Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Suhendrik Nur
Ilustrasi Korupsi (Pexels/Cottonbro)

Korupsi adalah sebuah fenomena yang telah mengakar dalam struktur sosial, politik, dan ekonomi di berbagai negara di seluruh dunia. Dalam konteks ini, kehadiran selebritas atau tokoh terkenal dalam isu-isu korupsi sering kali menimbulkan kontroversi dan menarik perhatian publik akhir-akhir ini. Namun, bagaimana perspektif filosofis dapat menggali lebih dalam tentang etika dan tanggung jawab dalam konteks korupsi dan keterlibatan selebritas?

Korupsi: Kehancuran Moral dalam Tatanan Sosial

Dalam paradigma filosofis, korupsi sering kali dianggap sebagai sebuah bentuk kehancuran moral dalam tatanan sosial. Konsep Plato tentang keadilan menyoroti pentingnya kedaulatan hukum dan kepatuhan terhadap aturan yang adil. Dalam buku "Republik" karya Plato berusaha menggambarkan sebuah negara ideal di mana keadilan ditegakkan oleh para pemimpin yang bijaksana dan beretika. Korupsi, menurut pandangan Plato, merusak keseimbangan dan keadilan dalam masyarakat, karena memungkinkan kepentingan pribadi menggantikan kepentingan umum.

Sementara itu, dalam perspektif Kant tentang etika menekankan pada kewajiban moral yang universal dan tidak bisa ditawar-tawar. Bagi Kant, tindakan korupsi adalah tidak bermoral karena melanggar prinsip kewajiban moral yang bersifat mutlak. Korupsi menggambarkan penggunaan kekuasaan atau otoritas untuk kepentingan pribadi, tanpa mempertimbangkan keadilan atau kesejahteraan umum.

Selebritas: Pengaruh dan Tanggung Jawab

Keterlibatan selebritas dalam isu-isu korupsi sering kali menimbulkan pertanyaan tentang tanggung jawab moral mereka sebagai tokoh publik. Sebagai figur yang dikenal oleh banyak orang, selebritas memiliki pengaruh besar dalam membentuk opini dan perilaku masyarakat. Namun, apakah mereka memiliki tanggung jawab moral khusus dalam mengatasi isu korupsi?

Dalam konteks ini, pendekatan utilitarianisme John Stuart Mill, memberikan pandangan yang menarik. Menurut Mill, tindakan yang dianggap etis adalah tindakan yang menghasilkan kebahagiaan terbesar bagi jumlah orang yang terbesar. Oleh karena itu, jika keterlibatan selebritas dalam mengungkap atau melawan korupsi dapat membawa perubahan positif yang signifikan dalam masyarakat, maka tindakan tersebut dapat dianggap sebagai tanggung jawab moral yang penting bagi mereka.

Namun, tanggung jawab moral selebritas tidak hanya terbatas pada tindakan nyata yang mereka ambil, tetapi juga pada integritas dan kejujuran mereka sebagai figur publik. Perspektif Aristoteles tentang etika, yang menekankan pada pembentukan karakter dan keutamaan moral, dapat menjadi relevan dalam hal ini. Menurut Aristoteles, seseorang harus berusaha untuk menjadi orang baik dan bermoral dalam segala hal yang mereka lakukan. Oleh karena itu, selebritas yang terlibat dalam korupsi atau perilaku tidak etis lainnya dapat dikritik karena melanggar integritas moral yang seharusnya mereka perjuangkan sebagai tokoh publik.

Kesimpulan: Membangun Masyarakat yang Bermoral

Dari tinjauan filosofis terhadap etika dan tanggung jawab dalam konteks korupsi dan keterlibatan selebritas, kita dapat menyimpulkan bahwa pembangunan masyarakat yang bermoral memerlukan komitmen kolektif untuk menghormati keadilan, integritas, dan kejujuran. Korupsi bukanlah hanya masalah hukum atau kebijakan, tetapi juga merupakan masalah moral yang menggugah seluruh tatanan sosial.

Selain itu, selebritas sebagai tokoh publik memiliki peran penting dalam membentuk norma dan nilai-nilai moral dalam masyarakat. Oleh karena itu, mereka memiliki tanggung jawab moral yang besar untuk menggunakan pengaruh mereka dengan bijaksana dan bertanggung jawab.

Dengan memahami perspektif filosofis tentang etika dan tanggung jawab, kita dapat berusaha untuk membangun masyarakat yang lebih adil, bermoral, dan terhindar dari korupsi. Tantangan ini membutuhkan komitmen bersama dari semua pihak untuk menjaga integritas dan keadilan dalam semua aspek kehidupan kita.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Suhendrik Nur