Kalau ngomongin soal mahasiswa yang menerima KIP (Kartu Indonesia Pintar), kenapa ya selalu ada pandangan miring ketika mereka terlihat punya barang-barang yang dianggap mewah seperti iPhone? Padahal, ada mahasiswa lain yang nggak dapat KIP tapi pakai Android biasa dan dianggap wajar-wajar aja. Kok bisa gitu, ya?
Mahasiswa penerima KIP sering kali adalah anak-anak yang punya potensi besar tapi kurang mampu secara finansial. Mereka dibantu oleh pemerintah lewat program KIP supaya bisa kuliah tanpa beban biaya yang berat.
Masalah muncul ketika mahasiswa KIP punya barang mewah seperti iPhone. Banyak yang berpikir, "Loh, kok bisa punya iPhone, padahal kan dapat bantuan dari KIP?" Ini jadi bahan pembicaraan dan menimbulkan stigma negatif. Padahal, siapa tahu mereka beli iPhone itu dari hasil kerja keras mereka sendiri.
Kasus seperti ini banyak terjadi di kampus-kampus di seluruh Indonesia. Lingkungan kampus yang seharusnya mendukung dan saling membantu malah sering kali jadi tempat munculnya komentar-komentar negatif.
Setiap kali ada mahasiswa KIP yang terlihat punya barang mewah, langsung deh jadi bahan gosip. Nggak peduli kapan atau di mana, pandangan negatif ini bisa muncul kapan saja.
Kenapa sih mahasiswa KIP nggak boleh punya iPhone? Banyak yang beranggapan bahwa bantuan KIP harusnya buat kebutuhan pendidikan, bukan buat beli barang mewah. Tapi kalau mahasiswa itu beli iPhone dari uang hasil kerja keras mereka, misalnya kerja paruh waktu atau bisnis kecil-kecilan, apa salahnya?
Banyak mahasiswa KIP yang pintar memanfaatkan bantuan yang mereka dapat. Ada yang pakai uang KIP sebagai modal usaha kecil-kecilan. Dari usaha itu, mereka dapat penghasilan tambahan yang bisa dipakai buat beli iPhone. Kenapa iPhone? Karena iPhone punya kamera yang bagus buat live streaming atau bikin konten jualan, yang bisa meningkatkan bisnis mereka.
Memang, kita nggak bisa nutup mata kalau ada oknum-oknum yang nggak bertanggung jawab dalam pengelolaan dana KIP. Tapi, kita juga nggak bisa menyamaratakan semua penerima KIP dengan stigma negatif. Banyak kok mahasiswa KIP yang benar-benar memanfaatkan bantuan ini dengan bijak dan jujur.
Jadi, mari kita berhenti menilai mahasiswa KIP dari barang yang mereka punya. Lebih baik kita dukung usaha mereka untuk meraih mimpi dan meningkatkan kualitas hidup. Dengan begitu, kita bisa menciptakan masyarakat yang lebih adil dan menghargai setiap usaha keras, tanpa memandang latar belakang ekonomi.
Baca Juga
-
Belanja Cerdas dengan Cashback! Cara Belanja Hemat di Era Digital
-
Jurusan Kuliah Bukan Tongkat Sulap, Kenapa Harus Dibohongi?
-
Nilai Nomor Sekian! Yang Penting Tetap Waras dan Tugas Kelar, Setuju?
-
Transformasi Pola Komunikasi Keluarga dari Telepon Rumah ke Chat dan Video Call
-
Detak di Pergelangan! Bagaimana Smartwatch Merawat Jiwa Kita?
Artikel Terkait
-
David GadgetIn Pilih iPhone 13 Jadi iPhone Paling Worth It 2024, Ini 7 Alasannya
-
Mewah: Harga Casing iPhone 'Prada' Milik Fuji Setara Satu Motor
-
HP Murah Rp 900 Ribuan Mirip iPhone: Itel A50 Resmi Rilis, Suguhkan Unisoc T603
-
iPhone 18 Bakal Gunakan Sensor Kamera Samsung, Apple Fanboy Gak Bisa Ngejek Lagi
-
Elegan bak iPhone, Begini Spesifikasi Lengkap Oppo A3x Jelang Rilis
Kolom
-
Meme In This Economy dan Kenyataan Pahit Hidup di Tengah Ketimpangan
-
AI dan Ekspektasi Emosional: Siapa yang Mengendalikan Siapa?
-
Paradoks Solo Leveling: Mengapa A-1 Pictures Rugi di Puncak Popularitas?
-
Scrolling Medsos Bikin Brain Rot: Buku Hadir Sebagai Pengalih yang Sehat
-
Pembangunan Hilir vs Pembangunan Hulu: Benarkah Desa Ikut Sejahtera?
Terkini
-
Night Runner oleh Jung Yong Hwa: Harapan Emosional pada Bintang Jatuh
-
Jalani Menit Debut Lebih Melimpah, Andalan Malaysia Ini Bakal Sukses di Liga Jepang?
-
Futsal di Indonesia: Perjalanan Panjang Menuju Popularitas dan Prestasi
-
4 Gaya Kasual ala Yunjin LE SSERAFIM, Simpel dan Tetap Fashionable
-
Mochizuki Gagal Bawa Timnas Putri ke Piala Asia, Nasibnya di Ujung Tanduk?