Scroll untuk membaca artikel
Rendy Adrikni Sadikin | Hendra Fokker
Anomali cuaca Indonesia (BMKG)

Per bulan Februari 2022, banyak terjadi peristiwa alam yang dapat dikategorikan sebagai realitas anomali. Hujan lebat disertai angin kencang, sudah menjadi keseharian yang dirasakan warga.

Khususnya bagi wilayah selatan Indonesia. Bila merujuk pada laman BMKG, matriks rasio hujan dalam status waspada menjadi dominan dalam potensi dampak ringan hingga sedang.

Hal ini ditambah dengan intensitas angin kencang disertai hujan lebat yang sewaktu-waktu terjadi. Banyaknya pohon tumbang, menjadi problematika sendiri bagi aktivitas masyarakat selama beberapa waktu belakangan ini.

Khususnya di DKI Jakarta, mobilitas masyarakat dapat dikatakan terganggu akibat anomali cuaca. Baik dalam persoalan hujan, ataupun angin kencang. Menyikapi hal ini, Pemerintah DKI Jakarta, dapat dikatakan sigap untuk mengantisipasi dampak yang kelak menimbulkan kerugian masyarakat.

Pemangkasan pohon-pohon di sepanjang jalan akses Jakarta-Bogor merupakan bukti nyatanya. Tetapi tentu saja ada sebab dan akibat dari perubahan cuaca ekstrem yang tengah terjadi.

Penurunan kawasan hutan yang banyak dialihfungsikan untuk komersialisasi di kawasan hulu, tentu saja dapat menjadi sebab terjadinya anomali cuaca. Area serapan air serta pendangkalan area penguapan, secara tidak langsung dapat mempengaruhi signifikasi intensitas hujan disertai panas berlebih.

Bukan tidak ada upaya penanggulangan, melainkan kembali kepada faktor cuaca dan kesadaran masyarakat dalam menjaga alam. Hal ini tidak hanya berlaku pada area Jabodetabek, melainkan di seluruh wilayah Indonesia.

Potensi bencana tentu dapat diminimalisir, ketika ada upaya tegas dalam menyelesaikan persoalan deforestasi. Wacana perubahan iklim yang drastis, tentu membuat kita khawatir atas dampak yang kemungkinan dapat terjadi.

Khususnya dalam upaya mitigasi bencana yang selalu disosialisasikan oleh dinas-dinas dan organisasi kelompok terkait. Semuanya tentu memiliki perannya masing-masing.

Kesadaran menjaga lingkungan yang kerap disosialisasikan juga sekiranya dapat mengurai persoalan atau dampak yang dapat terjadi. Meminimalisir kerugian, baik jiwa atau materiil merupakan hal penting yang patut dijadikan prioritas utama. Khususnya bagi para stakeholder atau pemangku kebijakan publik.

Ancaman deforestasi sekiranya dapat menjadi wacana bersama, untuk dapat dijadikan tujuan menjaga alam dari kerusakan. Tidak ada kata terlambat bagi upaya penanggulangan. Demi keberlangsungan alam untuk masa depan generasi yang akan datang.

Hendra Fokker