Sekar Anindyah Lamase | M. Fuad S. T.
Mantan pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong (Instagram/republikindonesia)
M. Fuad S. T.

Meskipun telah memecat Patrick Kluivert dari kursi kepelatihannya di Timnas Indonesia senior pada 16 Oktober lalu, namun hingga kini PSSI belum juga menentukan nama untuk mengisi jabatan yang lowong tersebut.

Nama mantan pelatin Timnas Indonesia, Shin Tae-yong sempat mengemuka ke ruang publik dan menjadi kandidat yang paling diharapkan oleh para penggemar sepak bola nasional untuk mengisi posisi yang sempat ditempatinya itu.

Namun sayangnya, imbas pemecatan sepihak yang dilakukan oleh PSSI terhadap dirinya, STY kini berani memberikan syarat jika federasi menginginkannya kembali. Berbeda dengan ketika menangani Timnas Indonesia di periode pertama lalu, coach Shin kali ini memberikan beberapa syarat yang salah satunya menegaskan tak ingin diintervensi dalam melakukan pemilihan pemain.

"Ia (STY) memberikan tiga syarat penting yang harus menyertai kembalinya pelatih asal Korea Selatan tersebut. STY diharapkan diberikan kebebasan penuh dalam memilih pemain, menerapkan strategi, dan yang paling utama, menentukan sendiri jajaran staf kepelatihannya," tulis Suara.com terkait syarat kembalinya sang pelatih ke Timnas.

Terlihat, dalam salah satu syarat yang diberikan, coach Shin menyampaikan bahwa dirinya menginginkan kebebasan penuh dalam memilih pemain, atau dengan kata lain, tidak ingin ada pemain titipan dari siapapun untuk masuk dalam skuatnya.

Tentu sebagai masyarakat awam kita pantas untuk berpikir, mengapa sih banyak pihak yang ingin menitipkan pemainnya ke Timnas Indonesia? Jika muncul pertanyaan seperti itu, maka sejatinya terdapat banyak alasan yang melatarbelakangi mengapa ada pihak-pihak yang ingin menitipkan pemainnya ke Timnas Indonesia, baik itu dari agen pemain, pelatih, klub maupun pihak-pihak yang berkepentingan di dalamnya.

Namun jika ditarik sebuah garis besar, maka motif utama dari penitipan pemain ini adalah keuntungan finansial yang akan mereka dapatkan atas pemain yang mereka titipkan itu.

Alasan logisnya cukup sederhana, jika pelatih, agen pemain, pemilik klub, atau bahkan siapapun itu sukses menitipkan pemainnya ke Timnas Indonesia, maka hal tersebut akan berkorelasi positif dan searah dengan harga pemain bersangkutan.

Dengan label "pemain Timnas Indonesia" yang mereka sandang, maka sudah pasti harga pasaran yang mereka miliki pun akan meningkat pesat yang mana muaranya tentu saja akan mendatangkan cuan bagi mereka yang bersinggungan dengan "pemain titipan" tersebut.

Bagi klub atau pemiliknya, peningkatan harga pasaran sang pemain tentu akan membawa keuntungan bagi mereka ketika terjadi transaksi yang melibatkan si pemain. Pun demikian halnya dengan pihak-pihak lain seperti agen yang menaungi.

Semakin mahal harga tebusan seorang pemain, maka sang agen juga akan semakin banyak kecipratan untung karena pada kenyataannya, sang agen akan mendapatkan bagian dari penjualan sang pemain dengan persentase tertentu.

Sementara bagi sang pelatih, berhasil "mengirimkan" pemainnya untuk masuk ke Timnas adalah sebuah pencapaian yang luar biasa. Ibarat kata kerja keras dan bimbingannya selama melatih mendapatkan "pengakuan" dari pelatih berkelas Timnas meskipun hal itu harus dilakukan dengan cara-cara yang kurang sportif.

Bukan hanya itu saja. Dalam persepakbolaan Indonesia, label pemain Timnas tentu membawa sebuah prestige tersendiri bagi sang pemain. Alasannya pun cukup sederhana, karena sudah pasti hal tersebut akan membuatnya mendapatkan pengakuan sebagai salah satu pemain terbaik dalam persepakbolaan dalam negeri, sehingga akan meningkatkan minat pasar terhadap dirinya di bursa transfer.

Jadi, dari sini kita sudah bisa menelaah secara sederhana, mengapa banyak pihak yang ingin menitipkan pemainnya ke Timnas Indonesia. Pasalnya, jika mereka berhasil maka sudah pasti beragam keuntungan pun akan mereka dapatkan, baik secara langsung maupun tak langsung. 

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS