Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Desyta Rina Marta Guritno
Pecco Bagnaia dan Tim Ducati (Instagram/@ducaticorse)

Tahun ini, Pecco Bagnaia tengah menjalani musim yang sangat berat di MotoGP. Setelah empat tahun bertarung di papan atas dengan torehan dua titel juara dunia beruntun serta dua kali menempati posisi runner-up, performanya di musim 2025 justru menurun drastis.

Sejak balapan pertama tahun ini, Bagnaia sudah menunjukkan tanda-tanda kesulitan. Padahal musim lalu ia mampu mendominasi separuh kalender balap dengan menorehkan total 11 kemenangan di main race, sebuah pencapaian yang membuatnya seolah tak terkalahkan meskipun pada akhirnya harus tunduk dari Jorge Martin dengan yang memenangkan kejuaraan dengan selisih 10 poin saja.

Namun situasi tahun ini sungguh berbeda. Kini, ketika musim telah memasuki seri kesebelas, Bagnaia hanya mampu membawa pulang satu kemenangan saja, itu diraihnya di Grand Prix Amerika beberapa bulan lalu. Setelahnya, Pecco seperti kehilangan taring.

Setiap kali turun ke lintasan, ia tampak kesulitan menemukan kecepatan terbaik. Situasi makin menyesakkan karena di saat dirinya tertatih, justru rekan setimnya sendiri, Marc Marquez, tampil luar biasa dan terus menambah pundi-pundi poin di puncak klasemen.

Perbedaan poin antara Bagnaia dan Marquez kini mencapai 147 angka. Dengan selisih sebesar itu dan performanya yang tak kunjung membaik, peluang Pecco untuk ikut dalam perebutan gelar juara dunia secara tidak langsung sudah tertutup rapat.

Situasi ini tentu membuat mentalnya tertekan. Sebagai seorang pembalap yang terbiasa berada di garis depan dan menjadi unggulan, kegagalan demi kegagalan yang ia alami musim ini menjadi pukulan besar.

Pada balapan terakhir di Sachsenring, Jerman, penampilannya pun jauh dari kata memuaskan. Di sprint race, Pecco hanya mampu finis di posisi ke-12, pencapaian yang tidak sebanding dengan statusnya sebagai juara dunia dua kali.

Bahkan jika motor yang dikendarainya mengalami kendala teknis, tetap saja hasil ini memicu kekecewaan mendalam, baik untuk dirinya maupun seluruh tim karena dia tidak bisa berbuat apa-apa.

Di tengah situasi sulit ini, Ducati tetap menunjukkan dukungan penuh kepada Bagnaia. Mereka berusaha mengembalikan kepercayaan dirinya dan membantu menyelesaikan masalah teknis motor yang kerap menimpa musim ini.

Bahkan Claudio Domenicali selaku CEO Ducati turun langsung untuk memberikan motivasi dan memastikan bahwa Bagnaia tetap merasa dihargai dan dibutuhkan oleh tim. Hal ini disampaikan langsung oleh Pecco saat di GP Jerman lalu.

"Dia sangat (berada) di pihak saya. Dia selalu berusaha, kami juga banyak bicara setelah setiap balapan. Dia ingin tahu segalanya. Dia seorang insinyur, jadi dia ingin mengerti, berbicara juga dengan Cristian Gabarrini, Tommy (Pagano) dan seluruh tim saya. Dan dia sangat dekat dengan saya," ujar Pecco, dilansir dari laman Crash.

Bahkan setelah sesi sprint race di Sachsenring yang berat itu, Pecco mengatakan bahwa Domenicali datang langsung ke arahnya dan memberi beberapa nasehat.

Dukungan seperti ini tentu sangat dibutuhkan oleh Pecco di masa-masa sulit, karena tentu tidak akan mudah bagi seorang pembalap seperti Pecco yang sudah meraih 2 gelar, berada di tim terbaik, menggunakan motor terbaik, mengalami masalah yang tak kunjung usai.

"Hari ini setelah balapan (sprint), dia datang kepada saya dan mencoba memberi saya beberapa (nasehat), tapi saya benar-benar ingin, seperti dia, dia ingin, untuk bertarung memperebutkan posisi teratas lagi seperti yang selalu saya lakukan sejak saya menjadi pembalap pabrikan," tambahnya.

Terbukti, bagi Ducati, Pecco masih menjadi bagian penting dari keluarga besar mereka meski musim ini bukanlah miliknya. Namun bagi Bagnaia sendiri, musim ini tampaknya akan menjadi salah satu ujian mental terbesar sepanjang kariernya di MotoGP.

Desyta Rina Marta Guritno