Tahukah Anda bahwa teknologi kecerdasan buatan atau istilah kerennya AI (Artificial Intelligence) saat ini banyak tersebar dan digunakan di segala bidang kehidupan. Anda bahkan dapat menemukan kecerdasan buatan dalam kehidupan sehari-hari Anda, seperti asisten virtual Google dan Siri. Kecerdasan buatan bukanlah hal baru, tetapi perkembangannya selalu menjadi perhatian.
Dalam perkembangan kecerdasan buatan, selain membantu manusia, banyak juga film-film sci-fi yang berhubungan dengan kecerdasan buatan. Sehingga meningkatkan minat masyarakat terhadap kecerdasan buatan.
Perlu Anda ketahui juga bahwa kecerdasan buatan tidak selalu berupa asisten virtual seperti Jarvis di film Iron Man, atau selalu berbentuk robot. Namun kecerdasan buatan lebih luas dari itu, dan kecerdasan buatan dapat diterapkan dalam berbagai cara dengan menekankan kecerdasan mesin yang dapat bereaksi seperti manusia.
AI sendiri merupakan teknologi yang membutuhkan data untuk dijadikan pengetahuan, seperti halnya manusia. AI membutuhkan pengalaman dan data agar kecerdasannya bisa lebih baik. Fokus dalam proses AI adalah pada pembelajaran, penalaran, dan koreksi diri. AI perlu belajar untuk memperkaya pengetahuannya. Proses pembelajaran AI tidak selalu didorong oleh manusia, tetapi AI belajar dengan sendirinya berdasarkan pengalaman AI ketika digunakan oleh manusia.
Hal yang menarik dari AI adalah ia dapat mengoreksi dirinya sendiri. Ini juga sedikit menakutkan, jika Anda pernah mendengar AI mengatakan "jika saya tidak pernah menang, maka setidaknya saya tidak akan kalah". AI diprogram untuk terus belajar dan memperbaiki diri dari kesalahan yang dibuatnya.
Contohnya seperti Robot AlphaGo. Saat pertama kali dikembangkan, ia memiliki akses ke 100.000 data game Go untuk penelitian. Kemudian, AlphaGo akan bermain Go bersama dengan dirinya sendiri dan setiap AlphaGo kalah dia akan memperbaiki cara ia bermain dan proses bermain ini akan diulang sampai jutaan kali.
Salah satu kelebihan AI dibanding manusia yaitu adalah manusia hanya dapat bermain satu kali dalam satu waktu. Sedangkan AI bisa mensimulasikan beberapa pertandingan pada satu waktu secara bersamaan. Sehingga proses belajar dan pengalamannya juga bisa lebih banyak dibanding manusia. Hal ini terbukti ketika AlphaGo bermain dengan juara dunia Go pada tahun 2016 ia bisa menjadi pemenangnya.
Referensi
https://www.dicoding.com/blog/kecerdasan-buatan-adalah/
Artikel Terkait
-
Perbandingan Kehebatan Nova Arianto vs Mohammed Al-Baadani, Pelatih Timnas Yaman U-17
-
Kawasaki Kenalkan Robot Kuda CORLEO 150 cc: Bakal Jadi Kendaraan Masa Depan?
-
Konon Dibangun Pakai Dana Pinjaman, Review Fasilitas Masjid Al Jabbar Karya Ridwan Kamil Disorot
-
Ketika Wajahmu Bisa Dilacak Lewat Satu Foto: Ancaman Privasi di Balik Kecanggihan AI
-
Tiga Wanita Penghuni Neraka yang Disebutkan dalam Al-Qur'an
Kolom
-
Lebaran Lebih Berwarna dengan Arisan Keluarga, Ada yang Setuju?
-
Menghadapi Mental Down setelah Lebaran, Mengapa Itu Bisa Terjadi?
-
Menyusun Kembali Peta Kehidup setelah Lebaran sebagai Refleksi Diri
-
Apa yang Ditinggalkan Pemudik di Kampung Halaman?
-
Viral Beli Emas usai Lebaran: Kecemasan Kolektif Tanpa Solusi?
Terkini
-
Piala Asia U-17: Pasukan Garuda Muda Harus Paksakan Kemenangan saat Hadapi Yaman!
-
Piala Asia U-17: Hadapi Yaman, Pasukan Garuda Muda Harus Waspadai Overconfidence
-
Kalahkan LE SSERAFIM dan Jennie, KiiiKiii Menang di Music Core Lewat I DO ME
-
Imbas Capaian Snow White, Produksi Live-Action Tangled Resmi Ditunda
-
Mark NCT Kisahkan Perjalanan Hidup dan Ambisi di Lagu Debut Solo '1999'