Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Arkina Melantri
Ilustrasi stres mengerjakan tugas (Pexels/Andrea Piacquadio)

Di Indonesia, kesehatan mental masih dipandang sangat tabu. Tak sedikit orang yang beranggapan bahwa pengidap gangguan mental itu disebabkan karena ia kurang beribadah sehingga jauh dari Tuhan. Padahal, pernyataan-pernyataan yang terkesan menghakimi ini bisa saja malah memperparah kondisi penderita.

Alih-alih menanyakan masalah apa yang terjadi hingga dapat memicu stres sebagai salah satu alasan terbesar seseorang bisa mengidap gangguan mental, masih banyak khalayak terutama di lingkungan sekitar termasuk keluarga yang tidak menyadari jika ada perubahan-perubahan sikap orang terdekat karena dinilai masih pada batas normal padahal mungkin saja tidak demikian. 

Gangguan mental itu bisa saja menyerang pengusaha, dokter, pedagang, ibu rumah tangga, anak sekolah, atau siapapun tanpa pandang bulu. Mental seseorang bisa berubah secara perlahan ke arah negatif bahkan semakin parah jika tak ada yang menyadari atau berusaha menolongnya.

Sebagai makhluk dengan tingkat sosialisasi yang tinggi, ada baiknya untuk tidak bersikap acuh tak acuh terhadap gangguan mental seseorang terlebih lagi pada diri sendiri agar ketika kamu menemukan ada kejanggalan perilaku maka bisa menjauh dari sikap mengada-ada atau bahkan mengganggapnya gila. 

Oleh karena itu, berikut 4 cara mudah yang bisa kamu lakukan untuk menepis stigma gangguan mental : 

1. Fokus Pada Kebahagiaan Diri Sendiri Sebelum Menolong Orang Lain

Sebelum kamu menolong orang-orang yang mengalami gangguan mental, alangkah pentingnya jika kamu sendiri juga bisa menjaga kondisi perasaan dan pikiran yang jauh dari tekanan. Kondisi fisik yang prima tentu diakibatkan kondisi mental yang sehat. Kamu harus dipenuhi aktivitas positif, makanan dan minuman bergizi, berusaha untuk bisa beradaptasi terhadap perubahan lingkungan, memahami jika bersikap masa bodo yang dipandang buruk tidak selamanya negatif, dan sebagainya untuk tetap sehat mental dan fisik.

Hidup memang untuk diperjuangkan, tapi jangan sampai segala target dan impian besar yang tersusun rapi malah membuatmu tidak bahagia karena diri sendiri menolak cara-cara sederhana demi tercapainya impian. Selain itu, kamu juga harus  mengerti jika tidak perlu mengiyakan semua perkataan orang demi mengharapkan penghargaan atau memperoleh kesan baik. Kamu tidak perlu mengkhawatirkan menolak hal-hal yang menurutmu akan berefek negatif karena sesungguhnya penolakan itu lumrah selama apa yang kamu lakukan tidak mengganggu kehidupan orang lain. 

2. Tidak Khawatir Mengunjungi Ahli Kesehatan Mental

Semua orang termasuk kamu sangat berhak untuk berbahagia serta menjalankan kehidupan sesuai apa yang menjadi angan-angan tanpa kecemasan yang tak terkontrol dan berdampak pada penurunan energi, kreativitas, kesehatan fisik maupun mental. 

Untuk itu, tak ada salahnya jika mulai menormalisasi kunjungan ke psikiater atau psikolog untuk mengatasi gangguan mental.  Yakini bahwa ke psikiater maupun psikolog itu sama halnya seperti ke dokter pada umumnya yang bertugas mengobati dan memberi penyuluhan terbaik untuk kepentingan banyak orang.

3. Pilih Role Model Positif Sebagai Pendukung Kesehatan Mental

Kamu akan menjalani kehidupan dengan sehat jika memiliki role model yang positif mendukung segala kinerjamu. Kamu harus  menemukan siapa tokoh yang bisa kamu tiru ke arah yang lebih baik, yang bisa tegas menjauhi drama yang menyesatkan atau lingkungan yang bisa memperburuk pola pikir serta perilakumu.

Kamu bisa menjalin hubungan lebih dekat dengan orang tua sebagai pendukung utama terbesarmu atau bisa juga mengidolakan sosok yang penuh kharisma dan kasih sayang serta menjauhi pergaulan yang tidak semestinya seperti kehamilan remaja, kekerasan, HIV, depresi akibat trauma akan suatu hal buruk yang selalu membekas dalam pikiran sehingga berakibat ingin mengakhiri hidup, dan banyak lainnya. 

4. Menyadari Gangguan Kesehatan Tidak Untuk Ditutup-tutupi

Siapapun bisa saja terkena gangguan mental akibat ketidakmampuan untuk mengungkapkan masalah yang dialami atau bisa juga karena malu. Padahal, gangguan mental bukan suatu penyakit kejiwaan yang berasal dari mitos belaka apalagi penderitanya sudah terbilang tidak sedikit, entah di lingkungan terdekat maupun yang jauh sekalipun.

Mulailah menyadari bahwa mental yang terganggu bukanlah masalah yang perlu ditutupi hanya karena khawatir orang-orang akan membencimu. Justru dengan beraninya terbuka tentang masalah yang sedang kamu alami maka dapat membuat semua orang yang mengalami nasib yang sama sepertimu merasa tidak sendirian lagi. Malahan, kamu bisa bertemu dengan orang-orang dengan gangguan mental tertentu dan bisa berjuang bersama untuk saling mendukung dan membangun mental yang lebih sehat.

Video yang mungkin Anda lewatkan.

Arkina Melantri