Lagi-lagi, media sosial kembali jadi pengungkap keburukan kinerja suatu kelompok. Baru-baru ini beredar dua video nakes yang memperagakan bagaimana perbedaan pelayanan mereka pada pasien umum dan pasien BPJS.
Dalam dua video tersebut mereka memperagakan dengan jelas perbedaan pelayanan pada golongan pasien tadi. Pada pasien umum mereka terlihat sumringah seolah siap melayani dengan setulus hati, sementara pada pasien BPJS mereka terlihat asal dan ogah-ogahan.
Tentu saja hal ini mengundang kritik dari berbagai pihak termasuk netizen, karena baik pasien umum maupun yang menggunakan BPJS berhak menerima pelayanan yang sama baik, terlebih dalam hal kesehatan. Apalagi BPJS adalah program yang dibuat dan dianjurkan oleh negara.
Banyak yang menduga bahwa pembedaan tersebut terjadi karena pasien umum datang berobat dan langsung membayar dengan uang mereka sendiri, sedangkan pasien BPJS datang hanya dengan membawa kartu saja. Padahal pengguna BPJS pun juga membayar iuran yang sesuai dengan kelas yang mereka pilih.
Video tersebut kemudian relate dengan pengalaman buruk beberapa orang yang menggunakan BPJS untuk berobat, mereka mengaku pelayanan untuk pasien BPJS memang cenderung lambat dan asal-asalan. Berbeda dengan pasien mandiri yang mana pelayanannya cepat dan maksimal.
Apapun tujuan mereka membuat video tersebut, yang jelas itu membuat citra nakes sekaligus BPJS jadi buruk di mata masyarakat. Mereka jadi hilang rispek pada tenaga kesehatan karena menganggap mereka tidak adil, serta melihat BPJS menjadi suatu yang percuma dan tidak penting.
Padahal, tidak semua nakes berperilaku demikian. Banyak tenaga kesehatan di luar sana yang bekerja secara profesional dan bahkan menganjurkan pasiennya untuk memakai BPJS. Pelayanan BPJS pun tidak selamanya mengecewakan, banyak juga orang yang puas dan terbantu saat berobat dengan menggunakan fasilitas tersebut.
Sebagai orang yang bekerja di bidang pelayanan, seharusnya nakes mencerminkan perilaku baik dan adil pada semua pasiennya.
Pilihan kelas boleh beda, tapi untuk pelayanan semua pasien berhak menerima perlakuan yang baik. Tentunya agar masyarakat tidak memiliki pandangan negatif baik pada profesi nakes maupun BPJS.
Mereka juga hendaknya lebih bijak dalam membuat konten di media sosial, jangan hanya demi keviralan sesaat, mereka mencemarkan citra baik yang harusnya dijaga.
Baca Juga
-
Jadwal F1 GP Arab Saudi 2025: Lando Norris Percaya Diri Raih Hasil Positif
-
Masalah Pecco Bagnaia Belum Usai, Davide Tardozzi: Hadapi Saja!
-
Sapu Bersih Kemenangan di MotoGP Qatar 2025, Strategi Marc Marquez Jitu
-
Pecco Bagnaia Sebut 2 Kesalahan di MotoGP Qatar 2025: Tak Boleh Terulang
-
Puncak Klasemen Direbut Sang Kakak Lagi, Alex Marquez Tak Sakit Hati
Artikel Terkait
-
Manfaat Ajaib Resep Jus Wortel dan Madu untuk Penglihatan yang Lebih Tajam
-
7 Fakta Mengejutkan tentang Herbal Langka yang Hampir Punah
-
5 Manfaat Ginseng Jawa untuk Vitalitas yang Jarang Kamu Tahu
-
Predator di Balik Ruang Pemeriksaan: Mengapa Kekerasan Seksual Bisa Terjadi di Fasilitas Kesehatan?
-
7 Herbal Ampuh Pengganti Obat Kimia untuk Atasi Hipertensi Tanpa Efek Samping
Kolom
-
Kartini di Antara Teks dan Tafsir: Membaca Ulang Emansipasi Lewat Tiga Buku
-
Refleksi Taman Siswa: Sekolah sebagai Arena Perjuangan Pendidikan Nasional
-
Kartini dan Gagasan tentang Perjuangan Emansipasi Perempuan
-
Nilai Tukar Rupiah Anjlok, Laba Menyusut: Suara Hati Pengusaha Indonesia
-
Mengulik Pacaran dalam Kacamata Sains dan Ilmu Budaya
Terkini
-
Final AFC U-17: Uzbekistan Lebih Siap untuk Menjadi Juara Dibandingkan Tim Tuan Rumah!
-
Media Asing Sebut Timnas Indonesia U-17 akan Tambah Pemain Diaspora Baru, Benarkah?
-
Ulasan Novel Monster Minister: Romansa di Kementerian yang Tak Berujung
-
Ulasan Novel The Confidante Plot: Diantara Manipulasi dan Ketulusan
-
Taemin Buka Suara Soal Rumor Kencan dengan Noze, Minta Fans Tetap Percaya