Scroll untuk membaca artikel
Tri Apriyani | Noor Cholis
Ilustrasi Pahlawan. (pixabay/rsteve254)

Sebagai manusia, kita sering dihadapkan pada kenyataan dalam hidup. Menjawab pertanyaan yang mengalir bersama kisah hidup kita, seperti 'Mengapa kita dilahirkan? Mengapa kita hidup di dunia ini?’ Ini semua tentang tujuan hidup manusia untuk menjadi seseorang dan sesuatu di dunia ini. Mayoritas orang menginginkan kehidupan di mana mereka merasa sukses. Sehingga tidak ada lagi penyesalan dalam hidupnya saat itu.

Dalam perjalanan seseorang untuk mencapai arti kata sukses dalam hidupnya, perlu ada kerja keras yang mengiringinya. Sukses tanpa kerja keras seperti gajah yang bisa terbang, mustahil. Padahal, tujuan kita sebagai manusia bukan hanya sekedar ingin sukses. Sukses adalah bonus yang kita dapatkan ketika kita telah mencapai tujuan utama kita, yaitu menjadi manusia seutuhnya. Manusia seutuhnya muncul dari perjalanan hidup dan kerja keras yang dilaluinya. Semakin keras rintangan yang menghadang kita dalam meraih kesuksesan, semakin sempurna kita dibentuk menjadi manusia.

Seseorang yang sukses adalah orang yang mau bekerja keras diimbangi dengan doa dan rasa ingin tahu. Dalam setiap kegagalan yang menyertai perjalanannya, selalu ada pelajaran yang bisa dipetik di dalamnya. Faktanya, mayoritas orang sukses adalah mereka yang belajar dari kegagalan. Bahkan di masa dewasa, orang belajar lebih banyak dari kegagalan mereka daripada dari kesuksesan mereka. Sukses bukan sekadar kondisi di mana kita berada di posisi teratas dengan uang melimpah. Setiap orang memiliki standar kesuksesannya masing-masing yang ingin dicapai dalam hidup.

Hidup tidak melulu menuntut kita untuk menjadi sesuatu yang menempati tingkat teratas. Namun, seberapa besar manfaat yang telah kita ukir dan kita beri untuk orang-orang di sekitar kita. Mengapa mayoritas orang sering berpikir bahwa hidup harus menjadi sesuatu? Tidak bisakah jika hidup hanya menjadi seseorang? Padahal dengan menjadi seseorang yang utuh kita bisa menjadi pahlawan bagi diri kita sendiri maupun bagi orang lain.

Pahlawan kekinian di masa ini adalah diri kita sendiri. Ketika dunia menentang bahkan badai cobaan menghalang. Setidaknya jika kita memiliki sifat kerja keras, mimpi yang tinggi, dan tujuan hidup yang kuat untuk menjadi apa kita di hidup kali ini. Bahkan ketika ombak setinggi langit pun menerjang, seseorang berjiwa pahlawan mampu berdiri di atas kakinya sendiri.

Seorang pahlawan tidak melulu harus menyelamatkan satu dunia, satu negara dan bangsa. Melainkan bisa dimulai dari hal terkecil, yakni menjadi pahlawan untuk diri sendiri dan masa depan pribadi. Apapun yang dilakukan dalam perjalanannya, seorang pahlawan bagi diri sendiri tidak akan menyerah asalkan apa yang dilakukannya tidak merugikan orang lain dan mampu dipertanggungjawabkan.

Bahkan seorang pahlawan tidak apa-apa berbuat kesalahan. Itu wajar. Akibat dari kesalahan tersebutlah seseorang mampu belajar dan merefleksi diri untuk semakin menjadi manusia utuh mulai detik ini demi masa depan. Karena ini hidup pertama kita, maka berbuat salah sekali-dua kali tidak menjadi masalah. Dengan syarat di kesempatan selanjutnya, tidak mengulangi kesalahan itu dan jatuh di lubang yang sama.

Pahlawan masa depan percaya bahwa bukan keberuntungan yang membawanya pada kesuksesan, tetapi kerja keras maksimal yang membuahkan hasil memuaskan. Keberuntungan adalah kata lain dari buah kerja keras seseorang. Menjadi pahlawan tidak harus dimulai dari sesuatu hal yang besar. Cukup menyelamatkan diri sendiri dari keterpurukan dan mempersiapkan masa depan cerah. Langkah yang kecil, semoga bisa menggerakkan dunia yang besar.

Noor Cholis

Baca Juga