Pandemi COVID-19 telah meningkatkan kesadaran akan kesehatan di Indonesia. Namun, ada beberapa masalah yang harus diatasi hingga saat ini, salah satunya adalah masalah gizi pada anak. Di masa pandemi, Indonesia masih menghadapi masalah gizi yang tinggi. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia pada tahun 2021, dijelaskan bahwa 24,4% anak mengalami tubuh pendek atau stunting, dan 7,1 % mengalami tubuh kurus atau wasting.
Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Sebelum pandemi, Indonesia sudah menghadapi masalah gizi yang tinggi. Mengutip dari Laporan Tahunan UNICEF Indonesia pada tahun 2021, anak dan remaja di Indonesia menghadapi tiga beban malnutrisi, yaitu gizi rendah (stunting, wasting, dan underweight), kekurangan mikronutrien, dan berat badan berlebih. Masalah tersebut semakin diperparah semenjak banyaknya rumah tangga yang hilang pendapatannya, sehingga tidak bisa mengakses dan menyediakan makanan bergizi dan aman selama masa pandemi.
Terganggunya rantai pasokan pangan selama masa pandemi juga membuat banyak rumah tangga miskin mengalami kerawanan pangan dan masalah gizi. Presiden Joko Widodo dalam KTT G7 sesi II dengan topik ketahanan pangan dan kesetaraan gender di Jerman tahun 2022, menyampaikan pandangannya bahwa pangan adalah permasalahan hak asasi manusia yang paling dasar. Namun, kenyataannya masih terdapat kesenjangan dalam pemenuhan gizi seimbang saat pandemi. Mengutip dari situs Kominfo, para perempuan dari rumah tangga miskin dipastikan menjadi yang paling menderita menghadapi kekurangan pangan bagi anak dan keluarganya.
Banyaknya rumah tangga miskin yang mengalami kerawanan pangan dan masalah gizi selama masa pandemi ini, menunjukkan adanya kegagalan sistem pangan, baik pada level produksi, distribusi, maupun konsumsi. Kita harap pemerintah Indonesia mampu mewujudkan ketersediaan dan aksesibilitas konsumsi pangan yang cukup, aman, bermutu, dan bergizi seimbang secara merata.
Oleh karena itu, diperlukannya upaya bersama, baik dari masyarakat, pemerintah, dan pemangku kepentingan lainnya dalam pengoptimalan status gizi anak pasca pandemi dengan meningkatkan ketahanan pangan dan gizi secara konvergensi dalam penurunan tiga beban malnutrisi, yaitu gizi rendah, kekurangan mikronutrien, dan berat badan berlebih.
Baca Juga
-
6 Mamalia Terkecil di Dunia, Ada yang Terancam Punah Keberadaannya!
-
Jangan Jadi Kebiasaan! Ini 5 Alasan agar Kamu Berhenti Mencabut Bulu Hidung
-
6 Tips Ini Bisa Bikin Kamu Tidur Nyenyak di Malam Hari, Pernah Menerapkan?
-
Peningkatan Status Gizi Anak dengan Ragam Pangan Lokal
-
Mengawal Arah Pemulihan Kesehatan Mental Pasca Pandemi
Artikel Terkait
-
Inul Daratista Incar Anak Ayu Ting Ting Jadi Menantu, Siap Serahkan Bisnis Karaoke Hingga Berlian ke Bilqis
-
Tata Janeeta Bimbang Saat Sang Suami Minta Tambah Anak, Kenapa?
-
9 Potret Syukuran Khitanan Anak Adly Fairuz, Acaranya Dibuat Seperti Resepsi Pernikahan
-
Telak! Lesti Cabut Laporan KDRT Rizky Billar, Arist Merdeka Sirait Singgung Pembohongan Publik dan Eksploitasi Anak
-
Melawan Stunting dengan Sayur Lodeh dan Tempe
Kolom
-
Generasi Kampus Tanpa Gugatan: Mahasiswa dan Matinya Nalar Kritis
-
Bukan Perspektif Antikucing: Sederhana, tapi Bikin Cat Lovers Darah Tinggi
-
Saat Menikah di KUA Jadi Pilihan Gen Z untuk Mulai Membangun Rumah Tangga
-
Reading Tracker dan Obsesi Kuantitas: Apa Kabarnya Kenikmatan Membaca?
-
Squid Game 3 dan Bayi yang Menang, Metafora Paling Manusiawi?
Terkini
-
10 Hari Debut, Allday Project Raih TRofi Pertama Lagu Famous di M Countdown
-
Menu of Happiness; Lanjutan Kisah di Balik Sepiring Makanan Detektif Rasa
-
Spesifikasi Vertu Ironflip, HP Lipat Desain Eksklusif dengan Harga Melangit
-
ZTE Luncurkan Nubia Focus 2 5G di Pasar Indonesia, Harga Rp 2 Jutaan dengan Ragam Fitur AI
-
Deja Vu oleh Rescene: Menelusuri Kenangan Demi Mencari Momen Tak Terlupakan