Perubahan zaman yang begitu cepat membawa dampak yang signifikan terhadap berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk nilai-nilai moral dan etika.
Jika kita cermati, nilai-nilai seperti adab, sopan santun, etika, dan pembawaan diri yang baik di ruang publik semakin terkikis dan tergantikan oleh sikap bebas dan egois. Fenomena ini patut menjadi perhatian serius karena berpotensi merusak tatanan sosial dan menghambat kemajuan peradaban.
Etika dan adab ibarat fondasi sebuah bangunan. Jika fondasinya lemah, maka bangunan itu tidak akan kokoh dan mudah runtuh. Begitu pula dengan masyarakat. Jika nilai-nilai etika dan adab terus terkikis, maka keharmonisan dan kesejahteraan masyarakat akan sulit terwujud.
Konsep kebebasan yang semakin terbuka sering kali disalahartikan sebagai lisensi untuk bertindak semaunya tanpa mempertimbangkan hak dan perasaan orang lain.
Kebebasan berekspresi, misalnya, kerap disalahgunakan untuk menyebarkan ujaran kebencian, hoaks, atau informasi yang tidak bertanggung jawab. Padahal, kebebasan harus diimbangi dengan rasa tanggung jawab dan kesadaran akan dampak tindakan kita terhadap lingkungan sosial.
Egoisme atau sikap mementingkan diri sendiri semakin menonjol dalam kehidupan sehari-hari. Tuntutan hidup yang serba cepat dan persaingan yang ketat membuat banyak orang cenderung mengutamakan kepentingan pribadi dibandingkan kepentingan bersama.
Akibatnya, empati dan kepedulian terhadap sesama semakin berkurang. Fenomena ini dapat kita lihat dalam berbagai bentuk, mulai dari perilaku tidak peduli terhadap lingkungan sekitar hingga tindakan kekerasan yang terjadi di berbagai tempat.
Perilaku tidak sopan di ruang publik telah menjadi permasalahan yang semakin kompleks di era modern ini. Misalnya, bicara dengan kosakata kasar, nada tinggi, dan maksud mencela yang bertolak belakang dengan nilai-nilai etika yang dahulu dijunjung tinggi.
Jika kita lihat saat ini, setiap orang baik yang belum kita kenal atau yang kita akrabi selalu memiliki gaya bicara kasar yang khas. Umpatan kini seolah menjadi partikel umum yang wajib hadir dalam setiap ucapan kita sehari-hari. Miris.
Pergeseran nilai dalam masyarakat modern telah menyebabkan adab sopan santun yang dulu dianggap penting kini sering dicap sebagai sesuatu yang kuno atau bahkan kampungan.
Pengaruh budaya populer yang menonjolkan individualisme dan kebebasan berekspresi, perkembangan teknologi komunikasi yang cepat, serta proses globalisasi dan westernisasi telah turut berkontribusi pada fenomena ini.
Akibatnya, banyak orang merasa bahwa bersikap sopan santun justru akan menghambat mereka dalam berinteraksi dan bersosialisasi. Padahal, adab sopan santun merupakan fondasi penting dalam membangun hubungan yang harmonis dan masyarakat yang beradab.
Beberapa faktor dapat menjadi penyebab utama terjadinya penurunan etika dan adab di ruang publik. Pertama, kurangnya pendidikan karakter sejak dini. Pendidikan karakter yang memadai dapat menanamkan nilai-nilai moral dan etika pada individu sejak usia dini.
Kedua, pengaruh lingkungan sekitar. Jika individu tumbuh di lingkungan yang kurang memperhatikan etika dan adab, maka kemungkinan besar ia akan meniru perilaku tersebut.
Ketiga, perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat. Media sosial dan internet memberikan kemudahan bagi individu untuk menyebarkan informasi, namun juga membuka peluang untuk melakukan tindakan yang tidak bertanggung jawab.
