Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Rizka Utami Rahmi
Klitih yang meresahkan warga Yogya (Twitter/@Yotporo)

Berita mengenai klitih kembali mencuat setelah video rekaman yang tersebar di media sosial pada kemarin malam (7/2/2023). Dalam video yang beredar terlihat dua orang pemuda terlihat diserang oleh beberapa orang yang dikenal dengan kejahatan klitih di Titik Nol Kilometer Yogyakarta.

Beruntung korban yang bukan merupakan warga asli Yogya tersebut bisa selamat dan akhirnya melaporkan kejadian tersebut kepada yang berwajib.

Klitih atau kejahatan jalanan nampaknya semakin sering muncul di pemberitaan. Saya yang bukan merupakan orang Yogya dan tidak mengerti Bahasa Jawa awalnya bingung apa arti klitih sesungguhnya.

BACA JUGA: Klitih: Sisi Gelap di Balik Keindahan Kota Jogja

Dikutip dari LM Psikologi UGM, kata klitih berasal dari Bahasa Jawa yang memiliki arti suatu aktivitas untuk mencari angin di luar rumah. 

Jadi sebenarnya arti klitih pada awalnya merupakan suatu bentuk kegiatan santai mencari angin dan tidak ada kaitannya sama sekali dengan perilaku kriminal yang saat ini sedang ramai dibicarakan di daerah Yogyakarta

Kini klitih mengalami pergeseran makna yang berarti kejahatan yang dilakukan sekelompok remaja yang bisa menyasar siapa saja secara acak.

Menurut informasi, kejahatan klitih tersebut jumlahnya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan DataIndonesia.id, kasus kejahatan klitih di tahun 2021 meningkat sebanyak 11,54% dari tahun sebelumnya yaitu di 2020.

Lalu apa sebetulnya penyebab klitih itu? Mengutip dari Gramedia, Dalam jurnal penelitian berjudul “Faktor-Faktor Determinasi Perilaku Klitih”, penyebab klitih salah satunya adalah sekumpulan remaja yang mempunyai kesamaan hobi serta kegiatan. Para remaja tersebut memiliki rasa nyaman dan merasa cocok satu sama lain.

BACA JUGA: Cerita Tambal Ban Panggilan di Jogja, Deg-degan Nambal Ban Motor Cah Klitih

Akhirnya sangat mudah ditebak, jika sekumpulan remaja yang masih labil dan belum dewasa secara pikiran itu terus berkumpul dalam satu kelompok, jika ada satu orang saja yang memiliki pengaruh negatif, maka mudah sekali bagi remaja tersebut mempengaruhi remaja yang lain dalam kelompok tersebut.

Usia remaja merupakan waktu transisi dari anak-anak ke dewasa membuat mereka ingin mencoba hal yang mereka anggap keren dan hebat, terutama jika mereka bisa diakui dan dipandang oleh kelompok lain. 

Penyebab lainnya bisa juga dari anak-anak yang kurang perhatian dari orang tua atau pernah mendapatkan trauma masa kecil yang kurang menyenangkan sehingga ia lampiaskan dengan menyakiti orang lain.

Jelas ini menjadi sebuah pekerjaan rumah untuk orang tua agar bisa terus memonitor anaknya terutama dari segi pergaulan, berikanlah perhatian kepada anak dan jangan lengah jika anak sudah mulai berlaku tak biasa. Karena biar bagaimanapun juga anak yang masih di bawah umur merupakan tanggung jawab orang tua mereka.

Semoga dengan adanya keterbukaan anak dan orang tua bisa sedikit banyak membantu mengurangi perilaku remaja yang terkadang sangat merugikan orang lain, terutama perilaku kejahatan klitih tersebut.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Rizka Utami Rahmi