Hikmawan Firdaus | Nurul Fitri
Ilustrasi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). [Ist]
Nurul Fitri

Kebakaran hutan merupakan suatu fenomena percemaran lingkungan yang sering terjadi, dimana terbakarnya suatu lahan menjadi lebih luas, sehingga menyebabkan kerusakan suatu ekosistem alam yang berdampak buruk, yang disebabkan oleh ulah manusia atau faktor alam. Kebakaran hutan juga hampir terjadi dibelahan dunia, terutama di Indonesia.

Di Indonesia, kebakaran hutan menjadi masalah cukup serius terutama di wilayah bagian Sumatera, dan wilayah Kalimantan yang memiliki lahan gambut. Ketika hutan terbakar, menghasilkan asap pekat yang mengandung partikel berbahaya seperti Karbon Monoksida (CO), Nitrogen Dioksida (NO2), dan Partikel Debu Halus (PM2.5). Kebakaran juga tersimpan Karbon dalam pohon, dan tanah dilepaskan ke atmosfer bentuk gas rumah kaca seperti Karbon Dioksida (CO2) mempercepat global serta perubahan iklim yang terjadi. 

Akhir-akhir ini, kebakaran hutan telah terjadi di Provinsi Riau beberapa bulan lalu. Yang dimana, situasi Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di Provinsi Riau telah menunjukkan dalam konferensi pers di Gedung Command Center Polda Riau.

Menurut Injel Polda Herry Heryawan, SIK., MH., M.Hum telah di lakukan sebanyak 21.000 kilogram garam telah ditaburkan untuk hujan buatan, dan lebih dari 900.000 liter air disiram melalui heli water bombing

Pantauan dari udara menyatakan sebagai titik api telah padam, terutama pada wilayah Rokan Hulu dan Rokan Hilir sehingga total luas lahan terbakar berhasil dipadamkan mencapai 1.156 hektare. Selanjutnya, untuk operasi pendinginan lahan kebakaran hutan masih tetap berlangsung dengan kekuatan gabungan dari 2 buah pesawat, 2 buah helikopter, dan 5 buah heli water bombing.

Sejak Januari hingga Juli 2025, Polda Riau menangani 40 kasus Karhutla dengan 50 tersangka, dan 36 proses pengamanan dengan bermoduskan lahan dibakar, lalu 2 tahun kemudian ditanam sawit. KLH mengesahkan sebanyak 118 personel ketika terdapat 3 lokasi diantaranya Desa Kusuma (Pelalawan), Desa Bangko Bakti (Rohul), dan Desa Rimbo Pajang (Kampar).

Pemuda era sekarang sebagai penerus generasi masa depan Indonesia, berperan penting dalam menangani penanggulangan kebakaran hutan dengan melalui akses terhadap informasi serta ilmu pengetahuan yang berguna dalam meningkatkan kesadaran masyarakat terkait kebakaran hutan tersebut. Keterlibatan pemuda dalam kegiatan lingkungan diantaranya menanam pohon, dan pengelolaan sampah sebagai langkah nyata dalam mencegah kebakaran hutan.

Selain itu, peran lainnya yang pemuda lakukan dalam menangani penanggulangan kebakaran hutan diantaranya: 

Meningkatkan Kesadaran, dan Pendidikan Lingkungan. Misalnya sekolah dapat mengadakan program literasi lingkungan dimana pemuda membaca beberapa buku atau artikel terkait pelestarian lingkungan alam. Program ini bertujuan agar memahami bahwa kebakaran hutan menjadi tanggung jawab bersama, bukan hanya pemerintah.

Penggunaan Media Sosial sebagai Sarana Edukasi. Pemuda dapat memanfaatkan platform seperti Instagram, Twitter, atau Facebook untuk mengedukasi teman sebaya, dan masyarakat terkait pencegahan kebakaran hutan.

Kolaborasi dengan Organisasi Lingkungan. Menjalinkan kerjasama dengan organisasi non-pemerintah (NGO) atau komunitas bergerak di bidang konservasi hutan. Selain mendapatkan pengalaman, pemuda dapat memperluas jaringan, dan belajar dari para ahli dibidangnya.

Advokasi dan Kampanye Publik. Mengadakan petisi, diskusi publik, atau audensi dengan pemerintah lokal untuk menyuarakan pentingnya pencegahan hukum terhadap pelaku kebakaran hutan, dan perlindungan terhadap kawasan hutan lindung. 

Strategi kegiatan yang dilakukan pemuda dalam Penanggulangan kebakaran hutan akhir-akhir ini : 

Untuk pertama kalinya di Indonesia, Jambore Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) digelar sebagai ajang edukatif, dan strategi bagi generasi muda. Kegiatan monumental ini diprakarsai oleh Gubernur Riau, Abdul Wahid, M.Si, Kapolri Jenderal Pol. Drs. Listyo Sigit Prabowo serta yang lainnya. 

Jambore Karhutla diikuti sebanyak 1.500 peserta dari 12 kabupaten/kota di Riau. Termasuk 40 perwakilan pemuda-pemuda asal Dumai, sebagai bukti nyata keterlibatan generasi muda dalam upaya pencegahan kebakaran hutan, dan lahan masih menjadi tantangan serius di Provinsi Riau.

Menanggapi kesiapan Dumai menghadapi musim rawan Karhutla, Paisal menegaskan bahwa pemerintah kita telah menyiagakan seluruh jajaran, termasuk BPBD, keamanan, dan Mitra Strategis seperti TNI, Polri, serta pelaku usaha.

Ia juga menghargai peserta Jambore mampu menjadi agen perubahan di tengah masyarakat. Pelatihan, dan simulasi mereka ikut selama 3 hari diharapkan menjadi bekal penting untuk mensosialisasikan langkah-langkah mitigasi Karhutla di lingkungan. Jambore Karhutla 2025 menjadi momen penting. Tidak hanya di Riau, tetapi di Indonesia sebagai model keterlibatan muda dalam upaya penyelamatan lingkungan berbasis kebersamaan, dan juga tanggung jawab bersama. 

Baca Juga