Perang antara Rusia dan Ukraina akhirnya tumpah juga dalam beberapa hari terakhir ini. Hal ini tentunya amat kita sayangkan. Perang apapun alasannya bukan sesuatu hal terbaik untuk memecahkan persoalan. Banyak hal yang akan dikorbankan atas nama perang. Korban jiwa, korban harta dan sebagainya. Perang juga akan mengacak-acak kemanusiaan kita. Akibat perang orang-orang yang tak bersalah dan tak mengerti apa-apa bisa menjadi korban atas ambisi dan perang yang terjadi.
Bangunan megah yang dibangun dengan biaya mahal bisa seketika rusak akibat perang, warga sipil bisa menjadi salah sasaran akibat perang, para istri banyak kehilangan suami akibat perang demikian juga banyak anak yang akan menjadi yatim piatu akibat perpecahan perang.
Perang juga bisa menyebabkan gelombang pengungsian dan ini tentunya menjadi persoalan yang serius. Para pengungsi membutuhkan tempat tinggal, mereka juga butuh pakaian dan juga makan. Perang hanya akan mengakibatkan pertumpahan darah yang akan tercatat dalam sejarah dan menodai peradaban. Perang juga akan menyisakan trauma bagi anak-anak yang sedang menjadi saksi hidup atas terjadinya perang tersebut.
Warga Negara Indonesia (WNI) yang ada di Ukraina yang berjumlah 140 orang harus mendapatkan perlindungan agar tidak menjadi korban dari biadabnya perang. Pemerintah Indonesia, harus cepat bertindak terutama untuk menyelamatkan warganya yang ada di Ukraina dan sedang terjebak perang tersebut. Mereka harus segera dievakuasi untuk ditempatkan di daerah atau negara-negara aman terlebih dahulu.
Bisa juga 140 Warga Negaara Indonesia (WNI) yang bermukim di Ukraina ini dipulangkan terlebih dahulu ke tanah air Indonesia demi untuk menjaga keselamatan jiwa dan raga mereka. Evakuasi ini harus dilakukan secepatnya sebelum situasi semakin memburuk, sebab kita tidak bisa mengetahui atau memprediksi sampai kapan dan sejauh mana perang di Ukraina ini akan berakhir.
Selain hal tersebut, sebagai sebuah negara yang memiliki cita-cita mulia di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasakan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka Indonesia harus memiliki kontribusi nyata dalam upaya untuk menciptakan perdamaian antara Rusia dan Ukraina ini.
Kita menyadari bahwa pengaruh kita untuk menghentikan perang tidak cukup kuat. Namun upaya Presiden Jokowi yang menyerukan agar semua pihak menahan diri melalui Forum G-20 beberapa waktu yang lalu sebelum pecahnya perang Rusia-Ukraina sudah cukup baik.
Tetapi karena saat ini perang telah terjadi, maka pemerintah Indonesia bisa memanfaatkan posisi Presidensi G-20 untuk berdiplomasi membujuk Rusia menghentikan serangan dan mundur dari Ukraina. Indonesia bisa mengajak kedua negara tersebut untuk berunding di bawah forum majelis umum PBB untuk menghentikan perang dan menyelesaikan persoalan dengan damai.
Selain hal tersebut, Indonesia juga bisa bermitra dengan negara-negara yang lainnya agar membujuk kedua negara untuk menahan diri, menghentikan perang dan menjujung tinggi kemanusiaan. Mengedepankan perundingan untuk memecahkan persoalan dan perselisihan lebih utama dari pada berperang yang mengorbankan banyak korban.
Agar perang dunia ketiga tidak terjadi, kita juga berharap melalui diplomasi pemerintah Indonesia agar negara-negara pendukung kedua negara tersebut juga sama-sama mampu menahan diri untuk tidak mengirimkan dukungan pasukan dan persenjataan kepada kedua negara yang berperang ini. Jika negara-negara pendukung kedua negara yang sedang berperang ini tidak bisa menahan diri maka kemungkinan perang akan semakin meluas dan ini berpotensi untuk benar-benar menciptakan terjadinya perang dunia ketiga.
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Pandangan Negara-negara Soal Kemenangan Donald Trump 'Sebagai Jalan Untuk Beristirahat'
-
Ukraina Tangkap Lebih dari 700 Tentara Rusia dalam Serangan Mendadak ke Wilayah Kursk
-
Ukraina Mulai Serang Pasukan Korea Utara di Rusia
-
Donald Trump Janji Akhiri Perang Ukraina jika Terpilih Kembali Sebagai Presiden Amerika
-
"Siapapun yang Menang, Hentikan Perang!" Warga Palestina di Gaza Bersuara di Pilpres AS
Kolom
-
Tantangan Literasi di Era Pesatnya Teknologi Informasi
-
Tren Media Sosial dan Fenomena Enggan Menikah di Kalangan Anak Muda
-
Mengemis Digital di TikTok: Ketika Harga Diri Menjadi Komoditas
-
Guru dan Masa Depan yang Dikorbankan: Refleksi Profesi yang Terabaikan
-
Soroti Pernyataan Mendikti, Alumni LPDP Tidak Harus Pulang, Setuju Tidak?
Terkini
-
Ulasan Novel Buku-Buku Loak, Bernostalgia Melalui Sastra Lama
-
Resmi Dijadikan Anime, Mr. Yano's Ordinary Days Kisahkan Romansa di Sekolah
-
Rebutan Gelar, Pecco Bagnaia dan Jorge Martin Merasa Tak Perlu Bermusuhan
-
Ulasan Film The Black Phone: Penculikan Misterius Laki-Laki Bertopeng
-
3 Bek Timnas Jepang yang Diprediksi Jadi Tembok Kokoh Saat Jumpa Indonesia