PBSI tampaknya mulai menindaklanjuti secara lebih tegas dari hasil evaluasi turnamen dan atlet pasca hasil minor yang terus berulang hingga turnamen bulan Juni 2025. Bahkan Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi (Kabid Binpres), Eng Hian beri peringatan keras untuk penghuni lama Pelatnas.
Sejauh ini, atlet Indonesia memang hanya raih dua gelar level Super 300 dari nomor ganda putri dan ganda campuran. Kedua gelar tersebut dibawa pulng dari turnamen Thailand Masters 2025 oleh Lanny Tria Mayasari/Siti Fadia Silva Ramadhanti dan Taipei Open 2025 oleh Jafar Hidayatullah/Felisha Alberta Nathaniel Pasaribu.
Peringatan keras Eng Hian terutama ditujukan pada pemain yang telah menghuni Pelatnas lebih dari lima tahun agar segera bisa catatkan prestasi dan sumbang gelar. Pasalnya, Eng Hian beranggapan jika atlet Pelatnas semestinya mampu menunjukkan hasil dan bukan sekadar progres.
“Semua harus bisa dievaluasi secara tegas menurut saya. Saya juga mau mengikis pola pikir atlet yang datang ke turnamen untuk memperbaiki peringkat. Pola pikirnya harus diubah, ke turnamen harus berprestasi maka peringkat akan naik”, ungkap Eng Hian.
Tidak sekadar bicara, Kabid Binpres Eng Hian mengaku sudah menyampaikan masukan kepada pelatih untuk menurunkan level turnamen yang bakal diikuti pemain demi mencapai target juara sebagai bentuk ujian.
“Saya menyampaikan kepada pelatih, memberikan pandangan, kenapa tidak mencoba untuk diturunkan levelnya dan diberi target podium dulu. Bila tidak tercapai, maka harus segera dipikirkan apa yang harus dilakukan. Ini sebagai ujian juga untuk mereka”, jelas mantan pelatih utama sektor ganda putri tersebut.
Di beberapa wawancara, Eng Hian juga cukup sering menegaskan terkait penyesuaian level bagi pemain dengan berpijak pada hasil evaluasi antara binpres dengan pelatih. Sebelum mematangkan langkah persiapan dari PBSI tersebut, sebelumnya Eng Hian juga memberikan pendapatnya terkait hasil wakil Indonesia di beberapa turnamen terakhir sebagai hasil evaluasi.
“Dari hasil turnamen yang diikuti sejak Januari dan terakhir kemarin di Indonesia Open, evaluasinya pelatih merasa masih mencari pola program latihan dan pola komunikasi yang tepat, terutama untuk para atlet utama”, terang Eng Hian.
Lebih lanjut, Eng Hian juga mulai memberikan instruksi kepada pelatih untuk melakukan pemetaan kembali perihal pengiriman pemain ke turnamen sesuai level kemampuannya.
“Enam bulan ke depan kami mengirimkan atlet-atlet ke turnamen sesuai dengan kemampuan mereka, dengan target yang dipasang adalah meraih gelar”, tegas Eng Hian yang juga mengharapkan raihan gelar bagi Indonesia.
Berdasar rilisan pernyataan resmi pihak PBSI pada Jumat (19/06/2025), langkah tersebut diambil setelah melalui proses evaluasi dari hasil turnamen bulan Januari-Juni 2025 di mana belum semua pemain utama Pelatnas PBSI telah mencapai level elit hingga penyesuaian level diperlukan sebagai proses untuk mengejar target juara.
“Menurut pelatih, atlet-atlet utama kita belum semuanya di posisi level elit. Perlu mengejar, menaikkan kemampuan baik teknik maupun fisik”, jelas Eng Hian.
Kembali menegaskan maksudnya, Eng Hian menyebut jika pelatih harus menetapkan standar tertentu untuk pengiriman atlet ke turnamen, baik dalam aspek persiapan maupun kondisi pemain.
“Pelatih harus punya standardisasi dalam pengiriman ke turnamen, bagaimana persiapannya, kondisinya siap atau tidak. Jangan hanya ikut kata pemainnya yang mau turun di turnamen tanpa dasar dan persiapan yang bagus”, terang Kabid Binpres Pelatnas PBSI tersebut.
Eng Hian juga menyoroti jika belum ada perubahan program pasca evaluasi turnamen hingga permasalahan yang berulang terus terjadi dan berujung pada minimnya gelar.
“Dari hasil evaluasi di setiap turnamen, permasalahannya tidak jauh dari hal-hal itu saja. Berarti belum ada perubahan program dari hasil evaluasi yang dilaporkan”, jelas Eng Hian lebih lanjut.
Baca Juga
-
Capek setelah Interaksi Sosial: Tanda Social Fatigue yang Sering Diabaikan
-
4 Zodiak yang Masuk Era Antagonis, Mulai Menjalani Hidup untuk Diri Sendiri
-
7 Teknik Jepang untuk Atasi Overthinking yang Bisa Kamu Coba
-
Second Child Syndrome: Mengapa Anak Kedua Kerap Dianggap Lebih Pemberontak?
-
Saat Candaan Diam-diam Jadi Celah Bullying, Larangan Baper Jadi Tameng!
Artikel Terkait
-
Benarkah Indonesia Paling Aman Jika Perang Dunia 3 Meletus? Analisa Mengejutkan Posisi RI Sebenarnya
-
Statistik Thom Haye dalam 5 Tahun Terakhir, Bukti Masih Layak Berkarier di Eropa
-
Coach Timo Puji Perkembangan Sepak Bola Putri Yogyakarta, Singgung Regenerasi Timnas Indonesia
-
Program Loyalty Poin Cashier 2025, BRI Bagikan Hadiah Mobil Listrik hingga Jam Tangan Pintar
-
Maarten Paes Penuhi Syarat Pindah ke Liga Korea
Hobi
-
Perbandingan Bonus Peraih Medali Emas di SEA Games 2025, Negara Mana yang Paling Royal?
-
Intaian Sanksi AFC dan Titik Balik Kegagalan Timnas Malaysia Melaju ke Piala Asia 2027
-
Jadi Pelatih Timnas, John Herdman Harus Targetkan 2 Hal Ini untuk Curi Hati Pendukung Garuda
-
Meski Jadi Raja ASEAN, Vietnam Tetap Simpan Ketakutan pada Timnas Indonesia
-
Gagal di Sea Games 2025, Legenda Timnas Agung Setyabudi Sebut Era Indra Sjafri Telah Berakhir
Terkini
-
Lebih dari Sekadar Drama: Bahaya Toxic Relationship bagi Remaja
-
4 Micellar Water Madecassoside Berikan Efek Calming pada Kulit Kemerahan
-
4 Serum Kombinasi Licorice dan Allantoin, Rahasia Kulit Cerah dan Kenyal
-
Mix and Match Andalan Kazuha LE SSERAFIM: 4 Ide Outfit dari Kasual ke Formal
-
Siap Rilis Januari 2026, Sinopsis 28 Years Later: The Bone Temple