Dalam dunia kecerdasan buatan, OpenAI dengan ChatGPT telah lama dikenal sebagai chatbot AI yang unggul dalam percakapan alami. Namun baru-baru ini, DeepSeek, startup AI asal China mulai ramai diperbincangkan di media sosial. Banyak pengguna yang membandingkannya dengan ChatGPT, bahkan menyebutnya sebagai "saingan berat" dalam dunia AI. DeepSeek, mulai menarik perhatian dengan klaim efisiensi yang lebih tinggi serta biaya yang jauh lebih rendah.
Lantas, mana yang lebih baik untuk digunakan? Apakah DeepSeek siap menggantikan ChatGPT, atau ChatGPT masih menjadi raja di dunia chatbot? Mari kita telusuri lebih dalam.
Biaya & Ketersediaan
Salah satu faktor yang paling mencolok dalam perbandingan ini adalah biaya penggunaan. Baik ChatGPT maupun DeepSeek menawarkan versi gratis yang memungkinkan pengguna untuk mengakses layanan dasar mereka.
Namun, jika berbicara tentang biaya berlangganan, DeepSeek jelas lebih unggul dalam hal keterjangkauan. Paket berbayar ChatGPT dimulai dari $20 per bulan, sementara DeepSeek hanya membebankan biaya sekitar $0.50 per bulan. Selain itu, biaya operasional DeepSeek diklaim jauh lebih murah, dengan tarif dasar yang disebut-sebut 27,4 kali lebih hemat dibandingkan OpenAI o1.
Kelebihan & Kelemahan
DeepSeek sangat unggul dalam menghasilkan kode pemrograman seperti Python dan Java serta dalam menyelesaikan persamaan matematika yang kompleks. Kemampuannya dalam memberikan jawaban yang lebih teknis dan analitis membuatnya menjadi pilihan utama bagi para pengembang dan mahasiswa yang membutuhkan solusi berbasis logika dan pemrograman.
Di sisi lain, ChatGPT lebih baik dalam menciptakan narasi, humor, dan materi pemasaran. Dengan kemampuan yang lebih baik dalam memahami konteks dan mengolah percakapan, ChatGPT menjadi pilihan ideal bagi mereka yang mencari chatbot dengan nuansa lebih manusiawi dan interaktif.
Meski demikian, terdapat perbedaan mendasar dalam kebijakan serta batasan yang diterapkan pada masing-masing chatbot. DeepSeek, sebagai produk buatan China, memiliki keterbatasan dalam menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan isu politik atau topik sensitif yang melibatkan pemerintah China.
Misalnya, ketika ditanya mengenai hubungan Presiden China Xi Jinping dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, chatbot ini langsung menutup percakapan dan mengarahkan pengguna untuk berbicara tentang matematika, pemrograman, atau logika saja.
Sebaliknya, ChatGPT lebih bebas dalam memberikan jawaban terkait topik global, meskipun OpenAI sendiri juga menghadapi berbagai tuntutan hukum terkait hak cipta dan perdebatan mengenai transparansi data.
Jadi, Chatbot Mana yang Harus Kamu Pilih?
Jawabannya bergantung pada kebutuhan pengguna. Jika seseorang memerlukan alat yang mampu memberikan jawaban teknis yang efisien, terutama dalam bidang matematika, pemrograman, atau penalaran logis, maka DeepSeek adalah pilihan yang tepat. Namun, bagi mereka yang lebih mengutamakan interaksi percakapan yang lebih alami, kreatif, serta mampu mengikuti perkembangan berita global, ChatGPT tetap menjadi pilihan unggulan.
Pada akhirnya, tidak ada jawaban mutlak tentang chatbot mana yang lebih unggul. DeepSeek menawarkan efisiensi dan harga yang lebih murah, sementara ChatGPT tetap mempertahankan posisinya sebagai chatbot AI yang lebih unggul dalam percakapan sehari-hari. Pengguna dapat memilih berdasarkan kebutuhan spesifik mereka, karena kedua chatbot ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Bagaimana menurut Kamu, apakah DeepSeek sudah mampu menggantikan dominasi ChatGPT?
Baca Juga
-
Deforestasi: Investasi Rugi Terbesar dalam Sejarah Pembangunan Indonesia
-
Topeng Ceria Korban Bullying: Mengapa Mereka Tampak Baik-Baik Saja?
-
Banjir Aceh-Sumatera: Solidaritas Warga Lari Kencang, Birokrasi Tertinggal
-
Bahasa Kita Membentuk Dunia: Ubah Cara Bicara, Ubah Lingkungan
-
Ternyata, Pelaku Bullying Itu Bukan Selalu Orang Jahat: Kenapa Orang Baik Ikut Terlibat?
Artikel Terkait
-
DeepSeek: Startup AI Baru dari China yang Diklaim Menyaingi OpenAI
-
Kumpulan Diskon dan Promo Imlek 2025, Jajan Murah di Tahun Baru China
-
DeepSeek Guncang Pasar Modal AS, Saham Nvidia Anjlok
-
Publik Bandingkan Investasi DeepSeek dengan eFishery, Nilainya Beda Jauh
-
5 Film China Terbaru di Netflix, Cocok Ditonton saat Libur Imlek
Kolom
-
Deforestasi atas Nama Pembangunan: Haruskah Hutan Terus jadi Korban?
-
Raja Ampat Dijaga dari Wisatawan, Eksploitasi Masih Mengintai
-
Remaja, Keranjang Oranye, dan Ilusi Bahagia Bernama Checkout
-
Terperangkap Bayang-Bayang Patriarki, Laki-Laki Cenderung Lambat Dewasa
-
Marissa Anita dan Perfeksionisme: Tak Ada Ruang untuk Setengah-Setengah
Terkini
-
Yoon Bomi Apink Tulis Surat untuk Penggemar, Ungkap Rencana Pernikahan dengan Rado
-
Review Drakor Oh My Ghost Client: Kisah Jung Kyung Ho Jadi Pengacara Hantu
-
Bakal Tentukan Pelatih Anyar dalam Waktu Dekat, PSSI Harus Belajar dari Kasus STY dan Indra Sjafri
-
4 Rekomendasi Tablet RAM 8 GB Murah 2025, Spek Gahar dengan Harga Mulai Rp 2 Jutaan
-
Penunjukan Eks Tim Mawar Jadi Dirut ANTAM Tuai Kritik Keras dari KontraS