Kita semua pernah mendengar bahwa ada orang tua, terutama para ayah, yang selalu memarahi dan melarang anak laki-laki untuk menangis. Tidak hanya orang tua, bahkan lingkungan tempat tinggal mereka mengolok-olok anak yang menangis dan menyebut anak yang menangis "lemah, banci" dan lain-lain dengan maksud untuk mengirim pesan bahwa menangis untuk anak laki-laki adalah sesuatu tidakan yang tidak cocok.
Ketika kita mendengar kata menangis, sebagian dari kita mungkin berpikir bahwa hanya wanita yang melakukannya. Tidak benar-benar, loh. Menangis merupakan perilaku yang sudah dilakukan manusia sejak lahir. Misalnya, dalam hubungan orang tua-bayi, orang tua memahami bagaimana perasaan bayi ketika mereka menangis. Hanya setelah anak dapat berbicara, anak mengubah cara dia berkomunikasi untuk menyampaikan sesuatu.
Jadi apa artinya ketika orang dewasa, terutama pria, tidak akan menangis lagi? Apa sebenarnya arti menangis bagi orang, pria dan wanita? Menangis adalah respon yang kita rasakan untuk mengekspresikan emosi seperti kesedihan, kehilangan, kekecewaan, dan kebahagiaan.
Efek buruk dapat terjadi ketika kita mencoba menahan air mata dalam menghadapi situasi emosional, menyakitkan atau mengecewakan dan tidak bisa melepaskan kondisi yang akan membebani kita secara psikologis.
Namun, karena konstruksi sosial dan tradisional mengkonstruksi peran laki-laki sebagai sosok yang kuat dan tangguh, sementara perempuan dikonstruksikan sebagai individu yang lemah, laki-laki sebagai konsekuensinya harus menggambarkan sifat-sifat maskulin mereka, dan itulah mengapa menangis dianggap sebagai perilaku yang memalukan bagi laki-laki bahkan ketika mereka sedang frustrasi. .
Faktanya, menangis adalah ekspresi emosi yang sehat karena dapat mengurangi stres psikologis. Jadi menangis tidak ada hubungannya dengan lemah atau tidaknya seseorang.
Menurut profesor psikologi Addis di Clark University, kita perlu mengubah cara kita memandang konsep gender tradisional dan menciptakan maskulinitas baru dengan peduli dan menghormati pilihan ekspresi orang lain. .
Kita bisa mulai dari hal-hal kecil agar kita tidak menjadi bias gender, seperti ketika di kelas kita tidak mendiskriminasi seseorang hanya karena mereka perempuan, dan mulai menjadi kebiasaan ketika mulai mengubah cara berpikir kita pada kesetaraan gender.
Saat ini, yang menjadi tantangan selanjutnya ialah perlu meningkatkan pemahaman dan kesadaran kita tentang bagaimana secara psikologis bahwa menangis bagi laki-laki bukanlah sesuatu yang aneh, tetapi sebaliknya hal itu wajar mereka lakukan.
Demikian pula, penting untuk memahami dan meningkatkan kesadaran di antara kelompok perempuan agar mereka tidak berpikir bahwa laki-laki mengekspresikan emosinya dengan menangis, itu tidak boleh dianggap sebagai perilaku yang lemah, terutama ketika mereka melihat beberapa manfaat bagi kesehatan, yakni:
- Mengurangi stres: Menangis merangsang produksi endorfin dalam tubuh yang membuat kita dapat merasa lebih baik, mengurangi rasa sakit, dan mengurangi rasa stres.
- Meningkatkan mood: Saat kita menangis, kadar mangan yang ada di dalam tubuh kita akan ikut keluar dengan air mata yang menghasilkan mood kita akan jauh lebih baik selepas menangis
- Melegakan perasaan: Saat kita menangis, kita mengeluarkan semua emosi kita yang akhirnya membuat perasaan kita semakin lega setelah puas menangis.
- Membunuh bakteri: Menangis bisa membunuh 90-95% bakteri yang ada di mata karena air mata mengandung lysozyme.
Jadi, jika Anda merasa sangat tertekan karena beban yang Anda rasakan, Anda bisa menangis, meskipun Anda seorang pria. Bahkan jika perlu, Anda dapat membicarakan perasaan Anda kepada orang yang Anda percayai, atau Anda juga dapat berbicara dengan seorang profesional. Terima kasih sudah memilih rapuh dan tetap hidup. Teruslah hidup dan bertumbuh
Baca Juga
-
Nikita Mirzani Merasa Bahagia Dipenjara: Jadi Primadona Tahanan
-
Kick-Off Indonesia vs. Vietnam Diubah, Pelatih Park Hang-Seo Berikan Pesan Menohok
-
Dito Mahendra Dipanggil KPK, Nikita Mirzani Bahagia: Saya Akan Ikut Datang
-
Nikita Mirzani Bahas Penggalangan Dana Indra Bekti, Warganet: Baru Keluar Bui Ngomongnya Agak-agak
-
Pasanganmu Kurang Peka, Lakukan 4 Tips Ini agar Dia Tau Diri
Artikel Terkait
Kolom
-
Dari Iklan ke Film: Bagaimana Media Membentuk Citra Perempuan?
-
Representasi Perempuan di Layar Kaca: Antara Stereotip dan Realitas
-
Buku Anak Jadi Solusi Segar ketika Reading Slump Menyerang
-
Pemain Sepak Bola Nyambi Jadi Abdi Negara, Bukti Persepakbolaan Indonesia Belum Menjanjikan?
-
Ojek Online: Mesin Uang Platform, Beban Ganda Mitra dan Konsumen
Terkini
-
Tayang 2027, Vin Diesel Ingin Paul Walker 'Muncul' di Fast and Furious 11
-
Momen Langka, Liga Indonesia All Star Diminta All Out Lawan Oxford United
-
Infinix Hot 60i Resmi Rilis, HP Rp 1 Jutaan Bawa Memori Lega dan Chipset Helio G81 Ultimate
-
Indonesia Sudah Otomatis, Bagaimana Perhitungan Rasio Kelolosan Tim-Tim ASEAN ke AFC U-17?
-
Dihuni 15 Pemain Kaliber Timnas Senior, Gerald Vanenburg Wajib Bawa Kembali Piala AFF U-23