Dahulu perempuan hanya duduk di tribun, memberi dukungan dari pinggir lapangan. Kini, mereka berdiri sejajar di garis tengah, memimpin serangan, dan mencetak gol. Prestasi demi prestasi di ajang futsal membuktikan bahwa kemampuan, strategi, dan mental juara tak mengenal batas gender.
Sella Salsadila Agustin (25), salah satu kiper dari Kebumen United Angels mengutarakan bahwa penting bagi perempuan untuk mengambil peran aktif di lapangan. Baginya, lapangan adalah ruang kerja sekaligus ruang pembuktian. Melalui futsal, ia mampu menunjukkan kemampuan, semangat, dan daya juang yang tinggi.
Dengan keterlibatannya secara langsung, ia percaya bahwa dirinya dapat memotivasi perempuan lain untuk berani tampil dan percaya diri. “Olahraga itu ruang buat semua dan kita layak ada di dalamnya,” tambahnya.
Kesadaran bahwa futsal bukan sekadar hobi, muncul saat Sella mulai konsisten turun di berbagai turnamen. Saat itulah futsal berhenti menjadi sekadar hobi dan berubah jadi panggilan.
“Di situ saya merasa punya potensi dan tanggung jawab untuk bawa nama tim, daerah, bahkan negara,” ujarnya.
Sejak bergabung dengan Women's Pro Futsal League (WPFL) pada 2019, ia menekuni futsal dengan lebih serius. Sella mulai berlatih menguasai teknik dasar futsal lebih teratur, bersaing di level yang lebih tinggi, dan mempertajam tanggung jawabnya sebagai pemain.
Hingga puncak pengakuan datang saat saat ia dipercaya menjadi kiper utama di WPFL pada tahun 2024. Sella merasa itulah titik awal banyak orang mulai menilai kemampuannya, bukan karena ia perempuan, tetapi karena kemampuan bersaingnya di level tertinggi.
Perasaan pengakuan itu kian menguat setelah ia dipanggil untuk masuk tim nasional. Serta berlanjut saat timnas futsal berhasil membawa tim meraih juara 3 di AFF. Saat itu, dukungan dari masyarakat, teman-teman, dan keluarga menjadi semakin besar.
Perjuangan Sella untuk terus bertahan di lapangan tentunya bukan tanpa alasan. “Karena futsal sudah jadi bagian dari hidup saya,” ujarnya.
Meski jalurnya penuh tantangan bagi perempuan, mulai dari keterbatasan kesempatan hingga pandangan yang meragukan. Sella memilih menjadikan hal tersebut sebagai bahan bakar. Alih-alih mundur, ia semakin termotivasi untuk menunjukkan bahwa perempuan juga bisa berprestasi dan pantas mendapat tempat yang setara.
Menurut Sella, salah satu kunci dan teknik untuk tetap bermain di olahraga yang cenderung didominasi oleh laki-laki adalah konsistensi. Ia menegaskan bahwa ruang dan kesempatan tidak datang tiba-tiba, melainkan terbuka perlahan melalui perjuangan dan kerja keras.
Ia selalu menekankan kepada dirinya untuk terus berlatih, menjaga kualitas permainan, dan tampil maksimal di setiap pertandingan.
“Perjuangan itu masih terus berlangsung, tapi saya percaya bahwa konsistensi dan kualitas permainan tidak mengenal gender,” ujar Sella.
Di pinggir lapangan, tentu bukan hanya strategi yang disusun, namun ada juga sosok yang menegaskan bahwa perempuan juga bisa memimpin perubahan.
Citra Adisti (35), Coach Kebumen United Angels, menanamkan disiplin dan keberanian sebagai akar dari arah pertandingan. Nilai disiplin, keberanian, dan konsistensi tentunya menjadi pondasi yang ia tanamkan kepada para pemain.
Menurut Citra, “disiplin itu kunci kesuksesan,” mulai dari kebiasaan kecil di dalam dan luar lapangan hingga keberanian menerima dan belajar dari kesalahan.
Metode latihan yang diterapkan oleh Citra sengaja dibentuk seperti situasi saat pertandingan dimulai. "Saya selalu tanamkan untuk berlatih seperti pertandingan, jadi ketika bertanding justru kita melakukannya seperti latihan," jelas Citra.
Teknik ini menurutnya dapat membangun rasa percaya diri bagi para pemain, karena sudah pernah mengalami situasi yang sama saat momen penting di laga sesungguhnya.
Citra juga menyoroti pentingnya peran perempuan sebagai pemimpin di olahraga. Baginya, kehadiran sosok perempuan dapat menjadi teladan bagi generasi muda.
“Kalau dipimpin oleh sesama perempuan, biasanya pemain akan lebih nyaman,” ungkapnya lagi. Meski menekankan adanya batas profesional antara pelatih dan pemain, Citra percaya bahwa representasi itu membuka ruang kenyamanan bagi para pemain.
Dari lapangan hingga pinggir arena, Sella dan Citra menunjukkan bahwa peran perempuan di futsal bukan sekadar pelengkap. Mereka hadir sebagai penggerak, pembawa perubahan, dan penentu arah pertandingan. Disiplin, keberanian, dan konsistensi tentunya menjadi senjata untuk menembus batasan yang dulu dianggap tak mungkin.
Futsal putri kini berdiri sejajar, membawa prestasi, dan menegaskan bahwa olahraga adalah ruang bagi semua kalangan, tanpa terkecuali. Kini saatnya untuk ambil posisi dan tunjukkan siapa yang berkuasa di lapangan.
AXIS Nation Cup yang dirancang AXIS hadir sebagai kompetisi yang bukan cuma soal menang, tapi soal membuktikan bahwa suara juara bisa datang dari siapa saja. Setiap gol, strategi, dan sorakan adalah bukti bahwa kita semua punya tempat di lapangan. Tunjukkan permainan terbaikmu dan cek info lengkapnya di anc.axis.co.id dan axis.co.id.
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Memaknai Filosofi Futsal dalam Pembentukan Karakter Manusia
-
5 Warna Lipstik Ini Bikin Usia 40-an Tampil Lebih Muda Dan Anti Norak
-
Inovasi Futsal Ramah Lingkungan: Rumput Sintetis dan Bola Daur Ulang
-
Sejarah dan Evolusi Futsal: Dari Lapangan Sempit ke Panggung Dunia
-
Bukan Sekadar Cetak Gol, Intip Rahasia Teknik Dasar Futsal di Lapangan
Hobi
-
BRI Super League: Boyong Anton Fase, PSIM Yogyakarta Kental Aroma Belanda
-
Memaknai Filosofi Futsal dalam Pembentukan Karakter Manusia
-
Luca Marini Jadi Pembalap MotoGP yang Konsisten Finis Musim Ini, Ada Lawan?
-
Tak Percaya Kata Max Verstappen, Laurent Mekies Bantah Red Bull Sudah Bapuk
-
Inovasi Futsal Ramah Lingkungan: Rumput Sintetis dan Bola Daur Ulang
Terkini
-
Ulasan Film The Noisy Mansion, Misteri di Balik Teror Bising Dini Hari
-
Review Asus TUF Gaming F16 2025: Laptop Gahar dengan Desain Low Profile
-
Jadi Remaja Era 1980-an, Inilah Peran Shin Ye Eun dalam A Hundred Memories
-
Rilis Trailer, Trio Arconia Temu Gangster di Only Murders in the Building 5
-
Paradoks Media Sosial: Semakin Lama Online, Ternyata Semakin Tidak Bahagia