Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Agus Siswanto
Selebrasi Marselino Ferdinan, bintang muda di era Shin Tae-yong (pssi.org)

Masa kontrak Shin Tae-yong tinggal 5 bulan lagi. Tepatnya pada bulan Juni 2024, pelatih yang sudah menukangi timnas Indonesia selama 4 tahun ini secara resmi akan berakhir.

Situasi ini tanpa disadari melahirkan gejolak di kalangan pengamat maupun pendukung sepak bola nasional. Teriakan untuk memecat sang pelatih pun menggema dengan keras. Salah satunya muncul dari Andjas Asmara, pesepak bola nasional era 70-an.

Sang legenda ini menilai bahwa tidak ada kemajuan timnas Indonesia di tangan Shin Tae-yong. Mainnya parkir bus melulu. Hanya menang lawan tim kacangan ASEAN, dan seabreg argumen lain.

Entah karena dilandasi rasa benci atau kurang mengikuti perkembangan, ucapan ini terasa lucu. Padahal baru saja timnas senior tembus babak 16 besar Piala Asia 2023. Prestasi yang seumur-umur belum pernah diraih Indonesia.

Dalam laga melawan Australia, timnas Indonesia mendapat pujian. Sebagai tim underdog, Indonesia berani melakukan sepak bola ofensif sejak awal laga.

Mengatakan hanya mampu mengalahkan tim kacangan ASEAN, yang dimaksud adalah Vietnam. Jika Vietnam dianggap sebagai tim kacangan, lalu siapa Indonesia. Tim yang selama ini selalu kalah dari Vietnam.

Dan diakui atau tidak, Vietnam adalah Raja Sepak Bola Asia Tenggara beberapa tahun belakangan. Dalam ranking FIFA, mereka tertinggi di antara negara-negara Asia Tenggara. Apakah layak disebut sebagai tim kacangan?

Hal inilah yang kadang mengundang segudang tanya. Membangun sebuah timnas tidak semudah orang menggoreng krupuk. Cukup siapkan minyak panas, lempar kerupuk ke dalamnya. Siap disantap.

Membangun timnas yang tangguh itu sebuah proses. Dan proses pasti berkaitan dengan waktu dan target-tartegt tertentu. Pelatih sekelas Pep Guardiola, Carlo Anceloti, ataupun Kloop tidak mungkin bisa mengubah timnas Indonesia menjadi tim tangguh dalam sekejap.

Pasti banyak faktor yang ada di sekitarnya. Baik faktor teknis maupun non teknis, terkait upaya itu. Kalaupun mereka sukses dengan apa yang ada sekarang, tentunya ada hal-hal yang telah mereka lakukan.

Langkah-langkah inilah yang tengah dilakukan Shin Tae-yong. Mencari penambal sementara lubang-lubang timnas yang ada selama ini lewat pemain naturalisasi.

Memberi jam terbang lebih pada para pemain muda. Hal ini dilakukan karena masa depan sepak bola Indonesia ada di tangan mereka. Termasuk pilihan naturaliasi pada beberapa pemain muda.

Membangun fisik atau kebugaran pemain. Saat ini dapat dilihat kebugaran para pemain timnas mengalami peningkatan pesat. Dan ini diakui oleh Troussier pelatih Vietnam saat mereka kalah di Piala Asia 2023 yang lalu.

Melatih mental pemain lewat FIFA Matchday maupun even-even internasional. Diharapkan dengan sering tampil di even internasional akan meningkatkan kepercayaan diri mereka.

Langkah-langkah inilah yang tengah dipersiapkan Shin Tae-yong yang ironisnya banyak ditertawakan oleh sebagian tokoh sepak bola nasional.

Saat melihat satu kekalahan yang dialami anak asuh Shin Tae-yong dengan enteng mengatakan pecat. Apakah mereka tidak menyadari bahwa gonta-ganti pelatih seperti yang selama ini dilakukan justru merusak timnas itu sendiri.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Agus Siswanto