Banten merupakan wilayah yang strategis dalam jalur perdagangan Asia. Banten yang mempunyai tempat strategis tersebut menjadikan wilayahnya sebagai magnet bagi para Kongsi Dagang, salah satunya yakni VOC.
Pada masa kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa di wilayah Banten, VOC mengalami beberapa kali gempuran dari pihak Sultan Ageng Tirtayasa.
Upaya VOC Mengambilalih Wilayah Kekuasaan Kesultanan Banten
Vereenigde Oost-Indie Compagnie atau disingkat VOC melirik wilayah barat Kepulauan Nusantara yang menjadi tempat jalur pedagangan Asia, tepatnya di wilayah Banten, menjadikan Kongsi Dagang milik Belanda tersebut untuk berupaya menaklukkan wilayah Banten.
VOC yang semula-mula mendirikan berbagai fasilitas untuk kepentingannya di wilayah Banten, seperti kantor perwakilan VOC, kantor dagangnya, dermaga kapal, benteng, hingga gudang. Menjadikan wilayah Banten sebagai tempat kekuasaannya setelah wilayah Kepulauan Maluku. Pembangunan fasilitas tersebut bermula pada tahun 1603.
Telah didirikannya berbagai fasilitas guna kepentingan perdagangannya, VOC tetap saja merasa kurang dan ingin menguasai wilayah strategis dalam jalur perdagangan Asia tersebut, yakni VOC ingin merebut Jayakarta untuk menjadikannya sebagai pusat VOC di Nusantara. Akan tetapi, wilayah Jayakarta merupakan bagian dari kekuasaan Kesultanan Banten.
VOC berupaya mengambilalih wilayah kekuasaan Kesultanan Banten, Kongsi Dagang Belanda tersebut pun langsung membuat strategi guna merampas Jayakarta. VOC dengan 16 kapal perangnya tiba di Banten, dan dilanjutkan dengan gempuran kepada Banten. VOC yang dipimpin oleh Jan Pieterszoon Coen mengalami kekalahan yang disebabkan oleh perlawanan Banten yang didukung Inggris.
Jan Pieterszoon Coen pun tidak gentar dan menginginkan Jayakarta jatuh di tangannya dengan mengangkat senjata. Mengutip dari Sejarah Nasional Indonesia, Jilid IV, ia mengatakan bahwa melakukan perdagangan di kawasan Asia harus menjalankan-mempertahankan dengan menggunakan senjata.
Pimpinan VOC itu pun membuat strategis yang kedua, pada 30 Mei 1619, Jan Pieterszoon pun langsung menyerang Banten. Serangan VOC yang kedua kalinya dilakukan ketika Banten sedang lengah. Pada waktu itulah Jayakarta yang berada di bawah kekuasaannya Kesultanan Banten, direbut atau diambil alih oleh pihak VOC.
Sultan Ageng Tirtayasa menggempur VOC
Pada tahun 1651, di mana Kesultanan Banten tengah mengangkat Sultan Banten Ke-6, yakni mengangkat Sultan Ageng Tirtayasa. Sultan Ageng Tirtayasa mengerahkan para pedagangnya untuk meluaskan wilayah perdagangannya.
Sultan Ageng Tirtayasa menyadari bahwa Pelabuhan Asia yang direbut oleh VOC dari tangan Kesultanan Banten, mesti ia rebut kembali guna kepentingannya dalam perdagangan dan menjadikan Banten sebagai pusat perdagangan Asia kembali.
Sultan Ageng Tirtayasa mengusahakan memperluas perdagangannya itu menyiratkan untuk mengganggu aktivitas VOC. Lebih beraninya lagi, setelah satu tahun pelantikannya, yakni pada tahun 1652, Sultan Ageng Tirtayasa mengerahkan pasukan perangnya untuk menggempur pihak VOC yang berada di Batavia, dan pihak VOC menghalau serangan dari Kesultanan Banten tersebut.
Dengan kata lain, pertempuran antara Kesultanan Banten dengan VOC bergejolak kembali. Dengan keberaniannya, pasukan Sultan Ageng Tirtayasa menghancurkan aktivitas perkebunan tebu milik VOC, dan pasukan Sultan Ageng Tirtayasa membakar tempat-tempat yang dimanfaatkan oleh VOC sebagai lokasi pertahanannya.
Gempuran Sultan Ageng Tirtayasa terhadap VOC mengalami pemberhentian, sebab adanya konflik internal di dalam istana Kesultanan Banten. Sultan Ageng Tirtayasa melakukan tindakan dengan berpindah tempat kediamannya guna menghindri konflik internal yang berkepanjangan.
Ketika memasuki tahun 1680, Sultan Ageng Tirtayasa melancarkan gempurannya terhadap VOC. Sebab adanya bentuk penganiayaan terhadap para pedagang yang beridentitas Banten yang dilakukan oleh VOC. Akan tetapi, Sultan Ageng Tirtayasa mengalami kekalahan karena ia tertangkap oleh VOC. Sebab Sultan Ageng Tirtayasa ditangkap karena terjebak tipuan VOC. Penangkapan tersebut terjadi pada tahun 1683.
Tag
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Tolak RUU Larangan Perdagangan Daging Anjing, Baleg DPR Dituding Punya Kepentingan Pribadi
-
Sat Set Bantu UMKM, Ayu Ting Ting Diniai Lebih Solutif Ketimbang Kementerian Perdagangan
-
Mendag Ancam Distributor Minyak Goreng MinyaKita yang Jual di Atas HET
-
Respons Jaksa Kejagung Diminta Periksa 5 Mendag Selain Tom Lembong
-
PN Jaksel Gelar Sidang Perdana Praperadilan Tom Lembong Hari Ini
Kolom
-
Ilusi Uang Cepat: Judi Online dan Realitas yang Menghancurkan
-
Dukungan Jokowi dalam Pilkada Jakarta: Apa yang Bisa Kita Pelajari?
-
Polemik Bansos dan Kepentingan Politik: Ketika Bantuan Jadi Alat Kampanye
-
Regenerasi Terhambat: Dinasti Politik di Balik Layar Demokrasi
-
Tren Childfree di Indonesia Melonjak, Sejauh Mana Negara Hadir?
Terkini
-
Sudah Dapatkan Ole Romeny, PSSI Rupanya Masih Berburu Striker Keturunan
-
Resmi, Serial Alice in Borderland Season 3 Bakal Tayang Tahun Depan
-
Ulasan Buku Perkabungan untuk Cinta, Ungkap Perasaan Duka Saat Ditinggalkan
-
Curi Perhatian! Ini Reaksi Pelatih PSBS Biak usai Strikernya Dipanggil Timnas Indonesia
-
Psikologi Feminisme di Buku Ada Serigala Betina dalam Diri Setiap Perempuan