu tiket ke putaran final Piala Dunia U-17 di Qatar yang menurut rencana akan digelar pada triwulan akhir tahun 2025 ini.
Namun demikian, meskipun kedua pelatih lokal ini telah memberikan berbagai pencapaian untuk Timnas Indonesia junior, ternyata keduanya memiliki sebuah fakta yang cukup unik.
Dalam dua tahun terakhir melatih kesebelasan masing-masing, coach Indra dan coach Nova ternyata mencatatkan sebuah prestasi yang cenderung berkebalikan saat mendampingi anak asuh mereka di level regional dan level Asia.
Sekadar kilas balik, menyadur laman history aseanfootball.org, Indra Sjafri yang menangani Timnas Indonesia U-19 dan Timnas Indonesia U-20, sukses membawa pasukannya merengkuh gelar Piala AFF U-19 di tahun 2019 lalu.
Kala itu, Indonesia yang bertindak sebagai tuan rumah, berhasil menjadi yang terbaik dan mengalahkan rival-rival kuatnya di kawasan ini seperti Malaysia, Thailand, maupun Australia.
Namun sayangnya, ketika Timnas Indonesia menjadi tim terbaik di kawasan Asia Tenggara, mereka justru tampil melempem di level yang lebih tinggi, yakni Piala Asia U-20.
Menyadur data yang ada di laman AFC, Timnas Indonesia U-20 yang ditukangi oleh Indra Sjafri, bahkan sudah harus tersingkir dari gelaran hanya dalam dua laga saja. Hal itu terjadi karena di dua laga awal, mereka sudah harus menelan kekalahan dari Iran dan Uzbekistan.
Sementara satu laga lainnya melawan Yaman, mereka berhasil memaksakan hasil imbang tanpa gol yang pada akhirnya menjadi satu-satunya poin untuk mereka bawa pulang.
Berbeda dengan coach Indra dan Timnas Indonesia junior besutannya yang bersinar di level regional namun melempem di level benua, coach Nova dan para pasukannya justru menunjukkan hasil yang berkebalikan.
Pada gelaran Piala AFF U-16 di tahun 2024 lalu, coach Nova hanya mampu membawa Evandra Florasta dan kolega menjadi tim peringkat ketiga saja setelah di babak semifinal harus kalah 3-5 dari Australia.
Namun, meskipun tak menjadi juara di level regional, Timnas Indonesia U-17 justru tampil menggila di pentas Piala Asia U-17 yang secara tingkatan lebih tinggi daripada Piala AFF.
Dalam perjalanannya merebut tiket ke putaran final Piala Dunia U-17, Putu Panji dan kolega bahkan membuat kejutan besar, mereka sukses menjungkalkan tim raksasa Asia sekelas Korea Selatan, dan tim favorit selevel Yaman.
Maka, meskipun pada akhirnya coach Nova dan pasukannya harus terhenti langkahnya di fase perempat final setelah diberondong enam gol tanpa balas dari Korea Utara, mereka tercatat tetap mampu tampil lebih baik daripada coach Indra dan pasukannya di Timnas Indonesia U-20.
Ternyata, capaian kedua pelatih lokal terbaik Indonesia ini cukup menarik ya di dua tahun terakhir!
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Tapaki Partai Puncak, Romantisme Pendukung Uzbekistan dan Indonesia Terus Berlanjut
-
AFF Bentuk Tim ASEAN All Stars, Perlukah Para Pemain Timnas Indonesia Turut Serta?
-
Hanya Satu Pemain yang Masuk Tim ASEAN All Stars, Pendukung Timnas Indonesia Siap Kecewa
-
Semifinal AFC U-17: Saat Tim Bernapas Kuda Bertemu dengan Tim Bertenaga Badak
-
Masuki Babak 4 Besar, Tim Mana yang Paling Lemah di Semifinal Piala Asia U-17?
Artikel Terkait
-
Kabar Tak Enak Ragnar Oratmangoen, Bakal Senasib dengan Nathan Tjoe-A-On?
-
Karma Wasit Ahmed Al Kaf Usai Rugikan Timnas Indonesia, Didepak FIFA
-
Naturalisasi Merajalela, Bojan Hodak: Fokusnya Pembinaan Pemain Muda, Ini Masalah
-
Asnawi Mangkualam Perkuat ASEAN All Stars, Erick Thohir Singgung Kluivert
-
Patrick Kluivert Jadi Saksi Ole Romeny Tak Bisa Dimaksimalkan Pelatih Oxford United
Hobi
-
Asnawi Mangkualam Perkuat ASEAN All Stars, Erick Thohir Singgung Kluivert
-
PSSI Segera Rekrut Direktur Teknik, Makin Serius Cari Talenta Potensial
-
3 Keuntungan bagi Indonesia saat Jadi Tuan Rumah Gelaran AFF Cup U-23 2025
-
Jadwal F1 GP Arab Saudi 2025: Lando Norris Percaya Diri Raih Hasil Positif
-
Bali United Kalah Tipis di Bandung, Stefano Cugurra Umumkan Perpisahan
Terkini
-
Cinta dalam Balutan Hanbok, 4 Upcoming Drama Historical-Romance Tahun 2025
-
Emansipasi Tanpa Harus Menyerupai Laki-Laki
-
Stray Kids Raih Sertifikasi Gold Keempat di Prancis Lewat Album HOP
-
Ulasan Novel 1984: Distopia yang Semakin Relevan di Dunia Modern
-
Ulasan Novel Harga Teman: Ketika Hasil Kerja Tidak di Hargai oleh Klien