Di balik keberhasilannya dalam mendampingi tim futsal putri di liga profesional, Citra Adisti membawa misi yang jauh lebih besar dari sekadar kemenangan. Di tengah dominasi kursi pelatih yang masih dipenuhi oleh laki-laki, ia justru hadir sebagai perempuan yang tak hanya kompeten, tapi juga konsisten.
Citra Adisti (35), salah satu pemain futsal yang saat ini telah menorehkan jejaknya menjadi pelatih tim futsal profesional. Ia mengutarakan bahwa penting untuk generasi muda agar melihat perempuan sebagai sosok pemimpin, terutama di bidang olahraga.
Keputusannya untuk menjadi pelatih futsal tentu dilatarbelakangi keresahan atas lambatnya regenerasi pemain futsal putri, yang selama bertahun-tahun masih didominasi anggota lama. Sejak 2020, ia mulai menekuni pelatihan dan mengantongi lisensi resmi, bahkan saat itu dirinya masih aktif sebagai pemain.
Ketertarikannya pada bidang kepelatihan mulai tumbuh sejak tahun 2019, ketika ia diundang sebagai pembicara dalam sebuah seminar. Kala itu, sebuah percakapan singkat dengan petinggi Asosiasi Akademi Futsal Indonesia (AAFI) justru membuka pandangan baru baginya.
“Saat itu, belum ada atlet putri yang tergerak untuk menjadi pelatih,” ujarnya. Di momen itulah Citra merasa terpanggil untuk membuka jalan bagi atlet perempuan lain agar tidak berhenti di batas peran pemain.
Dorongan itu diperkuat oleh semangatnya untuk terus belajar. Ia menyadari bahwa menjadi pelatih bukan sekadar melanjutkan karier, melainkan bentuk kontribusi nyata terhadap regenerasi dan perkembangan futsal putri.
Sebagai seorang pelatih, Citra tak hanya memfokuskan pemain terhadap teknisnya, tetapi juga pembentukan karakter. Salah satu hal yang harus ditanamkan kepada pemain adalah disiplin. “Disiplin itu kunci kesuksesan,” bebernya.
Melalui pernyataannya, Citra menekankan bahwa setiap pemain harus disiplin dari hal sekecil apapun. Kedisiplinan ini tentunya harus terus diterapkan di lapangan maupun di luar lapangan.
Selain itu, karakter yang harus ditanamkan kepada para pemain adalah berani. Citra mengungkapkan bahwa para pemain harus berani untuk melakukan segala hal. Keberanian ini tentunya meliputi keberanian untuk melakukan kesalahan dan belajar dari kesalahan tersebut. Ia juga selalu menanamkan prinsip berani untuk mencoba kepada pemainnya.
Pembentukan karakter dari nilai-nilai yang ditanamkan kepada pemain ini tentu membuahkan hasil yang memuaskan. Puncak emosional sebagai seorang pelatih juga kerap dirasakannya saat ia dipercayai untuk mendampingi tim futsal yang tidak diunggulkan di liga profesional.
“Tapi justru kita bisa mengalahkan tim di peringkat pertama,” ujarnya. Ia mengutarakan bahwa dengan semangat, kerja keras, dan kedisiplinan, tentu hal tersebut bisa dikalahkan.
Keberhasilan sebagai seorang pelatih tentunya juga harus didongkrak dengan kepercayaan diri dan daya juang pemain. Kedua hal ini juga dapat dikategorikan sebagai suatu bentuk dan teknik untuk mencapai kemenangan.
Kepercayaan diri pemain tentunya selalu ia tanamkan saat latihan. Ia selalu menekankan pentingnya berlatih seolah-olah sedang bertanding. Dengan menciptakan situasi latihan yang menyerupai tekanan pertandingan, para pemain belajar untuk tetap tenang dan tangguh saat menghadapi momen-momen krusial di lapangan.
“Ketika di pertandingan mereka dapet momen seperti ini, mereka sudah pernah belajar di latihan,” jelasnya.
Tak hanya fokus pada aspek fisik, Citra tentunya juga membangun semangat juang tim dengan prinsip dan nilai yang ditanamkan. Ia selalu membangunnya dengan melakukan yang terbaik di setiap pertandingan.
