Pemilik 7 gelar juara dunia Formula 1, Lewis Hamilton, kini sedang menjalani babak baru dalam karier balapnya setelah bergabung ke Scuderia Ferrari. Sayangnya, musim debutnya bersama tim berlogo kuda jingkrak itu tampaknya belum berjalan sesuai harapan.
Hamilton masih dalam proses penyesuaian yang cukup menantang, tak bisa dipungkiri hasilnya belum sebanding dengan ekspektasi banyak orang yang mengiringi kepindahannya dari Mercedes ke tim legendaris asal Italia itu.
Saat ini, Hamilton menempati posisi keenam dalam klasemen sementara pembalap dengan perolehan 109 poin. Ia tertinggal dari rekan setimnya sendiri, Charles Leclerc, yang berada satu peringkat lebih tinggi dengan 151 poin.
Tak hanya itu, mantan partnernya di Mercedes, George Russell, juga mencatat hasil lebih baik dan kini bertengger di posisi keempat dengan 172 poin. Statistik ini tentu memberikan pemandangan berbeda pada Hamilton yang terbiasa berada di barisan depan dan bersaing untuk podium secara konsisten.
Puncak frustrasi terlihat saat sesi kualifikasi Grand Prix Hungaria beberapa waktu lalu. Hamilton hanya mampu mencatatkan waktu yang menempatkannya di posisi start ke-12, hasil yang jauh dari kata memuaskan.
Reaksi emosional pun ditunjukkan Hamilton lewat radio tim, di mana dia menyampaikan kekecewaan mendalam terhadap dirinya sendiri, bahkan sempat mengatakan bahwa dirinya "tidak berguna" dan menyarankan Ferrari untuk mulai mempertimbangkan opsi pembalap lain.
Komentar itu menjadi bahan pembicaraan di kalangan penggemar dan pengamat F1. Banyak yang menyayangkan seorang juara besar seperti Hamilton harus mengalami fase ini, di mana dia meragukan dirinya sendiri. Kata-katanya mencerminkan betapa besarnya tekanan yang ia rasakan saat ini, baik dari luar maupun dari dalam dirinya sendiri.
Menanggapi situasi ini, Toto Wolff, kepala tim Mercedes yang telah mendampingi Hamilton selama lebih dari satu dekade, ikut memberikan pandangannya. Ia memahami sepenuhnya perasaan Hamilton, karena keduanya telah melewati banyak momen pasang surut bersama sejak 2013.
Menurut Wolff, Hamilton memang sosok yang jujur dan terbuka dalam mengungkapkan emosinya. Hal ini bukan kali pertama ia merasa kecewa terhadap performanya sendiri, dan sebelumnya pun pernah ada momen serupa dalam perjalanan kariernya.
"Bukan, itu Lewis yang sedang menunjukkan isi hatinya. Itulah yang sangat dia pikirkan ketika ditanya setelah sesi latihan, yang sangat jujur," ujar Wolff, dilansir dari laman Motorsport.
Wolff menegaskan bahwa terlepas dari hasil buruk atau masa sulit yang sedang dihadapi Hamilton, tak ada yang bisa menggoyahkan statusnya sebagai salah satu pembalap terbaik sepanjang masa.
"Jadi, dia akan mengalahkan dirinya sendiri. Dia yang terbaik dan akan selalu menjadi yang terbaik, tidak ada yang akan merebutnya. Yang pasti, tidak ada satu akhir pekan atau musim balapan pun yang tidak berjalan sesuai rencana," tambahnya.
Soal pernyataan Hamilton yang menyiratkan keinginan untuk digantikan, Wolff menganggap itu bukanlah sinyal bahwa Hamilton sudah waktunya pensiun.
Wolff bahkan percaya bahwa Hamilton masih memiliki urusan yang belum tuntas di Formula 1, yakni sebuah misi untuk kembali merebut gelar yang terakhir kali ia raih pada tahun 2020 lalu, yang akhirnya pupus karena direbut oleh Max Verstappen.
"Jadi, seharusnya dia tidak pergi ke mana pun. Tahun depan, mobil-mobil baru, yang sama sekali berbeda untuk dikendarai. Jadi, itu sudah pasti untuk Lewis, dan saya harap dia bertahan selama bertahun-tahun lagi, dan yang pasti tahun depan akan menjadi tahun yang penting," katanya.
Di tengah segala tantangan ini, banyak yang yakin bahwa Lewis Hamilton belum habis. Ia hanya butuh waktu, rasa percaya diri, dan dukungan penuh dari tim barunya untuk kembali ke performa terbaiknya.
Baca Juga
-
Jadwal MotoGP San Marino 2025: Waktunya Pembalap Italia Unjuk Gigi
-
MotoGP Catalunya 2025: Perayaan Juara Dunia Tak Akan Terjadi di Misano
-
Sprint Race MotoGP Catalunya 2025: Alex Marquez Giveaway Medali Kemenangan
-
Terdepak dari Pramac, Miguel Oliveira: Keputusan Ini Mengejutkan Saya
-
CEO MotoGP Enggan Hentikan Marc Marquez yang Dianggap 'Terlalu Mendominasi'
Artikel Terkait
-
Kini Terancam Menepi, Ragnar Oratmangoen Pernah Ciptakan 2 Momen Manis Bersama Skuat Garuda
-
Selamat Datang Elkan Baggott Dipanggil Patrick Kluivert untuk Ronde 4 dengan Syarat Ini Terjadi
-
Toto Wolff Bantah Mercedes Adakan Pertemuan Darurat: Itu Diskusi Biasa
-
Justin Hubner atau Mees Hilgers: Siapa Tandem Terbaik Jay Idzes di Timnas Indonesia?
-
Adu Kokoh Maarten Paes vs Emil Audero: Siapa Pilihan Kluivert di Kualifikasi Piala Dunia 2026?
Hobi
-
Laga Perdana Piala Dunia U-17, dan Kado Ulang Tahun yang Nyaris Sempurna bagi Nova Arianto
-
Laga Perdana Piala Dunia U-17 dan 7 Menit Hilang Fokus yang Berbuah Fatal bagi Garuda Muda
-
Kendala Fisik Jadi Alasan Anthony Ginting Ditarik dari Korea Masters 2025
-
Piala Dunia U-17: Trio Penggawa Garuda Muda Buktikan Analisa FIFA Memang Benar Adanya!
-
Dihajar Zambia, Timnas Indonesia U-17 Butuh Evaluasi Penuh?
Terkini
-
Bukan Egois tapi Self-Love: Kenapa Punya 'Boundaries' Itu Penting Banget
-
Baim Wong Akui Pernah ke Psikolog dan Jalani Tes NPD, Begini Penjelasannya!
-
Pesona Nicole Parham Jadi Wajah Baru Ipar Adalah Maut Gantikan Davina
-
Usai Diperiksa Akibat Kasus Narkoba, Onad Jalani Rehabilitasi 3 Bulan di Panti Rehab Jaksel
-
Maudy Ayunda dan Filosofi Teras: Rahasia Tenang di Tengah Masalah Hidup