Membongkar Stigma: Mahasiswa KIP dengan iPhone, Mengapa Tidak?

Hernawan | Sherly Azizah
Membongkar Stigma: Mahasiswa KIP dengan iPhone, Mengapa Tidak?
ilustrasi ponsel iPhone [pexels/Desain Jess Bailey]

Kalau ngomongin soal mahasiswa yang menerima KIP (Kartu Indonesia Pintar), kenapa ya selalu ada pandangan miring ketika mereka terlihat punya barang-barang yang dianggap mewah seperti iPhone? Padahal, ada mahasiswa lain yang nggak dapat KIP tapi pakai Android biasa dan dianggap wajar-wajar aja. Kok bisa gitu, ya?

Mahasiswa penerima KIP sering kali adalah anak-anak yang punya potensi besar tapi kurang mampu secara finansial. Mereka dibantu oleh pemerintah lewat program KIP supaya bisa kuliah tanpa beban biaya yang berat.

Masalah muncul ketika mahasiswa KIP punya barang mewah seperti iPhone. Banyak yang berpikir, "Loh, kok bisa punya iPhone, padahal kan dapat bantuan dari KIP?" Ini jadi bahan pembicaraan dan menimbulkan stigma negatif. Padahal, siapa tahu mereka beli iPhone itu dari hasil kerja keras mereka sendiri.

Kasus seperti ini banyak terjadi di kampus-kampus di seluruh Indonesia. Lingkungan kampus yang seharusnya mendukung dan saling membantu malah sering kali jadi tempat munculnya komentar-komentar negatif.

Setiap kali ada mahasiswa KIP yang terlihat punya barang mewah, langsung deh jadi bahan gosip. Nggak peduli kapan atau di mana, pandangan negatif ini bisa muncul kapan saja.

Kenapa sih mahasiswa KIP nggak boleh punya iPhone? Banyak yang beranggapan bahwa bantuan KIP harusnya buat kebutuhan pendidikan, bukan buat beli barang mewah. Tapi kalau mahasiswa itu beli iPhone dari uang hasil kerja keras mereka, misalnya kerja paruh waktu atau bisnis kecil-kecilan, apa salahnya?

Banyak mahasiswa KIP yang pintar memanfaatkan bantuan yang mereka dapat. Ada yang pakai uang KIP sebagai modal usaha kecil-kecilan. Dari usaha itu, mereka dapat penghasilan tambahan yang bisa dipakai buat beli iPhone. Kenapa iPhone? Karena iPhone punya kamera yang bagus buat live streaming atau bikin konten jualan, yang bisa meningkatkan bisnis mereka.

Memang, kita nggak bisa nutup mata kalau ada oknum-oknum yang nggak bertanggung jawab dalam pengelolaan dana KIP. Tapi, kita juga nggak bisa menyamaratakan semua penerima KIP dengan stigma negatif. Banyak kok mahasiswa KIP yang benar-benar memanfaatkan bantuan ini dengan bijak dan jujur.

Jadi, mari kita berhenti menilai mahasiswa KIP dari barang yang mereka punya. Lebih baik kita dukung usaha mereka untuk meraih mimpi dan meningkatkan kualitas hidup. Dengan begitu, kita bisa menciptakan masyarakat yang lebih adil dan menghargai setiap usaha keras, tanpa memandang latar belakang ekonomi.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak