Pendidikan tinggi sering diperbincangkan di masyarakat, karena banyak orang yang bergelar insinyur bahkan doctor tapi kelakuannya tidak terdidik. Banyak sekali studi kasus yang terjadi di lapangan seperti korupsi, intoleran, pelecehan seksual seperti data selama periode 2017-2021.
Komnas Perempuan mencatat bahwa kasus kekerasan seksual di lingkungan pendidikan paling banyak terjadi di perguruan tinggi, yakni 35 kasus, diikuti pesantren dengan 16 kasus, dan sekolah menengah atas (SMA) 15 kasus. Betapa mirisnya akhlak dan moral yang seharusnya sudah menjadi balutan public figure dengan adanya jenjang pendidikan yang tinggi, mengapa demikian?
Pintar, Tapi Terdidik?
Banyak orang yang bergelar sarjana bahkan doctor nyatanya belum pasti bisa mengubah kelakuan orang. Banyak sekolah tinggi di Indonesia yang telah berhasil mencetak orang-orang pintar namun didikannya tidak terkendalikan. Banyak orang yang mendekam di penjara setelah dikupas latar belakangnya, mereka tercatat punya gelar dan lulusan pendidikan tinggi.
Dilihat melalui lensa kaca mata, pendidikan formal di Indonesia memang lebih matang untuk mengajarkan materi, sehingga bisa mendorong orang agar semakin pintar. Tetapi, dalam segi budi pekerti atau karakter yang bisa membuat lebih terdidik tidak ada yang diajarkan.
Maka dari situlah, banyak kasus-kasus yang terjadi, padahal pintar tapi pintarnya kelewatan bahkan minterin orang dan itu memalukan sekali sama halnya korupsi. Nyatanya banyak instansi yang masih merekrut mantan narapidana untuk dijadikan seorang pemimpin, harusnya itu tidak ada. Karena masih banyak orang yang terdidik tapi tidak dilirik.
Ubah Sistem Pendidikan di Indonesia
Pendidikan di Indonesia memang kebanyakan hanya mementingkan hasil dibanding proses, jika sistem ini segera diubah maka pendidikan di Indonesia akan lebih memedulikan proses dibanding hasilnya, karena dengan adanya proses bisa lebih tahu tahapan atau prosedurnya, terkadang tidak peduli apakah benar atau tidak bahwa yang dikejar adalah hasilnya yang penting sesuai dengan hasil yang diharapkan.
Di situlah titik kesalahan sistem pendidikan di Indonesia ini, banyak yang dibiarkan begitu saja dalam mencapai target yang harus ditempuh, tanpa memperhatikan prosesnya yang penting hasilnya. Padahal, itu sangat penting untuk masuk penilaian agar tahu proses yang dilaluinya itu benar atau salah.
Dampak dari sistem pendidikan yang memperhatikan penilaian prosesnya adalah terlahirnya generasi yang terdidik bukan orang pintar yang sok pintar. Dengan mengubah sistem pendidikannya, Indonesia akan meminimalisir kasus-kasus yang sudah terjadi.
Saatnya sekarang semua pihak perlu berjuang untuk mewujudkan pendidikan di Indonesia agar bersih dari korupsi melalui bidang pendidikan. Pendidikan bukan hanya di lingkungan sekolah atau perguruan tinggi, tapi pendidikan awal itu berasal dari keluarga, maka perlu kasih sayang orang tua agar bisa mendidik anaknya menjadi orang yang terdidik.
Tag
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Pemkab Maros Kolaborasi ICW dan YASMIB Sulawesi Berantas Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa
-
Benarkah Stasiun Gambir Akan Pensiun?
-
Lenovo Hadirkan Layanan Premium ke Laptop Murah IdeaPad Slim 3
-
5 Jenis Penikmat Kopi di Indonesia, Kamu Termasuk yang Mana?
-
Sang Kekasih Ulang Tahun, Egy Maulana Sampaikan Ucapan Romantis
Kolom
-
Dosen di Era Digital: Antara Pendidik dan Influencer
-
Menari di Antara Batas! Kebebasan Berekspresi di Sekolah vs Kampus
-
Menyusuri Lorong Ilmu! Buku Perpustakaan vs Jurnal Akademik
-
Janji Mundur atau Strategi Pencitraan? Membaca Ulang Pernyataan Prabowo
-
Tari Kontemporer Berbalut Kesenian Rakyat: Kolaborasi Komunitas Seni Jogja
Terkini
-
WKU Kadin Saleh Husin: Perlu Keberpihakan Pemerintah Agar Industri Baja Nasional Tidak Mati
-
Ulasan Lagu LUCY Flowering, Musim Semi yang Penuh Harapan dan Kehangatan
-
Ayam Bakar sampai Bebek Goreng, Nikmatnya Menu Wong Solo Bikin Ketagihan
-
Simpel nan Stylish! Ini 4 Look Outfit Xinyu TripleS yang Harus Kamu Lirik
-
Taman Wisata Pasir Putih, Objek Wisata Keluarga dengan HTM Murah di Depok