Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Budi Prathama
Ilustrasi orang berdiskusi. (Pixabay.com)

Kebiasaan berdiskusi mungkin masih menghiasi pada sudut-sudut cafe di negeri ini, mengingat aktivitas diskusi sebagai upaya untuk saling tukar pikiran atas pengetahuan yang dimiliki. Melalui diskusi pula, maka dapat melahirkan suatu kesimpulan baru yang bisa dijadikan sebagai acuan bersama dalam bertindak.

Kegiatan berdiskusi pasti akan sering dilakukan di kalangan mahasiswa, bahkan di kalangan dosen atau para politikus sekalipun. Budaya diskusi memang perlu dirawat agar berbagai problem dapat dikaji secara mendalam dengan pemikiran bersama.

Bahkan para pendiri bangsa ini pun sering kali berdiskusi, perbedaan pandangan terhadap suatu masalah adalah hal yang lumrah. Namun, dengan cara berdiskusi atau bermusyawarahlah sebagai solusi mengatasi perbedaan pandangan tersebut.

Perbedaan pandangan Soekarno, Muhamad Hatta, dan Sjahrir terhadap Indonesia telah tercatat dalam sejarah. Hingga kemudian, Indonesia pun benar-benar lahir sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan dasar negara Pancasila, juga melalui proses diskusi yang panjang.

Maka dari itu, budaya diskusi amat penting untuk kita rawat dan juga diupayakan agar ada hasil yang lebih produktif. Selain supaya ada hasil kesepakatan bersama, tentu terlalu amat baik kalau hasil diskusi dibuatkan tulisan kemudian diterbitkan di media.

Mengapa hasil diskusi perlu kita tulis? Alasannya sederhana saja, selain sebagai arsip yang bisa dibaca juga merupakan bukti otentik, terlebih melalui cara itu dapat melatih kemampuan menulis kita.

Mengingat kemampuan menulis salah satu aktivitas produktif yang amat banyak manfaatnya, lebih-lebih dapat memberi kebermanfaatan yang cakupannya lebih luas pada orang lain.

Menulis yang dimaksud di sini tentu tulisan dengan mengacu pada kaidah-kaidah penulisan yang benar, misalnya tulisan berupa esai, ulasan, artikel, berita, feature dan jenis tulisan lain biasa dijumpai di berbagai media. Maka dengan begitu, hasil diskusi sangat cocok untuk dituliskan dan semoga hasilnya bisa diterbitkan oleh media.

Menulis dari tema hasil diskusi memungkinkan bisa dengan mudah menyusun suatu tulisan. Asalkan bisa mencatat poin-poin penting hasil diskusi, kemudian itu bisa dikembangkan untuk dibuatkan narasi yang enak dengan mampu memikat pembaca. Tetapi, lagi-lagi ini butuh keahlian tersendiri.

Bukan berarti yang boleh menulis hasil diskusi hanyalah orang yang memang jago menulis, melainkan penulis pemula sekalipun.

Bahkan, hasil diskusi salah satu rekomendasi yang sangat baik bagi penulis pemula untuk mengasah kemampuan menulisnya. Walaupun masih berantakan saat awal-awalnya, tetapi saya pikir kalau sudah terbiasa pasti akan baik juga. Bukankah kunci terbaik bagi seorang penulis mesti banyak berlatih dan berani memulai menulis?

Dengan begitu, proses belajar menulis pun dapat diasah melalui hasil diskusi. Kemudian, setelah ada tulisan sebisa mungkin agar dapat diterbitkan di media, baik online maupun cetak.

Beberapa media online pun mungkin bisa jadi rekomendasi untuk menerbitkan tulisan hasil diskusi, seperti Yoursay.id, Millenials.id, Qureta, dan beberapa media lainnya. Untuk lebih lengkapnya sih bisa searching di Google.

Selama memenuhi ketentuan dan syarat suatu media terkait tulisan yang akan diterbitkan, jelas berpeluang besar tulisan hasil diskusi bisa terbit. Dengan begitu, sahabat pembaca silahkan dicoba saja, tetapi yang jelas setiap media memiliki ciri khas tersendiri atas tulisan yang diterbitkan.

Untuk lebih amannya sahabat pembaca bisa mempelajari karakter medianya terlebih dahulu dan tulisan-tulisan yang dimuat. Lalu setelah itu, baru memutuskan untuk mengirimkan tulisan hasil diskusi kepada meja redaktur media, semoga saja berhasil. 

Budi Prathama