Istilah WFA (Work from Anywhere) atau bekerja dari mana saja semakin populer dari tahun ke tahun, terutama sejak era pandemi.
Iming-iming waktu kerja yang lebih fleksibal memang menggiurkan di saat banyak orang yang mengeluhkan jam kerja yang gila-gilaan.
Terlebih saat ini semakin banyak orang yang 'pamer' sedang bekerja dari kafe, pantai, bandara, perpustakaan, hingga sambil mudik. Asal masih punya koneksi internet yang stabil, semuanya mudah dilakukan di mana saja.
Hal ini jugalah yang banyak dirasakan penulis. Mereka bisa bekerja dari mana saja asal tuntutan sesuai kontrak atau permintaan klien terselesaikan.
Pekerjaan ini memudahkan bagi mereka yang masih kuliah, ibu rumah tangga, hingga pengangguran. Pekerjaan bisa dilakukan setelah selesai mengerjakan tugas, mengurus anak, atau kapan pun.
Namun meski terdengar menarik, para pekerja WFA, termasuk para penulis ini biasanya kurang memiliki relasi, terutama di dunia nyata.
Bekerja bebas dari mana saja membuat mereka hanya terhubung dengan dunia maya dalam menjalani pekerjaannya. Mulai dari diskusi, rapat, dan lain-lain, semuanya dilakukan serba daring.
Para penulis mungkin memiliki relasi antara sesama penulis, editor, penerbit, hingga klien melalui sirkel daring ini. Namun biasanya, lingkupnya cenderung lebih kecil, sehingga pertemuan dengan orang-orang yang sama dalam grup berbeda biasanya sering terjadi.
Selain itu, akibat dari sirkel yang berasal dari dunia maya ini, mereka jadi tidak punya 'teman kantor' di dunia nyata. Mereka menjadi kesusahan saat ingin 'main' dengan 'teman kantornya'.
Meski hubungan dengan teman-teman sekolah atau kuliah tetap berjalan baik, tapi teman kantor tentu terasa berbeda. Setelah hari yang berat dan berjam-jam di depan laptop, mungkin asyik rasanya bila bisa sekadar minum teh bersama teman kantor.
Meski pertemuan di dunia nyata juga kerap dilakukan penulis, tapi mungkin tidak bisa sering, sehingga bila membutuhkan teman, akan tetap terasa kesulitan karena tidak bisa sewaktu-waktu bertemu.
Akhirnya, meski saat ini telah banyak hal yang dimudahkan dengan hadirnya teknologi, tapi kecanggihan ini tetap tidak bisa menggantikan kehadiran seseorang.
Mendengar suaranya secara langsung, pergi bersama, hingga bekerja bersama sungguhan ternyata menjadi sesuatu yang dirindukan para pekerja WFA.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Gaming hingga Ngonten, 4 HP POCO RAM 8GB Termurah Mulai Rp 1 Jutaan
-
3 HP Realme RAM 12 GB Mulai Rp2 Jutaan, Gesit Buka Banyak Aplikasi Sekaligus
-
Lancar Main Roblox hingga Nugas, 4 Rekomendasi Tablet Mulai Rp1,9 Jutaan
-
Bukan Sekadar 5 Lawan 5, Ada Misi Besar di Lapangan Futsal Axis Nation Cup
-
Tiap Tim Memang Punya Strategi Formasi Futsal yang Berbeda
Artikel Terkait
-
3 Novel Legendaris Karya Penulis Indonesia, Ada Gadis Kretek hingga Lupus
-
Jenjang Karir, Hal Layak yang Tidak Bisa Dimiliki Penulis Berdedikasi
-
Jerih Payah Dibajak, Keuntungan Diraup: Ironi Pahitnya Jadi Penulis di Tengah Maraknya Plagiator
-
Bayaran Rendah, Sisi Gelap Dunia Literasi yang Banyak Dirasakan Penulis
-
Penulis Wattpad Kurang Riset, Sumbangsih Daruratnya Literasi di Indonesia
Kolom
-
Kelly Si Kelinci, Tentang Gerak, Emosi, dan Lompatan Besar Animasi Lokal
-
Etika Komunikasi di Media Sosial: Bijak Sebelum Klik!
-
Guru, Teladan Sejati Pembentuk Karakter Anak Sekolah Dasar
-
Pendidikan di Era Global: Belajar dari Dunia, tapi Tetap Jadi Diri Sendiri
-
Digital Detox: Cara Sehat Menjaga Keseimbangan Hidup di Era Online
Terkini
-
Tutup Pintu untuk Shin Tae-yong, PSSI Justru Perburuk Citra Sendiri!
-
Diperkuat 4 Pemain Diaspora, Ini Skuad Timnas U-17 di Piala Dunia U-17 2025
-
Sama-Sama dari Asia Timur, Pemecatan Masatada Ishii dan STY Ternyata Identik dalam 2 Hal Ini!
-
4 Kegiatan Seru yang Bisa Kamu Lakukan di Jabal Magnet!
-
Novel Ice Flower: Belajar Hangat dari Dunia yang Dingin