Sering kita dengar, gema reboisasi alias penghijauan kembali lahan yang gersang. Namun, terkadang rasa bingung muncul untuk menentukan jenis tanaman apa yang cocok. Kalau boleh aku sarankan, tanaman kelor alias Moringa oleifera adalah salah satu spesies yang sesuai.
Alasan Pribadi: 'Kenapa Harus Kelor?'
Kalau ditanya 'kenapa harus kelor?', maka akan kujawab dengan jujur bahwasanya kelor adalah tanaman yang mudah tumbuh dan dirawat, dan daunnya mengandung sejuta manfaat dari beragam kacamata baik kesehatan, hingga unsur mistik. Aku nggak tahu apa korelasinya, tetapi ada beberapa kasak-kusuk yang menyinggung kaitan kelor dengan mistik bagi beberapa kalangan.
Alasan Umum: 'Kenapa Harus Kelor?'
1. Mudah Dibudidayakan
Kelor (Moringa oleifera) adalah tanaman yang mudah tumbuh dan perawatannya nggak sulit. Nggak perlu susah-susah membeli bibit, cukup patahkan batangnya dan tancapkan di tanah basah. Jangan lupa untuk rutin melakukan penyiraman dan pemberian pupuk. Maka kelor akan menumbuhkan daun muda dalam beberapa hari saja.
Aku nggak bohong, karena begitulah sistematis penanaman kelor di rumahku. Informasi ini juga kuperoleh dari salah satu kawan yang seorang florist, dan dengan dermawannya dia memberikan batang pohon kelor sepanjang 1 meter padaku.
Kelor juga nggak membutuhkan perawatan khusus. Yang penting mendapat air yang cukup, maka tanaman ini bakal tumbuh besar dan menghasilkan kesejukan di lingkungan rumah.
2. Memiliki Segudang Manfaat
Mengutip dari Suara.com, kelor memiliki manfaat dalam:
- Menjaga imun,
- Meningkatkan kesehatan jantung,
- Mengobati asam lambung,
- Mengatasi mata merah, dan
- Memelihara fungsi otak.
Bahkan, kalau kamu googling tentang manfaat dan kandungan daun kelor, kamu bakal menemukan beragam kekayaan nutrisi dan antioksidan dalam tanaman ini. Intinya, daun kelor baik untuk kesehatan dan bisa dikonsumsi tanpa efek samping apapun.
Rasanya gimana? Enak kok.
3. Menyimpan Intrik Mistik
Bagi beberapa kalangan, tanaman kelor dipercaya memiliki unsur mistik dalam ranah metafisika. Jujur, aku nggak bisa menjelaskan hal ini ya.
Namun, aku pernah dengar bahwa seseorang yang menggunakan susuk memiliki pantangan untuk mengonsumsi daun kelor. Ditakutkan, susuknya akan luruh dan pesonanya luntur. Sekali lagi aku nggak bisa menjelaskan karena memang nggak ngerti.
4. Tanaman Yang Cocok Untuk Gema Reboisasi
Pohon kelor tentu saja bisa besar dan kanopi daunnya bisa lebar sehingga menciptakan suasana yang sejuk dan teduh. Akarnya pun berguna untuk mencegah erosi karena daya cengkramnya yang kuat.
Nggak seperti Mahoni atau Wadang misalnya yang membutuhkan waktu lama untuk tumbuh (hasil uji coba menanam biji Mahoni dan Wadang sendiri), kelor lebih mudah tumbuh dengan sistematis penanaman yang simpel. Caranya mirip dengan menanam singkong, yakni dengan menancapkan batangnya di tanah.
Sejatinya, reboisasi bisa kita lakukan lewat langkah kecil. Nggak harus mencari spesies tanaman tertentu seperti Mahoni, Jati, atau bahkan Trembesi untuk mulai menanam pohon. Walau aslinya saya sangat menyukai Mahoni karena estetik saat buah-buahnya beterbangan tertiup angin, dan Trembesi karena kanopi dedaunannya yang cakep.
Namun harus jujur, menanam Mahoni agak susah karena waktu tumbuhnya yang lambat. Nggak seperti Moringa alias Kelor yang cepat tumbuh dan hidup, serta bisa dimanfaatkan sebagai sayuran sih.
Kelor alias Moringa memang nggak akan dihargai semahal pohon Mahoni bahkan Trembesi, tetapi menawarkan esensinya dalam suara alam dan gema reboisasi yang lebih dekat pada eksistensi masyarakat. Apalagi, dengan sedikit dikaitkan dengan intrik mistik, percaya deh, pasti bakal banyak orang yang menanamnya.
Bayangkan, kalau satu kampung kompak menanam satu pohon kelor di pekarangan rumah masing-masing, bukankah bakal hijau kampung mereka?
Baca Juga
-
Mengompos: Healing Buat Manusia Yang Patah Hati, Healing Buat Bumi
-
Bancakan Pitulasan: Tradisi Unik Ramaikan HUT RI yang Menyatukan Perbedaan
-
Ulasan Novel Lewat Tengah Malam: Teror dan Misteri dari dalam Kulkas Bekas
-
Luka dan Tangis Pengampunan dalam Cerpen Mengarungi Samudra Kehidupan
-
Review Manhwa Savor the Taste: Mengangkat Kuliner Korea dan Hukum Karma
Artikel Terkait
-
3 Hal Sepele yang Diam-Diam Bikin Bumi Sakit!
-
Merdeka dari Energi Fosil: Menyelamatkan Bumi dengan Energi Terbarukan
-
Hijau dari Rumah: Satu Pohon Tanaman Melawan Gunungan Sampah
-
Tak Perlu Jadi Pahlawan Super: Aksi Sederhana untuk Bumi yang Lebih Baik
-
Kurangi Kertas, Cintai Bumi: Digitalisasi dalam Kehidupan Sehari-hari
Kolom
-
3 Hal Sepele yang Diam-Diam Bikin Bumi Sakit!
-
Cara Film Tinggal Meninggal Menggali Sisi Introvert Manusia
-
Bukan Sekadar Candu: Membesarkan Generasi Alpha di Tengah Kepungan Layar
-
Self-care di Era Kapitalisme: Healing atau Konsumerisme Terselubung?
-
Bumi Tak Perlu Berteriak: Saatnya Kita Lawan Krisis Air dari Sekarang
Terkini
-
4 Toner Lokal Mengandung Witch Hazel untuk Kulit Bebas Minyak Berlebih
-
Maxwell Souza Nilai Persija Pantas Menang Lawan Malut United, Apa Sebabnya?
-
I Find You oleh Doyoung NCT: Ungkapan Rindu dan Penyesalan yang Mendalam
-
Ucapan Deddy Sitorus soal Rakyat Jelata Jadi Sorotan, Melanie Subono Ikut Menyindir
-
Dari Vokalis Band ke Senayan: Kisah Transformasi Pasha Ungu dan Jebakan Hoaks yang Mengintai