Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Rizky Pratama Riyanto
Ilustrasi Makan Bergizi Gratis. [Suara.com/Iqbal Assaputro]

Beredar video di media sosial yang menampilkan para siswa mendapatkan makanan dari pemerintah yang merupakan wujud dari Program Makan Bergizi Gratis (MBG) ini mendapatkan tanggapan negatif dari konsumen dan netizen. 

Hal ini tentu membuat ricuh dunia maya hingga memunculkan rasa khawatir dari orang tua kepada anaknya. Sebab beberapa siswa ketika diwawancarai oleh reporter, mereka merasa bahwa ada yang mengatakan makanan yang enak itu hanyalah jeruk dari sekian banyak jenisnya, dagingnya keras, dan berbagai keluhan lainnya yang disampaikan.

Sebenarnya jika dikaitkan dengan rasa syukur dan tanggapan makanan yang diberikan kurang enak, mari kita ulik lebih dalam. Dari berbagai perspektif yang ada dan jawab satu per satu. 

"Ada teman saya di pemerintahan dia bilang, kita bingung loh mau ngatur makan siang di semua sekolah seperti itu. Kalau saya langsung selesai, caranya gimana? duitnya berapa? kasih ke emaknya masak sesuai yang anaknya suka, tinggal sekolah kasih menu. Lu masih ada daging masih ada apa dan lain-lain, kalau nggak duitnya gua cabut," ucap Ahok.

Bila kita melihat pemikiran secara kritis memang cukup praktis sekali dibandingkan pemerintah harus mengeluarkan anggaran yang berlebih. Tetapi, ada juga dampak negatif yang harus diwaspadai seperti dana yang diberikan tidak digunakan sesuai tujuan dan kurangnya pengawasan. 

Dikhawatirkan orang tua menyalahgunakan dana tersebut bukan memenuhi kebutuhan anaknya. Justru malah menggunakannya untuk membeli kebutuhan lain, seperti membayar utang, cicilan, dan kebutuhan rumah tangga.

Tanpa disadari oleh kita, masih banyak sekali orang tua yang seperti itu. Bahkan, memang sering kali terjadi. Tentu ini menjadi salah satu efek negatif yang ditimbulkan dari tanggapan Ahok mengenai Program Makan Bergizi Gratis tersebut.

Setelah itu, ada pula tanggapan lain yang dilontarkan oleh Deddy Corbuzier mengenai Program Makan Bergizi Gratis melalui Instagram miliknya. Ia juga menyampaikan beberapa kontroversi yang membuat dirinya ingin marah-marah.

"Ada satu video yang gua liat, ada anak ngomong ayamnya kurang enak. Kurang enak pala lu PEA kurang enak ayamnya. Anak gua, Azka dari dulu ikut gua syuting dimana-mana yang gua kasih makan adalah makanan box yang ada disana yang buat semua orang. Dan kalau dia ngomong sama gua, Pak gak enak aku mau yang lain. Gue tabok, tanya anaknya gue tabok. Makan kamu, ini makanan ini sehat. Semua orang makan seperti ini," ungkap Deddy Corbuzier dengan tegas.

Dari tanggapan yang diucapkannya, Deddy secara tidak langsung mengajarkan rasa bersyukur kepada anaknya dan seluruh netizen yang menonton video tersebut. Meski begitu, ada dampak negatif yang dikhawatirkan yaitu seperti membuat merasa takut, cemas, dan trauma sehingga bisa terkena psikologis pada anak. 

Menurut pandangan saya, siswa tidak merasa bersyukur bila mengeluh akan makanan yang diberikan dibanding-bandingkan dengan makanan yang mewah. Padahal program tersebut sudah jelas memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan anak hingga meningkatkan kesehatan dan bukan untuk memanjakan lidah. 

Poin penting yang tidak boleh terlewatkan adalah bahwa keluhan yang diberikan juga bisa menjadi bersifat konstruktif, seperti kurang enaknya makanan dari kualitas atau rasa. Kritik ini bukan berarti tidak bersyukur, justru bisa menjadi masukan bagi pemerintah atau penyelenggara Program Makan Bergizi Gratis. 

Oleh karena itu, program ini perlu dilakukan evaluasi secara berkala agar menorehkan tanggapan positif dari berbagai pihak. Netizen pun diharapkan untuk tidak menyebar keluhan seperti ini secara berlebihan hingga mencaci maki. Etika dan tata krama tetap digunakan dalam mengkritik, jadilah pribadi yang sopan dan bijak ketika berperilaku. 

Rizky Pratama Riyanto