Scroll untuk membaca artikel
Tri Apriyani | Eshanova
Ilustrasi suasana Korea Selatan (Unsplash.com)

Korean Wave atau Hallyu istilah yang sudah tidak asing lagi di telinga para pecinta k-pop dan k-drama. Istilah ini merujuk pada budaya pop Korea Selatan yang telah mengglobal di berbagai penjuru dunia, tidak terkecuali Indonesia. Budaya pop dari negeri ginseng tersebut tidak hanya diminati, melainkan dikonsumsi, dan dipelajari oleh masyarakat.

Tunggu dulu, dikonsumsi ? Maksudnya dimakan ? Bukan. Memang benar makanan korea telah banyak digemari dan dikonsumsi oleh masyarakat, tetapi maksud dari ‘konsumsi’ dalam konteks ini adalah membeli, menggunakan, maupun menikmati suatu hal yang sebenarnya bukan menjadi kebutuhan primer. Bahkan untuk mendapatkannya bisa merelakan waktu, tenaga, dan materi.

Korea and me, kisah saya dengan dunia ‘per-koreaan’ dari awal saya mengenal hingga nanti menuju masa depan.

Kilas balik pertama kali saya mengenal korea berawal dari penayangan drama korea yang berjudul Dream High di salah satu stasiun televisi swasta di Indonesia. Saya tidak ingat persis tahun dan kelas berapa, yang jelas saat itu saya masih duduk di bangku SD. Masih teringat jelas sepulang sekolah saya bergegas mengganti seragam dengan pakaian rumah, lalu menyalakan televisi untuk menonton Dream High bersama dengan adik perempuan saya.

Dapat dikatakan drama yang dibintangi Bae Suzy, Taecyeon 2PM, Kim Soo Hyun, IU, dan aktor lainnya tersebut menjadi jembatan saya mengenal dunia k-pop. Super Junior (SuJu) dan Girls’ Generation (SNSD) menjadi boy group dan girl group pertama favorite saya. Kecintaan saya pada boy group dan girl group tersebut saya ekspresikan dengan menonton music video dan performance mereka melalui kanal Youtube. Sebut saja Sorry Sorry, No Other, dan Superman yang hingga saat ini masih menjadi lagu favorite saya dari Super Junior. Tidak sampai di situ, saking sukanya dengan SuJu dan SNSD dulu saya bela-belain membeli poster unofficial yang di jual di depan sekolah dan saya tempel di dinding kamar.

Singkat cerita saya sempat berhenti menyukai dunia k-pop maupun k-drama. Entah alasan apa yang membuat saya memutuskan untuk berhenti saat itu. Namun, menginjak kelas 2 SMP saya kembali dikenalkan k-drama Descendants of The Sun (DOTS) yang dibintangi oleh Song Joong Ki dan Song Hye Kyo oleh sepupu saya. And ya I came back to love the Korean World because of the k-drama again. Semenjak saat itu hingga saat ini duduk di bangku perkuliahan semester 5 saya masih suka dengan budaya pop korea. Mungkin tepatnya lebih gila. Dulu saya yang suka mengoleksi poster unofficial, sekarang suka mengoleksi album beserta poster officialnya.

Untuk sebagian orang mungkin menganggap saya sebagai penggemar yang fanatik. Tapi saya tidak merasa demikian. Justru dari sini saya belajar untuk mendapatkan sesuatu membutuhkan usaha, yaitu menabung. Menyisihkan uang untuk keperluan pribadi dengan fangirling tentu bukan perkara mudah. Saya harus belajar untuk mengatur pengeluaran dengan baik.

Keputusan saya untuk menyertakan kata ‘masa depan’ pada judul di atas karena saya meletakkan harapan yang besar untuk masa depan saya di Korea Selatan. Saya mendambakan Korea Selatan sebagai negara pilihan saya untuk melanjutkan studi S2. Kalau ditanya perihal alasannya, sebenarnya tidak ada alasan khusus. Seolah-olah sudah menjadi panggilan hati dan saya yakin bisa berkunjung dan belajar di sana suatu saat nanti.

Keinginan tersebut tentu bukan hanya angan-angan semata. Saya benar-benar ingin menimba ilmu sebanyak-banyaknya sekalipun di luar negeri.

Korea yang dulu menjadi alasan saya untuk memenuhi kepuasan batin, sekarang menjadi alasan saya untuk memenuhi mimpi saya di masa depan.

Eshanova