Bermimpi kemudian menggantungkan harapan di Negeri orang kata orang tuaku, itu hal yang gila. Dimana kita berani buat menanggung risiko yang berat, siap menerima culture shock, dan siap untuk hidup tanpa mengenal siapapun. Bagi aku, hidup tanpa survive adalah datar.
Nyaman bergelut dengan zona aman, berlindung di bawah rasa tenang, padahal risiko juga melatih diri seberapa kuat dan bisa kita lalui semua itu.
Aku rasa, di manapun kita berada dan berani keluar dari cangkang tanpa melihat kita di Negara mana, itu sudah cukup bagus dalam hal mengambil risiko melangkah lebih jauh. Karena, Tuhan pun tau tujuan kita mengambil risiko itu untuk apa, dengan kita berani berjuang sendirian itu untuk siapa, semua untuk diri kita sendiri. Kalian tau, aku juga tengah berusaha melawan diri agar tidak tampak bodo amat. Kemudian seketika aku membuat sebuah kalimat yang sedikit menyadarkanku terkait tekad yang sedang aku bangun,
Kamu boleh ambis, tapi jangan egois. Kamu memerlukan seseorang, dan seseorang memerlukanmu. Silahkan berjalan jauh menuju harap yang kamu mau. Tapi tetap tidak lupa bahwa kamu punya rumah.
Hingga akhirnya, kalimat itu sendiri, yang membuat aku berani melangkah untuk Seoul atas restu orang tua, dan pastinya Tuhan. Berhasil-tidak berhasil, setidaknya aku mau berani. Masalah apa yang bakal di hadapi semua perkara risiko dan pastinya tetap antisipasi.
Dan kenapa aku memilih Seoul, Korea Selatan? Tak kurang dan tak lebih, aku merasa diriku ada disana dan harus aku jemput. Tak hanya hiburannya yang menarik, tapi budayanya yang masih kentara seru untuk di pelajari, sistem pendidikannya yang keras tapi sedikit berambisi, setidaknya dapat mengubah sudut pandangku terkait ‘hidup dalam ruang’. Sebenernya setiap Negara orang pantas untuk dijadikan destinasi pendidikan buat kita, hanya saja kita harus kembali ke persepsi masing-masing terkait minat seseorang terhadap Negara atau daerah yang mau dituju. Berilah ruang untuk dirimu berubah dan mengambil keputusan. Aku rasa, jika apa-apa demi diri kita, demi orang yang kita cinta, Tuhan pasti mengerti. Maka aku yakin, aku bisa ke Seoul bukan Cuma sekedar mampir ke SM Entertainment atau ke Gwanghwamun, tapi disanalah semoga Aku bisa menjadi ‘aku’.
Baca Juga
Artikel Terkait
Kolom
-
Filosofi Menanam Bunga Matahari untuk Tumbuh di Tengah Quarter Life Crisis
-
Meraba Realita Musisi Independen yang Hidup dari Gigs Berbayar Seadanya
-
Mahasiswa Melek Literasi: Gerakan Kecil yang Bikin Dampak Besar
-
Revisi KUHAP: Jurang Baru Antara Kewenangan Aparat dan Hak Warga Negara
-
Partisipasi Publik Palsu: Strategi Komunikasi di Balik Pengesahan Revisi KUHAP
Terkini
-
3 Flat Shoes di Bawah 200 Ribu yang Bikin Look Makin Chic
-
IDID Melawan Batasan dan Tetap Jadi Diri Sendiri di Lagu Terbaru, Push Back
-
Bikin Wangi Seharian! 3 Parfum Pria Cocok Banget Buat Kado Pacar
-
Segera Diumumkan, Pelatih Baru Skuat Garuda Harus Rela Dirundung Standar Tinggi Warisan STY
-
Sinopsis Bison: Kaalamaadan, Film India Terbaru Dhruv Vikram di Netflix