Scroll untuk membaca artikel
Munirah | Budi
Ilustrasi Persaingan Sehat di Kampung. (Pixabay)

Mendengar nama Todang-todang mungkin hanyalah istilah asing yang jarang terdengar di telinga kita. Mungkin saja Todang-todang dianggap hanyalah suatu suku yang tak terkenal, bisa juga semacam sifat perilaku manusia atau pun hanya sebuah nama benda yang ada di daerah pulau Indonesia.

Ya, memang istilah Todang-todang bukan hanya sebatas nama daerah ataupun suku saja, apalagi dikategorikan dalam konteks bahasa daerah, tentu memiliki banyak arti. Namun, disini saya akan sedikit berbicara mengenai Todang-todang pada konteks nama desa atau daerah yang ada di Indonesia.

Desa Todang-todang terletak di Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Suatu desa yang terpencil dan berada di pusat pegunungan Polewali Mandar. Ya, memang jarang terdengar dan sulit juga ditemukan di google maps, maklumlah tempatnya sulit diakses jaringan internet.

Desa Todang-todang tidaklah seperti desa Panglipuran di Bali atau pun desa Sungai Nyalo di Panan yang memang terkenal. Baik dari segi sumber daya manusianya yang ramah, budaya maupun pengelolaan desa yang bersih dan rapi. Atau pun menjadi desa sebagai tempat wisata yang unik, baik dalam kanca lokal maupun internasional.

Meskipun, tidak begitu terkenal dan sedikit juga orang yang mengenalnya. Mungkin hanya orang-orang tertentu yang bisa mengenalnya. Akan tetapi, desa Todang-todang setidaknya juga memiliki nilai-nilai moral yang dapat menjadi bahan percontohan.

Menurut hemat saya, tentu setiap desa atau daerah akan memiliki ciri dan karakteristik masing-masing. Dapat menjadi suatu keunggulan sebagai nilai plus dalam bersaing dengan daerah-daerah lain.

Eits, bukan berarti bersaing dalam artian saling bermusuhan ya, atau menjatuhkan satu sama lain,  apalagi sampai mengujar kebencian antar suku atau pun daerah. Karena hal itu tentu sangat tidak diperbolehkan dan dianjurkan untuk tidak dipraktikkan.

Oke, saya termasuk warga negara desa Todang-todang tentu merasa bangga dapat dilahirkan di tempat tersebut. Selain sebagai daerah yang dahulu dapat menjadi patron atau menjadi sebagai daerah besar di Polewali Mandar tepatnya di Balanipa, desa Todang-todang dikenal dengan istilah "Appeq Banua Kayyang" dalam bahasa Mandarnya.

Waktu itu kerajaan Balanipa tidak dapat dibentuk tanpa melalui persetujuan dari "Appeq Banua Kayyang" tersebut yakni Todang-todang, Samasundu, Napo dan Mosso. Itulah mengapa desa Todang-todang sempat juga menjadi catatan sejarah dalam perjalanan kerajaan Balanipa di Mandar. Oh iya, Mandar ini adalah sebuah nama suku, yang dikenal dengan suku Mandar.  

Selain itu, ada hal lain yang dapat menjadi pelajaran dari warga Todang-todang sampai saat ini. Meskipun, ada catatan penting untuk warga dan pemerintah desa Todang-todang yang perlu diperbaiki.

Mulai dari cara pemerintah desa yang mengelolah desa Todang-todang kerapkali meresahkan warganya sendiri, atau bahkan warganya sendiri yang tidak bisa menghilangkan gosip murahan ketika ngumpul-ngumpul. Nah, hal itu jelas suatu perbuatan yang tidak mencerminkan nilai-nilai moral sebagai manusia dan warga negara.

Itulah sisi negatifnya. Nah, sisi positifnya yakni bagaimana belajar dari warga masyarakat desa Todang-todang dalam hal bersaing. Persaingan dalam bentuk apa pun yang setidaknya dapat menjadi pelajaran bagaimana warga masyarakat desa Todang-todang untuk menjalaninya.  

Nampak terlihat persainganya yang sehat, tidak saling menjatuhkan melainkan saling berusaha satu sama lain. Meskipun, sama-sama ingin menjadi orang besar tetapi tingkah mereka tidak pernah mencerminkan ingin menjatuhkan lawan saingannya.  

Saya banyak melihat bagaimana antusias warga masyarakat Todang-todang dalam hal bersaing. Meskipun masyarakatnya tidak menganggap itu adalah suatu persaingan. Dahulu, ketika ada warga yang membeli televisi, tanpa menunggu lama-lama masyarakat yang lain pun juga masing-masing membeli Televisi.

Bukan hanya televisi, barang-barang yang lain pun seperti Kulkas, Parabola, Radio dan barang berharga lainnya hampir semua warga masyarakat desa Todang-todang memilikinya secara pribadi.  

Namun, hebatnya tidak ada yang menjatuhkan/menghalangi ketika ada yang membeli hal seperti itu. Bahkan ketika ada warga melakukan hal baru, maka warga yang lain pun akan berusaha untuk melakukan seperti demikian. Baru-baru ini juga, warga desa Todang-todang banyak melakukan renovasi rumah menjadi rumah batu, dengan seketika itu juga, masyarakat lain pun melakukan hal yang sama.

Hal ini bagi saya adalah suatu persaigan yang sehat dan perlu dicontoh jika memang kita mampu membawanya ke arena positif, megapa tidak kan. Contohnya ketika seseorang dengan antusiasnya belajar, mengapa kita tidak mampu belajar dengan lebih giat lagi. Saya pikir itu adalah suatu hal positif yang perlu dipertahankan dan diamalkan.

Oleh karena itu, sebagai manusia tentunya dapat hidup dengan berakselerasi terhadap yang lain.  Bersaing secara sehat adalah nilai-nilai moral yang perlu dipertahankan, bukan hanya mau menang sendiri tanpa memperhatikan yang lain. Atau malah membiarkannya terpuruk, apalagi itu disebabkan karena perbuatan kita sebagai lawannya. Lawan dalam artian bukanlah musuh seperti yang ada di film-film. Melainkan lawan hidup dalam menggapai cita-cita dan impian.

Budi