Hikmawan Firdaus | M. Fuad S. T.
Rizky Ridho saat memperkuat Timnas Indonesia di laga melawan Irak pada ronde keempat babak kualifikasi Piala Dunia 2026 (dok. AFC)
M. Fuad S. T.

Kekalahan kembali didapatkan oleh Timnas Indonesia di laga penentuan melawan Irak. Bertarung dalam sebuah laga hidup-mati pasca dikalahkan oleh Arab Saudi, Skuat Garuda kembali kandas dari sang lawan dengan skor tipis satu gol tanpa balas.

Dilansir laman AFC, satu-satunya gol yang tercipta pada pertandingan tersebut diciptakan oleh rekan setim Ivar Jenner, Zidane Iqbal pada menit ke-76 melalui sepakan kaki kiri yang meluncur mulus di sudut kiri gawang Maarten Paes.

Kandasnya Timnas Indonesia atas Irak di laga hidup-mati tersebut ternyata diwarnai dengan sebuah fakta yang cukup miris, di mana Patrick Kluivert kembali memaksakan formasi favoritnya yang mengedepankan pertahanan dengan 2 bek tengah.

Padahal sebelumnya, Kluivert juga mendapatkan banyak kritik tajam pasca menerapkan formasi 2 center back karena untuk saat ini dinilai belum sepenuhnya cocok dengan gaya permainan dan kualitas pemain yang dimiliki oleh Timnas Indonesia saat ini.

Disadur dari laman match report transfermarkt.com, di laga melawan Irak kali ini, eks Barcelona tersebut menurunkan duet Jay Idzes dan Rizky Ridho. Kevin Diks yang di laga pertama lalu bermain di posisi jantung pertahanan tim, digeser ke kanan, sementara Dean James tetap menempati sektor full back kiri.

Meskipun dapat dikatakan bermain dengan baik di sepanjang bergulirnya laga, namun ternyata skema 2 bek ini meninggalkan celah besar yang sukses dieksploitasi oleh seorang Zidane Iqbal. 

Kurang rapatnya sistem pertahanan Indonesia yang mana empat bek bertumpuk di garis rendah dan sektor gelandang tak memberikan pressing maksimal, membuat Zidane Iqbal memiliki ruang yang sangat terbuka untuk melakukan pergerakan pun tembakan.

Jika kita menilik video yang diunggah oleh kanal YouTube RCTI Sports (12/10/2025), hanya ada total 7 pemain outfield yang bertarung di sekitaran kotak penalti Paes. Empat pemain adalah mereka yang berposisi sebagai bek, sementara 3 lainnya adalah gelandang. Sementara 3 pemain lainnya, tak terlibat dalam pertarungan tersebut.

Hal ini terbilang sangat berbeda dengan skema permainan yang mengandalkan 3 bek tengah. Dalam skema 3 bek, ketika bertahan, para pemain yang turun membantu lini pertahanan bisa mencapai 9 pemain dan menyisakan satu pemain untuk berhaga-jaga dalam melakukan transisi serangan balik.

Dan hal ini pula yang kerap terjadi saat Kluivert memaksakan skema 2 center back di Timnas Indonesia. Meskipun diisi oleh para pemain dengan kualitas mumpuni, namun di area tembak selalu saja menyisakan celah, baik itu disebabkan karena kurangnya jumlah petarung yang terlibat, maupun cover dan back up dari lini di depannya yang kurang rapat.

Terlebih lagi, skema 2 center back ala Kluivert ini sendiri juga sejatinya belum begitu matang untuk diterapkan di Timnas Indonesia saat ini. Pasalnya, formasi ini baru mulai dicoba oleh sang pelatih di laga uji coba bulan September lalu saat bertemu dengan China Taipei maupun Lebanon.

Sebelumnya, dalam empat pertarungan awal yang dijalani oleh Kluivert bersama Timnas Indonesia, dirinya selalu menggunakan formasi 3 atau 5 bek yang menumpuk menjadi 9 pemain saat bertahan yang mana hal itu sempat memberikan 2 kemenangan atas lawan yang memiliki level permainan cukup tinggi.

Sehingga, jika Kluivert belajar dari kesalahan-kesalahan sebelumnya, seharusnya dirinya tak memaksakan formasi 4 bek dengan berintikan 2 pemain yang berposisi di center back seperti di dua laga penting seperti ini.