Konsumerisme yang berlebihan juga menjadi faktor pendorong utama. Orientasi pada materi dan kesuksesan duniawi membuat banyak orang mengabaikan nilai-nilai spiritual dan moral.
Contoh buruk dari tokoh publik juga menjadi faktor yang tidak dapat diabaikan. Perilaku tidak etis yang dilakukan oleh tokoh publik dapat menjadi panutan bagi masyarakat, terutama generasi muda.
Faktor globalisasi juga turut mempengaruhi. Pertukaran budaya yang cepat dan masif dapat menyebabkan hilangnya identitas budaya lokal dan melemahnya nilai-nilai tradisional.
Generasi muda saat ini, dipengaruhi teknologi dan gaya hidup budaya luar lebih populer dengan kebebasan tanpa aturan dan hanya fokus pada diri sendiri dengan dalih peluapan ekspresi diri.
Sayangnya, tujuan positif ini hanya sebagai tameng untuk menutupi sisi negatif kebebasan tanpa batasan dan akhirnya menciptakan suatu era ‘suka-suka gua’ dengan mengabaikan nilai-nilai etika yang sebelumnya dipegang erat oleh masyarakat Indonesia.
Di tengah derasnya arus modernisasi, nilai-nilai luhur seperti etika dan adab seakan terkikis. Kita perlu kembali ke akar, merefleksikan diri, dan bersama-sama membangun masyarakat yang lebih beradab.
Mari mulai dari diri sendiri, dengan tindakan-tindakan kecil seperti membuang sampah pada tempatnya, menghargai antrean, dan menggunakan bahasa yang santun. Setiap individu memiliki peran penting dalam menciptakan perubahan yang lebih baik.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Beradu dengan Realitas, Magang Unpaid adalah Sisi Terselubung Perbudakan?
-
S Line, Garis Merah Menguak Jejak Seksual: Kok Malah Jadi Tren?
-
Fenomena Kondangan Akademik: Dulu Dukungan, Kini Kayak Arisan Sosial?
-
Belajar Hidup dari Anak Kos, Tamat 1000 Pelajaran Hidup di Kota Orang
-
Aturan Cuma Buat Rakyat? Menggugat Hak Istimewa Rombongan Pejabat di Jalan Raya
Artikel Terkait
-
Dharma Pongrekun Usai Dapat Nomor Urut 2: Utamakan Adab, Hindari Saling Jatuh di Pilkada Jakarta!
-
Lampu Jauh Nonstop, Normalisasi Mode Gila Pengendara di Jalan Raya
-
Usai Dapat Nomor 2 di Pilkada Jakarta, Dharma Bicara Pentingnya Adab Selama Masa Kampanye
-
Lepaskan Belenggu, Raih Kebebasan: Makna Mendalam di Balik Lagu 'Run Free' dari Asking Alexandria
-
Kebebasan Pribadi dan Kesetaraan Gender Jadi Alasan Wanita India Pilih Tinggal di Luar Negeri
Kolom
-
Menari Bersama Keberagaman: Seni Pembelajaran Diferensiasi di Kelas Modern
-
Koperasi Merah Putih: Antara Harapan dan Ancaman Pemborosan Dana Rakyat
-
Tugas dan Status: Membedah Jebakan Ganda yang Menguras Mental Pelajar
-
Gaji UMR, Inflasi Gila-gilaan: Mimpi Kemapanan Generasi Z yang Terjegal
-
Gen Alpha Beda dari Kita! Pola Asuh Zilenial Ubah Segalanya
Terkini
-
Kisah Unik Reinkarnasi di Novel Life and Death are Wearing Me Out
-
Perjalanan Menemukan Makna Hidup Sejati di Novel Pencari Harta Karun
-
Sinopsis My Daughter is a Zombie Siap Segera Tayang, Brutal Tapi Kocak!
-
Keren! Rizky Pratama Riyanto Sabet 5 Kali Juara Lomba Video di Karawang
-
Tradisi Perempuan Jepang di Tahun 1930-an di Novel The Makioka Sisters