Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | zahir zahir
Ilustrasi Air Bersih (pexels/farooq)

Pada tanggal 22 Maret 2023 tahun ini kembali diperingati sebagai Hari Air Sedunia atau World Water Day. Melansir dari situs National Today, peringatan hari air sedunia tersebut mulai dicanangkan sejak tahun 1992 oleh PBB dan mulai dilakukan pertama kali sejak tahun 1993. Peringatan hari air sedunia tersebut tentunya mengingatkan kepada seluruh pihak akan pentingnya keberadaan air, khususnya air bersih dalam menunjang kehidupan makhluk hidup.

Keberadaan air tentunya merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup di bumi. Melansir dari US Geological Survey, meskipun sekitar 70% area bumi tertutupi oleh air, akan tetapi hanya sekitar 3-5% saja total air yang dapat dikonsumsi oleh manusia, sisanya sekitar 95% merupakan air laut yang tentunya tidak bisa dikonsumsi. Belum lagi jumlah tersebut kian menurun akibat dari pencemaran air yang disebabkan oleh limbah industri maupun perubahan lingkungan. Hal ini tentunya mengancam ketersediaan air yang dapat dikonsumsi oleh manusia dan mahkluk hidup lainnya di masa depan.

Krisis Air Bersih Kian Mengancam di Masa Depan

Ilustrasi Sumber Air Bersih (unsplash/john ramond)

Mungkin bagi sebagian orang di beberapa negara belum terlalu mengalami krisis air bersih di hari ini. Namun, peluang untuk terjadinya krisis air bersih secara global di masa depan tetap menjadi sebuah hal yang mengancam kelangsungan umat manusia. Melansir dari situs UNICEF, diprediksi pada tahun 2025 nanti sekitar separuh populasi manusia akan dihadapkan dengan krisis air bersih yang disebabkan oleh beberapa faktor. Beberapa faktor tersebut yakni pengambilan air tanah secara berlebihan yang digunakan untuk beragam kepentingan mulai dari konsumsi manusia hingga untuk keperluan ternak, pertanian dan industri.

Melansir dari beberapa sumber, sekitar 20-30% air tanah diambil setiap harinya untuk dipergunakan dalam beberapa keperluan. Jumlah tersebut diprediksi akan meningkat dalam beberapa tahun kedepan apabila tidak adanya kontrol dan penggantian sumber air yang telah diambil. Dari sekitar 5% jumlah air yang dapat dikonsumsi tersebut tentunya tidak semua dapat langsung dikonsumsi oleh manusia secara langsung, sebagian besar harus mengalami pengolahan terlebih dahulu dan sisanya masih berbentuk es di kawasan kutub. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa di masa depan krisis air secara global dapat sewaktu-waktu menyerang umat manusia.

Pencemaran Limbah Menjadi Momok Ketersediaan Air Bersih

Ilustrasi Pencemaran Air oleh Limbah Industri (unsplash/rajendra singh)

Salah satu permasalahan lain yang dapat mengancam ketersediaan air bersih di masa depan adalah masifnya pembuangan limbah hasil industri yang dapat mengancam ketersediaan air bersih. Melansir dari data yang dirilis oleh Development Aid, ada sekitar 44% limbah air bekas pakai yang kembali kea lam tanpa diolah terlebih dahulu. Jumlah tersebut tentunya cukup tinggi mengingat kandungan limbah yang dibawa oleh air bekas pakai tersebut cukup rawan dan dapat berbahaya bagi lingkungan.

Pembuangan limbah yang tidak terolah terlebih dahulu tentunya dapat mencemari air yang masih berada di alam, baik secara langsung melalui pembuangan ke saluran air maupun secara tak langsung seperti pembungan sampah dan gas di udara. Kondisi tersebut tentunya cukup berbahaya apabila tidak diperhatikan secara baik oleh berbagai pihak. Hal ini tentunya dapat mengurangi kadar higienitas air yang dapat dikonsumsi. Belum lagi beragam kondisi yang dapat ditumbulkan bagi kesehatan apabila mengkonsumsi air yang telah tercemar tersebut. 

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

zahir zahir