Cantik, apa yang terlintas di pikiranmu jika mendengar kata ini? Tubuh tinggi langsing, kulit putih, hidung mancung, rambut lurus melambai-lambai, seperti itukah? Tidak bisa dipungkiri, agaknya kita semua sepakat dengan pendapat tersebut.
Di masyarakat kita, umumnya seorang perempuan dikatakan cantik apabila memiliki ciri fisik seperti tadi. Tubuh proporsional dengan warna kulit putih bersih yang akan membuatnya menawan saat memakai baju apa saja, yang akan membuat fotonya cantik tanpa menggunakan filter, dan tentu saja akan memikat mata publik.
Meskipun demikian, dalam kondisi tertentu definisi cantik menurut A belum tentu sama dengan definisi cantik menurut B. Mungkin kamu pernah mendengar istilah “cantik itu relatif”, pernyataan tersebut tidak salah. Pasalnya, memang sebagian orang memiliki pendapat berbeda-beda terhadap kata “cantik”.
Ada yang berpendapat seorang perempuan cantik bila berkulit sawo matang. Ada pula yang mengatakan bahwa cantik itu bila tubuhnya tidak terlalu tinggi atau tidak terlalu kurus.
Hal yang perlu kita semua pahami, cantik tidak selalu tentang fisik. Cantik bisa berasal dari pemikiran, prestasi, sikap, dan tutur kata yang diucapkan. Setiap perempuan bisa memancarkan pesona cantiknya masing-masing. Perempuan tidak harus memenuhi ekspektasi orang lain agar bisa disebut cantik.
Kembali lagi, cantik itu relatif. Seorang perempuan yang berwawasan luas akan dipuja-puja kecantikannya oleh orang-orang yang menganggap bahwa keluasan pengetahuan adalah sebuah kecantikan.
Sementara perempuan yang jago memasak akan disanjung-sanjung oleh orang-orang yang menganggap bahwa seorang perempuan cantik bila pandai mengolah masakan.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang sebenarnya terjadi adalah setiap perempuan itu cantik. Seluruh perempuan juga layak disebut cantik. Mereka memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, yang katanya ratu sejagat bukan berarti dia sempurna, yang punya masalah dengan jerawat juga bukan berarti dia tak pandai merawat muka.
Semua itu bergantung dari kacamata mana yang digunakan untuk melihat, jika orang-orang di luar sana memiliki pendapat demikian, rasanya tidak ada lagi kata insecure dan body shaming. Apa yang diberikan pada kita adalah anugerah yang harus disyukuri dan dirawat sebaik mungkin.
Tag
Baca Juga
-
Terdepak dari Pramac, Miguel Oliveira: Keputusan Ini Mengejutkan Saya
-
CEO MotoGP Enggan Hentikan Marc Marquez yang Dianggap 'Terlalu Mendominasi'
-
Puasa Menang Sejak 2019, Bisakah Marc Marquez Raih Poin Penuh di MotoGP Catalunya?
-
Alami Paceklik, Alex Marquez Tetap Anggap Pecco Bagnaia Sebagai Ancaman
-
Resmi, 3 Pembalap Ini Teken Kontrak Baru Jelang MotoGP Catalunya 2025
Artikel Terkait
Kolom
-
Rakyat Ingin RUU Perampasan Aset, DPR Sibuk Pangkas Tunjangan
-
Polemik Bu Ana, Brave Pink, dan Simbol yang Mengalahkan Substansi
-
Lebih dari Sekadar Demo: Aksi Ibu-Ibu Ini Buktikan Aspirasi Bisa Disampaikan Tanpa Anarki!
-
Ironi Demokrasi: Kala Rakyat Harus 'Sumbang' Nyawa untuk Didengar Wakilnya
-
Influencer vs DPR: Aksi Nyata 17+8 Tuntutan Rakyat di Era Digital
Terkini
-
Skandal Korupsi Chromebook: Nadiem Makarim dan 4 Pejabat Jadi Tersangka, Ini Peran Masing-Masing
-
Viral 'Black Mamba' Ahmad Sahroni: Dari Hoax Politik hingga Jadi Pelajaran Seksologi ala dr Boyke
-
Paspor Sehari Jadi: Jurus Sat-set untuk yang Kepepet, tapi Siap-siap Dompet Kaget!
-
Feby Belinda Terancam? Isu Istri Pertama Ahmad Sahroni Kembali Mencuat!
-
Indonesia vs China Taipei: Pesta Gol yang Masih Dibayangi Bocornya Lini Pertahanan