Ileisme adalah fenomena penggunaan kata ganti nama diri dalam berbicara atau menulis, seperti "saya" atau "aku," daripada menggunakan kata ganti orang ketiga seperti "mereka" atau "dia." Fenomena ini sangat umum terjadi dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam percakapan formal maupun informal.
Banyak orang yang merasa lebih nyaman menggunakan kata ganti nama diri karena dapat membuat pernyataan terasa lebih personal atau memberikan rasa kepemilikan terhadap apa yang mereka bicarakan. Namun, beberapa ahli bahasa berpendapat bahwa penggunaan ileisme bisa dianggap sebagai bentuk narsisisme atau kesombongan karena terlalu memfokuskan diri sendiri.
Sebagian ahli bahasa berpendapat bahwa penggunaan ileisme dapat mencerminkan bentuk narsisisme atau kesombongan karena fokus yang terlalu besar pada diri sendiri. Namun, pernyataan tersebut tidak dianggap sebagai konsensus umum di antara ahli bahasa.
Sebagai contoh, seorang profesor linguistik di Universitas California, Berkeley bernama George Lakoff mengatakan bahwa ileisme tidak selalu menunjukkan narsisisme, tetapi dapat digunakan sebagai bentuk penekanan atau ketegasan dalam berbicara.
BACA JUGA: 7 Tips Mencerahkan Wajah Kusam Secara Alami, Lebaran Tampak Lebih Glowing!
Lakoff menjelaskan bahwa ileisme bisa membantu seseorang untuk lebih tegas menyampaikan pendapat atau mengambil tindakan karena penggunaan nama diri dapat memberikan rasa kepemilikan dan kontrol atas tindakan atau pernyataan tersebut.
Namun di sisi lain, beberapa ahli bahasa lainnya berpendapat bahwa penggunaan ileisme yang berlebihan dapat menunjukkan sikap narsistik atau sombong, terutama jika penggunaannya dalam situasi formal atau profesional. Hal ini dapat mempengaruhi citra seseorang dalam lingkungan kerja atau sosial.
Meskipun ileisme bisa menjadi kontroversial, namun dalam beberapa kasus, penggunaannya dapat membantu memperjelas subjek pembicaraan. Misalnya, ketika seseorang sedang membicarakan pengalaman pribadi, penggunaan kata ganti nama diri dapat membantu memperjelas bahwa pengalaman tersebut terjadi pada dirinya sendiri.
Namun, penggunaan ileisme harus dipertimbangkan secara tepat waktu dan situasional. Pada situasi yang lebih formal, seperti dalam pidato atau laporan, penggunaan ileisme yang berlebihan dapat memberikan kesan yang buruk.
Secara keseluruhan, ileisme adalah fenomena yang terjadi dalam bahasa sehari-hari yang dapat memberikan nuansa personal dalam percakapan atau tulisan. Namun, kelebihan penggunaannya bisa mengarah pada kesan yang buruk dalam situasi yang tidak tepat. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan penggunaan ileisme dengan bijak dan tepat waktu.
Sumber referensi:
Baranowski, M. (2014). Ileism: A linguistic analysis. International Journal of Humanities and Social Science Research, 4(2), 14-23. Diakses dari https://www.researchgate.net/publication/292159495_Ileism_A_Linguistic_Analysis
Baca Juga
-
Kuliah di Luar Negeri Tanpa Ribet Syarat Prestasi? Cek 6 Beasiswa Ini!
-
Jangan Sembarangan! Pikirkan 5 Hal Ini sebelum Pasang Veneer Gigi
-
6 Beasiswa Tanpa Surat Rekomendasi, Studi di Luar Negeri Makin Mudah
-
Belajar dari Banyaknya Perceraian, Ini 6 Fase yang Terjadi pada Pernikahan
-
Tertarik Kuliah di Luar Negeri Tanpa TOEFL/IELTS? Simak 5 Beasiswa Ini!
Artikel Terkait
Kolom
-
Antara Strategi dan Romantisme: Buku Langka dan Daya Tariknya
-
Inovasi di Balik Lapak: Kisah Inspiratif Ekonomi Informal yang Lebih Lincah dari Perusahaan Startup
-
Abolisi dan Amnesti: Pengampunan Elit dan Biasnya Rasa Keadilan?
-
Siswa dan Media Sosial: Menjadikan Media Sosial Sekutu Bukan Musuh Prestasi
-
Kekerasan di Lingkungan Sekolah: Sudah Darurat?
Terkini
-
BIGHIT Tegaskan BTS Tak Terlibat di Album Tribute untuk Michael Jackson
-
Performa Dinilai Mengecewakan, Netflix Resmi Akhiri FUBAR di Season 2
-
Profil 4 Kampus yang Menasbihkan Jatinangor sebagai Kota Pendidikan
-
Viral di Media Sosial, Fakta Justin Bieber 'Daisies': Cinta dan Kerinduan
-
Buku The Productive Muslim: Menggabungkan Iman dalam Produktivitas Muslim