Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | Desyta Rina Marta Guritno
Pembalap MotoGP (Instagram/@motogp)

Dalam ajang MotoGP, mungkin kamu pernah menyaksikan momen saat seorang pembalap tiba-tiba merobek lapisan tipis dari kaca helmnya.

Aksi ini kerap terlihat di awal balapan, bahkan beberapa detik sebelum lampu start dinyalakan. Namun, apa sebenarnya fungsi dari lapisan yang mereka sobek itu? Lapisan tersebut dikenal dengan nama tear-off, sebuah komponen kecil yang sangat penting dalam dunia balap motor untuk keselamatan pembalap.

Tear-off adalah lapisan bening yang dipasang di bagian luar visor helm pembalap. Fungsinya bukan sekadar pelengkap, tetapi sangat penting untuk menjaga pengelihatan pembalap saat melaju dalam kecepatan tinggi.

Dalam balapan, banyak hal yang bisa mengganggu pandangan seorang rider, mulai dari percikan air hujan, cipratan lumpur, debu, tetesan oli, hingga serangga yang menempel di visor. Jika dibiarkan, gangguan-gangguan kecil ini bisa mengaburkan pandangan dan membahayakan nyawa pembalap.

Oleh karena itu, helm ini didesain agar pembalap bisa mengelupas lapisan tersebut dan mendapatkan pandangan yang kembali bersih hanya dengan satu gerakan cepat.

Biasanya, helm pembalap dilengkapi beberapa lapisan tear-off yang ditumpuk dan masing-masing memiliki nomor atau logo identitas pembalap.

Meski terlihat sepele, melepas tear-off tak bisa dilakukan sembarangan. Waktu dan tempat harus benar-benar diperhatikan. Misalnya, sebaiknya dilakukan di area yang tertiup angin serta jauh dari jalur pembalap lain. Jika salah memilih momen, konsekuensinya bisa fatal.

Sudah ada beberapa insiden di lintasan yang disebabkan oleh pelepasan tear-off yang kurang hati-hati. Salah satunya terjadi di GP Australia 2024. Saat itu, Marc Márquez tengah bersiap di garis start.

Tiba-tiba, seekor serangga besar menempel di visornya, menghalangi pandangan tepat saat ia harus fokus. Tanpa pikir panjang, ia pun melepas tear-off-nya di tempat itu juga.

Sialnya, sobekan plastik tersebut tertiup angin dan tersangkut di bagian belakang motornya. Akibatnya, saat start, motornya kehilangan grip dan ia pun tergelincir dan membuatnya tertinggal cukup jauh di belakang.

Kejadian serupa terulang di seri GP Ceko 2025. Kali ini, Márquez kembali melepas lapisan kacanya. Namun, arah terbang tear-off tersebut tidak bisa ia kendalikan. Potongan plastik itu terlempar ke belakang, tepat ke arah Sang Adik, Alex Marquez.

Alex sendiri sepertinya tidak sadar bahwa ada sampah di situ, sobekan ini pun membuatnya kehilangan kontrol di tikungan awal dan tergelincir hingga jatuh ke posisi belakang.

Meskipun tidak membuat Alex jatuh, kejadian ini tentu sangat disayangkan karena membuat peluangnya untuk bersaing di barisan depan menjadi terganggu karena dia terpental jauh.

Dari dua insiden ini, semakin jelas bahwa penggunaan dan pelepasan tear-off bukan hanya soal kebersihan visor semata. Ada etika dan perhitungan yang harus diperhatikan. Pembalap harus tahu kapan waktu yang tepat untuk membuangnya agar tidak membahayakan dirinya sendiri maupun rider lain.

Ini menjadi bagian dari manajemen risiko yang harus dikuasai oleh setiap pembalap profesional. Dengan kecepatan motor yang bisa menembus 350 km/jam, pengelihatan yang bersih dan jelas menjadi syarat utama untuk bisa tampil kompetitif dan selamat sampai garis finis.

Tak hanya pembalapnya saja, sebuah produsen helm yang menyediakan produk mereka untuk pembalap MotoGP harus memiliki sertifikasi FIM (Federation Internationale de Motocyclisme) dan memenuhi standar keselamatan tinggi.

Asisten pengendara serta teknisi dari merek helm juga harus membantu menjaga helm pembalap dalam kondisi prima selama balapan, seperti mengganti bagian yang sobek dan terbuang bila diperlukan.

Jadi, meskipun hanya berupa lapisan tipis yang mudah disobek, tear-off punya peran penting dalam menjaga keselamatan dan performa di lintasan MotoGP.

Desyta Rina Marta Guritno