Saat kita membaca dan menyelesaikan sebuah buku, lalu kita menyukainya, bahkan sampai merekomendasikan buku yang telah dibaca kepada orang lain karena memang kita merasa buku yang telah dibaca sangat berkesan hingga dapat merubah hidup kita.
Lalu setelahnya beberapa waktu kemudian, kita melanjutkan hidup, lambat laun tanpa kita sadari kita telah melupakan buku yang telah kita baca tersebut. Dan pada akhirnya kita sadar bahwa apa yang telah kita baca seiring berjalannya waktu akan terlupakan, terkubur di bawah tumpukan batu-batu yang kita sebut stres, beban pekerjaan, masalah kehidupan yang kita jalani, kecemasan, dan batu-batu lainnya.
Sampai akhirnya kita berpikir mengenai apa gunanya membaca buku jika pada akhirnya kita melupakannya? Hidup pada kenyataannya tidak benar-benar berubah, buku-buku yang selama ini pernah kita baca kemudian akan menghilang dari ingatan kita yang rapuh oleh waktu, lalu sia-sia saja, bukan?
Pada faktanya, setiap buku pasti meninggalkan kesan dan perubahan pada pembacanya. Bahkan ketika kita tidak bisa mengingatnya sekalipun. Sama seperti segala hal-hal kecil yang pernah terjadi dan setiap orang yang pernah kita temui dalam hidup, semuanya membawa perubahan pada diri kita.
Pada dasarnya tidak ada yang sia-sia dari aktivitas membaca buku, paling tidak kita mendapatkan kebahagiaan dari apa yang telah kita baca, buku tetaplah menjadi kunci kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban di dunia. Dengan membaca buku juga kita dapat memperluas cakrawala pandangan dan pikiran kita, orang yang gemar membaca akan memiliki kepekaan yang lebih tinggi karena kemampuan daya bernalarnya yang telah berkembang, dan kemampuan inilah yang akan membuatnya mampu menyelesaikan berbagai persoalan atau permasalahan yang ia temui dalam kehidupan.
Memiliki kegemaran membaca buku merupakan opsi yang sangat tepat untuk mengisi waktu-waktu luang yang kita miliki dalam hidup. Berteman dengan buku sama sekali tidak akan membuat kita rugi, justru sebaliknya, akan banyak sekali manfaat yang bisa kita petik dari aktivitas membaca. Bahkan ada sebuah adagium yang mungkin tidak asing lagi ditelinga kita bahwa sebaik-baik teman duduk adalah buku.
Baca Juga
-
Ulasan Buku 'Deep Work': Cara Berhasil Fokus di Dunia yang Penuh Gangguan
-
10 Tips Praktis Menjadi Penulis Non-Fiksi, Gak Susah Kok!
-
Ulasan Buku 'Human Kind': Sejarah Penuh Harapan karya Rutger Bregman
-
Ulasan Novel 'Rumah Kaca': Politik Arsip sebagai Mata Radar Hindia Belanda
-
Menciptakan Demokrasi Ideal melalui Penyelenggaran Pemilu di Indonesia
Artikel Terkait
-
Ulasan Buku "The Wisdom", Merenungi Kebijaksanaan Hidup
-
Ulasan Novel If at First: Misteri Kelam Kehidupan Masyarakat Kelas Atas
-
Membentuk Perubahan dari Kebiasaan Kecil, Belajar dari Buku Atomic Habits
-
Ketika Siswi Populer Ditemukan Meninggal dalam Novel They All Had A Reason
-
Krisis Literasi Informasi Pelajar di Era AI, Memudahkan atau Membingungkan?
Kolom
-
AI Ambil Alih Estetika, Apakah Pertanda Proses Kreatif Mulai Terpinggirkan?
-
Sekolah Rakyat Segera Dibuka, Awasi Supaya Tidak Salah Arah!
-
Terlalu Pintar, Tak Jadi Apa-Apa, Ironi Nyata di Balik Ucapan Prabowo
-
Polri dan Proyek Jagung: Lahan Subur atau Ladang Masalah?
-
Koran Cetak di Era Digital, Masihkah Relevan?
Terkini
-
Nova Arianto Capai Tonggak Sejarah Baru, Bukti Nyata Talenta Pelatih Lokal?
-
Kim Soo-hyun Kembali Bantah Tuduhan Pedofilia kepada Kim Sae-ron
-
Dari Ratu Rom-Com ke Horor, Kim Hye Yoon Digaet Bintangi Film Salmokji
-
Langgam 'Kuncung' Didi Kempot, Kesederhanaan Hidup yang Kini Dirindukan
-
xikers 'Breathe,' Tak Gentar Raih Tujuan di Tengah Situasi Sulit