Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | M. Fuad S. T.
Pelatih Vietnam, Kim Sang-sik. (VFF)

Tim bentukan induk sepak bola Asia Tenggara, AFF yang diberi label tim ASEAN All Stars, sukses menampilkan permainan terbaik yang mereka miliki.

Meskipun berisikan para pemain yang notabene belum memiliki chemistry yang kuat, namun tim yang dipersiapkan untuk menyambut kedatangan tim tenar Manchester United tersebut berhasil memenangi pertandingan melawan sang tamu.

Pada pertandingan yang berlangsung Rabu malam (28/5/2025) di Stadion Nasional Bukit Jalil, Kuala Lumpur Malaysia, tim yang berisikan gabungan para pemain dari negara-negara member AFF itu menumbangkan si Iblis Merah dengan skor tipis, satu gol tanpa balas.

Gol tunggal pemain asal Myanmar, Maung Maun Lwin pada menit ke-71, menjadi pembeda pada pertandingan, dan membuat Iblis Merah meneruskan tren tak beruntung di musim yang mereka jalani kali ini.

Kemenangan ASEAN All Stars dan Sebuah Bahaya dalam Diri Kim Sang-sik

Kemenangan tim ASEAN All Stars atas Manchester United tersebut tentunya tak bisa dilepaskan dari sang pelatih, Kim Sang-sik. 

Bagaimana tidak, pelatih yang kini berusia 48 tahun tersebut dengan segala kejeniusannya sukses meracik tim yang hanya bermodalkan para pemain seadanya menjadi satu mesin perang yang tersistem dengan apik.

Di tengah keterbatasan komposisi pemain maupun waktu yang dimilikinya, junior dari mantan pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong tersebut berhasil mengubah kumpulan pemain yang asing satu sama lain, menjadi sebuah kelompok yang padu dan tak terkalahkan.

Tentunya sudah kita ketahui bersama, meskipun berlabel sebagai tim ASEAN All Stars, namun sejatinya mayoritas penghuninya adalah mereka yang tidak masuk dalam proyeksi permainan yang dikembangkan oleh para pelatih Timnas negara masing-masing.

Atau jika kita mau menjiplak kata-kata dari penyair terkenal Chairil Anwar dalam puisinya yang berjudul "Aku", tim ASEAN All Stars ini tak ubahnya "kumpulan yang terbuang". Hal ini bahkan semakin diperparah dengan waktu berkumpul para pemain tersebut yang mana tak lebih dari dua hari saja sebelum pertarungan melawan Manchester United dilaksanakan.

Namun dengan segala visi melatih yang dimilikinya, Kim Sang-sik sukses menyulap para pemain yang ditepikan negara masing-masing itu menjadi satu tim dengan permainan yang apik, berpola, pantang menyerah dan tentu saja bermental pemenang.

Kejeniusan dari Kim Sang-sik dalam meracik tim dengan pemain pemain "seikhlasnya" ini tentu sedikit banyak harus mendapatkan perhatian tersendiri dari para rival mereka di kawasan, termasuk Indonesia.

Dengan materi pemain yang tak saling mengenal, chemistry yang rendah, waktu berlatih yang mepet saja pelatih asal Korea Selatan tersebut bisa menyulapnya menjadi tim yang mampu mengalahkan tim sekelas Manchester United, bagaimana jika dirinya diberikan materi pemain yang lebih baik? Tentu hasilnya akan jauh lebih mengerikan bukan?

Patut digarisbawahi, sepertimana menyadur laman manutd.com (28/5/2025), pada pertandingan melawan tim ASEAN All Stars tersebut, pelatih Ruben Amorim menurunkan para pemain utama yang selama ini menjadi pengisi line-up reguler di timnya musim ini. Namun di akhir laga, Kim Sang-sik bisa mengatasi mereka dengan materi pemain yang sangat terbatas seperti itu.

Mau tak mau, sirine kewaspadaan tingkat tinggi harus mulai dinyalakan oleh para rival Timnas Vietnam. Karena bagaimanapun, dari laga ASEAN All Stars melawan Manchester United kali ini, juga turut menunjukkan kejeniusan pelatih yang satu ini dalam memanage sebuah tim yang serba terbatas dari segi apa pun.

Tentunya, keberhasilan Kim Sang-sik mengantarkan anak asuhnya menumbangkan Manchester United, menjadi sebuah pertanda bahwa sosok pelatih yang satu ini harus diwaspadai karena bisa sudah pasti dalam dirinya ada kualitas yang bisa memberikan ancaman bagi tim mana pun. 

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

M. Fuad S. T.