“Saya selalu tanamkan kepada pemain untuk berusaha dulu sampai akhir, lakukan yang terbaik, maka hasilnya sudah pasti yang terbaik,” tambahnya.
Namun di balik semangatnya memimpin, Citra tidak menutup mata terhadap tantangan yang harus ia hadapi sebagai pelatih perempuan di olahraga yang masih didominasi laki-laki. Ia kerap menjadi satu-satunya perempuan dalam berbagai pelatihan lisensi kepelatihan, termasuk saat mengikuti pelatihan level 3, tingkat tertinggi di Indonesia.
Citra berdiri sendiri di antara 19 pelatih laki-laki. Meski demikian, Citra tak pernah merasa gentar dan tetap konsisten. Ia tetap teguh pada keyakinannya bahwa perempuan juga bisa, dan satu-satunya perbedaan hanyalah soal gender, bukan kapasitas atau ilmu.
Lebih dari itu, ia menyadari bahwa kepemimpinannya sebagai seorang perempuan membawa dinamika yang berbeda di lapangan. Pemain perempuan cenderung merasa lebih nyaman dan terbuka saat dipimpin oleh sesama perempuan.
Namun, ia juga menegaskan pentingnya menjaga batas profesional dalam relasi pelatih dan pemain. “Tidak terlalu jauh, tapi juga tidak terlalu dekat,” ujarnya.
Kehadiran Citra sebagai pelatih mencerminkan bahwa perempuan mampu memimpin, memberi instruksi, dan membawa tim menuju kemenangan. Representasi ini diharapkan dapat menumbuhkan keberanian dalam diri generasi muda, khususnya atlet perempuan, untuk bermimpi besar. “Kalau dia aja bisa, kenapa gue enggak?” adalah pola pikir yang ingin ia wariskan sebagai seorang pelatih.
Dari kisah Coach Citra Adisti, kita belajar bahwa menjadi perempuan bukanlah suatu halangan untuk memimpin, terutama di lapangan.
Melalui penguasaan atas teknik dasar futsal, keberanian, kedisiplinan, dan semangat juang, ia menunjukkan bahwa kepemimpinan bukan soal gender, melainkan soal ketekunan dan konsistensi. Lebih dari itu, semangat seperti inilah yang dihidupkan dalam AXIS Nation Cup. Ajang yang bukan sekadar soal menang atau kalah.
Melainkan wadah bagi para generasi muda untuk menunjukkan skill, kekompakan tim, dan mental juara. Untuk informasi lebih lanjut, cek info lengkapnya di anc.axis.co.id dan axis.co.id
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Teknologi dalam Dunia Futsal: Dari Analisis Video hingga Wearable Device
-
Buktikan Prestasi: Perempuan Tak Lagi Hanya Penonton di Lapangan Futsal
-
Memaknai Filosofi Futsal dalam Pembentukan Karakter Manusia
-
Inovasi Futsal Ramah Lingkungan: Rumput Sintetis dan Bola Daur Ulang
-
Sejarah dan Evolusi Futsal: Dari Lapangan Sempit ke Panggung Dunia
Hobi
-
Sempat Ngobrol dengan VR46, Pedro Acosta: Sebagai Bentuk Rasa Hormat
-
Teknologi dalam Dunia Futsal: Dari Analisis Video hingga Wearable Device
-
BRI Super League: Cara Mario Lemos Katrol Rasa Percaya Diri Pemain Persijap
-
Harapan Arlyansyah Abdulmanan usai Debut Sempurna bersama Persija Jakarta
-
Pembalap Ducati Lainnya Tak Sepakat dengan Keluhan Pecco Bagnaia pada GP25
Terkini
-
Ulasan Novel Den of Liars: Jebakan Ilusi yang Menguji Cinta dan Kepercayaan
-
Mundur demi Harga Diri: Langkah Joao Mota Bongkar Masalah Kronis BUMN
-
Bikin Jerawat dan Kemerahan Auto Reda! 4 Pelembab Korea Kandungan Tea Tree
-
Review Motorola G86 Power 5G: HP Badak, Baterai Nyaris Nggak Habis-Habis
-
Ulasan Novel Dari Arjuna untuk Bunda: Kisah Angst Keluarga Berbalut Trauma