Tahun 2023 menjadi tahun yang kelam bagi perbulutangkisan Indonesia. Sepanjang tahun itu, negara yang katanya raksasa bulutangkis dunia ini kemarau gelar. Hanya sediikit gelar yang mampu direngkuh, baik nomor perorangan ataupun beregu.
Demikian pula dalam event multicabang seperti SEA Games dan Asian Games. Nama Indonesia tidak lagi berkibar. Di kawasan Asia Tenggara, Indonesia ditelikung oleh Thailand.
Hal yang sama terjadi juga di Asian Games. Selama ini bulutangkis adalah cabang yang tidak pernah sepi dari gelar. Namun dalam Asian Games kemarin, tidak ada satu gelar pun mampu diraih.
Memasuki tahun 2024, tanda-tanda itu mulai terlihat lagi. Hingga bulan Februari 2024, sementara sudah 4 ajang BWF berlalu, Indonesia baru mengantongi satu gelar. Gelar tersebut diraih Leo/Daniel dalam Indonesia Masters 2024.
Hal ini menjadi tamparan keras bagi PBSI. Induk organisasi yang membawahi bulutangkis ini tidak lagi mampu menghadirkan kebanggaan bagi rakyat Indonesia. Sebab bulutangkis merupakan cabang olahraga kebanggaan rakyat Indonesia.
Sementara itu, negara-negara lain justru panen gelar. Mereka adalah China, Korea Selatan, dan Jepang. Bahkan Thailand pun secara perlahan mulai meninggalkan Indonesia.
Dalam ajang terakhir, Badminton Asia Team Championship (BATC) 2024, hasil minor pun diraih. Regu putra kandas di babak 8 besar, sedangkan regu putri gagal di semifinal. Hasil ini menambah suram gambaran prestasi bulutangkis Indonesia.
Langkah PBSI yang berjanji untuk kerja keras demi peningkatan prestasi, belum membuahkan hasil. Padahal sebentar lagi Olimpiade Paris 2024 akan dilaksanakan. Keringnya prestasi para pebulutangkis Indonesia bukan tidak mungkin menyisihkan Indonesia untuk tampil di ajang bergengsi ini.
Jika itu yang terjadi, maka lengkaplah ‘penderitaan’ dunia bulutangkis Indonesia. Cabang olahraga yang selama ini menjadi alat kebanggaan bangsa, tidak lagi bersinar.
Hal berbeda terjadi di tubuh PSSI. Pelan tapi pasti cabang olahraga sepak bola mulai menapak jalan yang benar. Progres yang dicapai selama ini menggambarkan upaya yang mereka lakukan selama ini.
Di tubuh PSSI pembinaan dilakukan secara serius dengan menerapkan sistem promosi dan degradasi yang jelas pada para pemainnya, sehingga hanya pemain dengan performa terbaik yang bisa tampil.
Hal seperti ini kurang terlihat di PBSI. Muka-muka lama masih mendominasi setiap ajang. Bahkan pemain yang sudah tidak lagi mengkilap, masih nangkring di Pelatnas. Ada baiknya PBSI melakukan reformasi total atau mungkin melakukan program naturalisasi seperti PSSI!
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Dilengserkan dari Kursi Pelatih, Nasib Jesus Casas Mirip Shin Tae-yong
-
3 Hal yang Membuat Prestasi Timnas Indonesia U-17 Layak Mendapat Apresiasi
-
Tanpa Gustavo Almeida, Persija Jakarta Hadapi Madura United FC di Bangkalan
-
Jamu CAHN FC, PSM Makassar Optimis Mampu Tembus Babak Final ACC 2025
-
Gegara Belum Pulih Cedera, Anthony Ginting Harus Absen Lagi dari Badminton Asia Championships 2025
Artikel Terkait
-
PSSI Dikejar Waktu Gaet Nafi Nahdi, Pemain Kelahiran Swiss Bisa Pilih Jerman
-
Liga 1 Kalah dari Kamboja, Erick Thohir Singgung 'Bersihkan Liga'
-
Jelang Laga Kontra Cina, PSSI Sebut Tak Ada Pemain Naturalisasi Baru
-
Bukan di Sidoarjo, Piala AFF U-23 2025 Berlangsung di Jakarta dan Bekasi
-
Kritik Pedas Media Asing Soal Liga 1 Kalah Level dengan Kamboja Premier League
Kolom
-
Kartini di Antara Teks dan Tafsir: Membaca Ulang Emansipasi Lewat Tiga Buku
-
Refleksi Taman Siswa: Sekolah sebagai Arena Perjuangan Pendidikan Nasional
-
Kartini dan Gagasan tentang Perjuangan Emansipasi Perempuan
-
Nilai Tukar Rupiah Anjlok, Laba Menyusut: Suara Hati Pengusaha Indonesia
-
Mengulik Pacaran dalam Kacamata Sains dan Ilmu Budaya
Terkini
-
Final AFC U-17: Uzbekistan Miliki 2 Modal Besar untuk Permalukan Arab Saudi
-
Final AFC U-17: Uzbekistan Lebih Siap untuk Menjadi Juara Dibandingkan Tim Tuan Rumah!
-
Media Asing Sebut Timnas Indonesia U-17 akan Tambah Pemain Diaspora Baru, Benarkah?
-
Ulasan Novel Monster Minister: Romansa di Kementerian yang Tak Berujung
-
Ulasan Novel The Confidante Plot: Diantara Manipulasi dan Ketulusan