Pernahkah kamu merasa risih dengan segala macam drama yang muncul selama masa kampanye? Sering kali, kampanye yang dimaksudkan untuk membawa hal positif malah dipenuhi dengan penyimpangan yang sulit dibantah.
Kita semua tahu bahwa politik itu keras dan penuh warna, tapi terkadang, cara-cara yang digunakan untuk meraih kemenangan tidak selalu transparan dan adil.
Janji Manis yang Tak Terwujud
Salah satu bentuk penyimpangan dalam kampanye adalah beri janji manis tapi tak ditepati. Semua calon pemimpin berlomba-lomba menyampaikan janji-janji besar yang katanya bakal mengubah nasib rakyat.
Tapi, setelah mereka terpilih, apa yang terjadi? Banyak janji yang terlupakan, bahkan tak pernah terealisasi. Ini adalah bentuk penyimpangan yang sering terjadi dalam dunia politik.
Kalau sudah terpilih, para politisi ini justru lebih fokus pada kepentingan pribadi atau kelompok tertentu. Tentu saja, hal ini membuat banyak orang kecewa, merasa tertipu, dan akhirnya kehilangan kepercayaan pada sistem politik.
Uang dan Politik: Bukan Rahasia Lagi
Praktik politik uang masih sering terjadi, meski itu sudah jelas melanggar aturan. Dari bagi-bagi uang hingga pemberian sembako, semua dilakukan untuk mendapatkan dukungan di masa kampanye.
Penyimpangan ini tentu bukan hal yang baru bagi kita, karena meskipun sudah ada aturan yang melarangnya, nyatanya praktik semacam ini terus berlangsung. Banyak kandidat yang rela mengeluarkan uang dalam jumlah besar demi memenangkan hati pemilih.
Hal ini menunjukkan betapa kotor dan curangnya sistem politik kita, yang mengandalkan uang untuk mempengaruhi pilihan masyarakat, bukannya program kerja yang jelas dan tepat sasaran.
Penyebaran Hoaks: Bikin Kampanye Jadi Kotor
Di era digital seperti sekarang, kegiatan kampanye nggak cuma berlangsung di jalanan atau di depan panggung debat, tapi juga di dunia maya. Nah, di sinilah penyimpangan paling parah sering terjadi.
Penyebaran hoaks atau informasi palsu yang mengarah pada pencemaran nama baik lawan politik menjadi salah satu cara yang digunakan untuk meraih suara.
Kadang, ada-ada saja calon yang merasa bahwa dengan menyebar fitnah atau berita bohong tentang lawannya, mereka bisa mendapatkan simpati dari pemilih. Padahal, tindakan ini jelas melanggar etika politik dan hukum yang berlaku.
Politik Identitas: Menebar Kebencian demi Keuntungan
Masih banyak kita temui, kampanye yang mengandalkan politik identitas untuk meraih simpati. Menggunakan isu SARA sebagai alat untuk memecah belah masyarakat demi mendapatkan dukungan politik adalah salah satu bentuk penyimpangan yang paling memprihatinkan.
Padahal, politik seharusnya mengutamakan persatuan dan kesatuan, bukan malah menebar kebencian antar kelompok. Sayangnya, masih ada beberapa oknum yang memilih jalan pintas dengan memanfaatkan perbedaan untuk meraih kekuasaan.
Penyimpangan dalam masa kampanye politik bukanlah hal yang baru. Meski kita tidak bisa menghindari kenyataan ini, kita bisa memilih untuk lebih kritis dan cerdas dalam menyaring informasi yang ada.
Jangan sampai kita hanya menjadi penonton dalam permainan politik ini, tapi jadilah pemilih yang bijak yang tidak mudah terjebak dalam penyimpangan yang ada. Karena, pada akhirnya, kita semua yang akan merasakan dampaknya.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Korupsi 300 T, Harvey Moeis Cuma Divonis 6,5 Tahun Penjara: Sebuah Ironi Peradilan!
-
Lunturnya Kearifan Lokal: Salah Siapa, Teknologi atau Kita?
-
Jam Kosong di Sekolah, Bukti Nyata Krisis Disiplin dalam Dunia Pendidikan
-
Realita di Balik Kerja Work From Anywhere: Enak atau Malah Ribet?
-
Anak Muda Indonesia, Kenapa Banyak yang Tak Mau Jadi Petani?
Artikel Terkait
-
Kuba Tak Lagi Teroris bagi AS: Peran Paus Fransiskus dan Pembebasan Tahanan Politik
-
Anggap Demokrasi Indonesia Makin Hari Makin Mahal, DPD Dukung Pembuatan Omnibus Law Politik
-
Senam Politik Megawati di Era Perburuan Banteng
-
Indonesia Gabung BRICS, Apa Untungnya Bagi Kita?
-
Megawati Pimpin Langsung Perayaan HUT ke-52 PDI Perjuangan
Kolom
-
Etika Media Sosial yang Harus Dimiliki Anak Muda di Lingkungan Kerja
-
Konflik Ambigu dan Tak Lulus Sensor, Memang Tak Semua Penulis Bisa Menulis
-
Apakah Media Sosial Merusak Citra Profesional Anak Muda?
-
Harga Gas LPG 3 Kg Naik Rp2.000, Rakyat Kecil Makin Menjerit!
-
Korupsi 300 T, Harvey Moeis Cuma Divonis 6,5 Tahun Penjara: Sebuah Ironi Peradilan!
Terkini
-
Punya 3 Caps Timnas Belanda, Apakah Jairo Riedewald Masih Bisa Bela Timnas Indonesia?
-
Ahgase Merapat! GOT7 Siap Gelar Konser 'NESTFEST' di Seoul Bulan Februari
-
Menelusuri Pantai Suluban, Pesonanya bak Surga Tersembunyi di Bali
-
Joy Red Velvet Dikonfirmasi Perpanjang Kontrak dengan SM Entertainment
-
Film Nosferatu Siap Tayang di Bioskop Indonesia Mulai Februari 2025