Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Christof
Ilustrasi robot (Pexels/cottonbro).

Fantasi dan mimpi manusia untuk hidup berdampingan dengan robot kian mendekati kenyataan. Dulu, manusia hanya bisa bermimpi hidup dan bercengkrama bersama dengan mesin pintar ini melalui film dan sinema sinema populer.

Namun hingga hari ini, perkembangan temuan robot telah banyak menemui inovasi berarti dan langkah langah besar kemajuan. Kini telah hadir dan berkembang temuan robot-robot pintar yang menemani dan melayani manusia, mulai dari membantu pekerjaan rumah tangga, meringankan pekerjaan sehari-hari, hingga membantu tugas kebencanaan dan kedaruratan .

Tapi benarkah robot-robot masa depan sanggup menggantikan bahkan menggeser kehadiran manusia di semua aspek kehidupan? Hal ini pun tampaknya tak sepenuhnya akan terwujud. Pasalnya, sebagai mesin dan karya temuan manusia, robot masih memiliki segudang kekurangan dan kelemahan dibandingkan kemampuan dan kecerdasan alami manusia.

Sehingga tak sepatutnya jika sebagai manusia kita justru malah mengagungkan dan memujanya secara berlebihan. Bahkan kadarnya melebihi dari rasa kagum dan percaya atas kemampuan dan bakat manusia yang dititipkan Tuhan kepada kita umat-Nya. 

Memang harus diakui, robot memiliki kehandalan berupa kemampuan analisis data yang akurat dan membuahkan hasil pekerjaan yang hampir presisi. Robot tak bisa mengecap rasa lelah, suntuk, dan bosan yang mengganggu daya kerjanya menghasilkan sesuatu. Terlebih robot memiliki konsistensi, dan tak akan terganggu oleh kalutnya emosi dan tekanan yang mengganggu suasana hatinya dalam bekerja.

Namun, robot tetaplah memiliki sistem operasi yang cara kerjanya tak sedahsyat manusia ciptaan Tuhan. Di satu sisi, robot tak bisa merasa dan mengecap cinta, iba, empati, belas kasih, kepedulian, atau tenggang rasa.

Robot bukanlah mahluk sosial spiritual yang memiliki roh dan jiwa lengkap dengan nurani dan halusnya kalbu. Sebagai mesin berdarah dingin yang tak punya sukma dan jiwa, ia tak bisa merasakan kebahagiaan, kesedihan, pilu, rasa girang, semangat menyala, terpukul, dan tertekan dengan sebuah kondisi yang justru akan memicu cara pikir berbeda.

Robot memang tak punya rasa kasihan dan bela rasa melihat kesusahan atau penderitaan mahluk lainnya. Pun tak punya akhlak dan tajamnya budi pekerti yang bisa merubah atau mempertegas suatu sikap dan tindakan. Ia juga tumpul dalam hal kebijaksanaan, tak mampu merefleksi dan merenung akan makna sebuah kejadian, peristiwa atau bahkan suram gemilang kehidupan.

Akal yang ditanamkan di otak sebuah robot tak akan mampu membandingkan dan menyaring mana hal yang baik dan buruk, serta  tak punya akal budi sempurna ala manusia yang memiliki kesantunan, adab hingga etika. Ia hanya bekerja, bekerja, dan bekerja menuntaskan tugas di alam algoritmanya  dan  berfikir sesuai fungsi yang ditujukan sesuai program yang ditanam.  

Dalam bidang pekerjaan dan aktivitas, kapasitas robot dan artificial intelegence yang ditanam di kepalanya juga masih kalah jauh dengan kompetensi dan keahlian yang dimiliki seorang manusia . Otak robot yang kaku sudah tentu tak bisa berfikir super kreatif dan imajinatif, serta menjangkau insting seni yang kemudian mendorong akalnya bercipta, rasa dan berkarsa.

Dalam tataran ini, pekerjaan seorang seniman atau arsitek tentu saja tak bisa digantikan oleh robot. Ia juga tak mampu berkomunikasi, berkompromi, atau bernegosisasi mengenai sebuah tugas, tujuan atau bahkan polemik dan krisis. Sehingga kemampuan seorang negosiator, mediator, atau advokat ulung tak akan bisa digantikan dengan kemampuan robot.

Di sisi lainnya, robot juga belum mampu mengambil kebijakan dan keputusan yang yang lahir dari situasi dan keadaan yang kompleks dan ruwet tak terkendali. Di mana tekanan dan kondisi menuntut untuk lahirnya sebuah keputusan yang lain dan luar dari biasa. Dalam hal ini, lagi-lagi robot tak mampu mengganti posisi seorang manajer, pemimpin, atau pengambil kebijakan kawakan.

Selain itu, yang paling krusial, robot tak memiliki kepribadian, tabiat perangai dan juga watak unik yang menjadi karakter unik layaknya insan manusia. Justru inilah letak keindahan dunia yang diisi oleh ragam pribadi manusia yang berbeda, penuh warna, dinamis, dan saling melengkapi.  

Yah, memang kehadiran dan kemutakhiran teknologi pembuatan robot menjadi salah satu lompatan besar manusia yang layak diacungi jempol. Pencapaian ini jika dikembangkan akan menghasilkan loncatan loncatan besar yang lebih dahsyat dan bermanfaat di masa depan.

Namun, di satu sisi, tak tepat rasanya jika kedatangan robot di dunia manusia malah justru diagungkan dan didewakan sehingga menghinakan serta melenakan kemampuan maupun kekuatan manusia yang diciptakan sempurna. Jangan sampai kita malah dimanusiakan oleh robot yang lahir dari tangan manusia itu sendiri.

Christof