Keputusan besar diambil oleh pemain muda Timnas Indonesia, Muhammad Ramadhan Sananta di akhir musim kompetisi 2024/2025.
Di tengah kepercayaan tinggi dan melimpahnya menit bermain bersama Persis Solo, penyerang Pasukan Merah Putih berusia 22 tahun tersebu justru lebih memilih untuk hijrah ke klub asal Brunei Darussalam, Duli Pengiran Muda Mahkota Football Club alias DPMM FC.
Padahal jika kita melihat statistik sang pemain bersama Laskar Sambernyawa, pemain yang satu ini sejatinya telah menemukan "rumah" yang tepat untuk karier sepak bola profesionalnya, atau bahkan telah menemukan titik nyaman dalam bersepak bola.
Bagaimana tidak, dalam satu musim ini, Sananta tercatat telah bermain sebanyak 30 pertandingan bersama Persis Solo. Catatan durasi bermainnya pun menembus angka 1.729 menit dan berhiaskan lima gol serta 2 assist.
Tentunya, bagi kebanyakan pemain sepak bola, kepercayaan tinggi dari klub seperti inilah yang dicari-cari, sehingga para pemain tersebut bisa fokus untuk mengembangkan permainan secara internal.
Namun ternyata tidak demikian halnya dengan Sananta. Di tengah beragam kelimpahan kenyamanannya tersebut, dirinya justru memilih untuk membuat keputusan untuk pindah klub, sekaligus menandai karier abroadnya untuk kali pertama.
Memang, banyak yang menduga, faktor jaminan keberlangsungan hidup menjadi sebuah hal yang membuat Sananta untuk hijrah. Dan memang hal itu tak bisa dipungkiri.
Sepertimana menyadur laman Suara.com (20/5/2025), kepindahan Sananta sendiri disinyalir tak lepas dari jaminan finansial yang akan didapatkannya. Seperti yang kita ketahui bersama, di balik ingar-bingar gemerlapnya Liga 1 Indonesia, banyak klub di dalam negeri yang tiba-tiba saja dikabarkan terlilit utang, memiliki masalah finansial dan kesulitan untuk membayar gaji para pemainnya.
Dengan berpindah ke DPMM, Sananta dinilai beruntung, karena hal-hal terkait keamanan finansial sudah sangat terjamin karena klub Brunei Darussalam tersebut memiliki income yang tentunya tak kecil dari pemiliknya.
Bahkan dalam berbagai media dikabarkan, gaji Sananta di DPMM, dalam sebulannya mencapai angka Rp140 juta, yang mana jumlah tersebut berkali-kali lipat dari gaji pemain lokal di Liga 1 Indonesia.
Namun jika kita berpikir lebih positif, tentunya kita akan melihat kepindahan Sananta dari Persis ke DPMM tak semata karena finansial, namun lebih ke arah mencari pengalaman dan keluar dari zona nyaman.
Semenjak menandatangani kontrak profesionalnya bersama dengan Persikabo 1973 pada musim 2021/2022 lalu, Sananta selalu menapaki kariernya di persepakbolaan dalam negeri.
Setelah dari Persikabo, pemain kelahiran Daik, Riau ini lantas bergabung dengan PSM Makassar di musim 2022/2023, dan berpindah ke Persis Solo di musim berikutnya.
Dari kurang lebih lima musim belakangan ini, Sananta yang mulai berproses, sangat terlihat nyaman bermain di Liga 1 Indonesia.
Bahkan dalam dua musimnya bersama Persis, pemain yang satu ini dapat dikatakan mampu "menaklukkan" kerasnya liga, dan berhasil menjadi salah satu pemain muda yang menonjol sehingga kerap mendapatkan panggilan ke Timnas Indonesia.
Hal-hal seperti inilah yang seharusnya diperhatikan secara lebih detail. Jika Sananta terus menerus bermain di liga domestik, yang mana lawan yang dihadapinya adalah para pemain "yang itu-itu saja", maka dapat dikhawatirkan dirinya tak bisa mengeksplore kemampuan terbaik yang dimilikinya imbas sudah berada di zona yang melenakan.
Berbeda halnya dengan ketika dirinya memutuskan untuk bermain untuk DPMM, yang mana klubnya akan bermain di salah satu liga terbaik Asia Tenggara, yakni Liga Malaysia.
Sudah pasti nantinya pada pemain yang dihadapi oleh Sananta akan lebih variatif dan akan membuat kemampuannya terus terasah, baik secara langsung maupun tak langsung.
Bahkan, di tingkatan internal pun dirinya juga mendapatkan tantangan tersendiri. Jika di Persis Solo Sananta sudah pasti akan menjadi andalan dari pelatih karena sudah berada di jajaran para pemain terbaik tim, tentunya di DPMM dirinya harus memulainya dari nol lagi bukan untuk bersaing dengan rekan setimnya?
Jadi, sejatinya, bukan hanya cuan yang membuat Sananta hijrah ke DPMM, namun ada banyak hal nan kompleks yang membuat dirinya memang harus melakukan itu.
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Patrick Kluivert dan 2 Pernyataannya yang Saling Bertolak Belakang di Waktu yang Terbilang Singkat
-
Harus Diakui, Timnas Indonesia Kerap Kehilangan Identitas Permainan di Era Patrick Kluivert
-
Meski Tampil Underperform, Yakob Sayuri Tak Layak untuk Dapatkan Hujatan Warganet!
-
Meski Dikalahkan Arab Saudi, Timnas Indonesia Masih Bisa Jadi Juara Grup dan Lolos Otomatis!
-
Banyak Pemain Sayap, tapi Mengapa Miliano Jonathans Berbeda dan Layak Jadi Andalan Kluivert?
Artikel Terkait
-
Kevin Diks Comeback, Sektor Sayap Kanan Skuat Garuda Kembali Punya Pemilik Tetap?
-
Profil Dudu Patetuci, Pelatih Timnas Brasil U-17 Calon Lawan Nova Arianto di Piala Dunia U-17
-
Publik Zambia Pede Bisa Tekuk Timnas Indonesia di Piala Dunia U-17 2025
-
3 Bintang Timnas Brasil U-17 yang Bakal Jadi Ancaman Indonesia di Piala Dunia U-17 2025
-
Timnas Indonesia Naik Kelas Lawan Brasil di Piala Dunia U-17, Erick Thohir: Ini Menantang!
Hobi
-
Gagal Redam Lawan, Bukti Skema Dua Bek Tengah Tak Cocok di Timnas Indonesia
-
Indra Sjafri Minta Diberi Waktu usai Timnas Indonesia U-23 Dibungkam India
-
Dear Patrick Kluivert, Tolong Jangan Gengsi Tiru Pakem Shin Tae-yong
-
Lari Itu Bukan soal Pace, tapi soal Progress! 4 Mitos Sesat yang Bikin Kamu Takut Mulai Lari
-
Patrick Kluivert dan 2 Pernyataannya yang Saling Bertolak Belakang di Waktu yang Terbilang Singkat
Terkini
-
4 Padu Padan Outfit Warna Putih ala Bona WJSN yang Kece Buat Hangout!
-
Ditanya Malam Pertama Setelah Menikah, Amanda Manopo: Kita Coba Hari Ini!
-
Review Film Jembatan Shiratal Mustaqim: Horor Moral yang Mirip Sinetron
-
Sinopsis Light of Dawn, Drama China yang Dibintangi Zhang Ruo Yun
-
Bunda Maia Beri Pesan Hidup pada Marshanda dan Maria Theodore: Pengalaman?