Hidup di era serba cepat ini, media sosial menjadi medium yang tak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Hampir setiap aktivitas manusia dalam sehari, ada yang banyak menghabiskan waktunya hanya untuk menikmati media sosial.
Dari fenomena yang terjadi, mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi, jari jemari kita tak lepas dari layar ponsel. Baik itu digunakan untuk menjelajahi linimasa, mencari informasi, mencari hiburan, atau hanya sekadar mau eksis di media sosial.
Namun, pernahkah kita bertanya kepada diri sendiri, sebenarnya apa tujuan kita bermedia sosial? Apakah untuk mencari hiburan, eksistensi, atau malah terjebak dalam tuntutan yang tak ada habisnya?
Candu yang menyenangkan
Oke, mari kita mulai dulu dari sisi yang menyenangkan saat bermedia sosial. Bayangkan, kita bisa terhubung dengan teman-teman yang sudah lama tak pernah berjumpa, atau bisa juga mencari informasi dari berbagai belahan dunia tentang peristiwa yang terjadi, atau bisa pula mencari berbagai tutorial seperti resep makanan, dan yang lainnya.
Media sosial juga memungkinkan kita bisa mengekspresikan diri, melakukan berbagai kreativitas, atau hanya ingin menikmati hiburan dengan mencari konten-konten lucu yang beredar di dunia maya.
Buka hanya itu, media sosial juga dapat menjadi ladang bisnis yang menjanjikan. Saat ini, ada banyak orang yang sukses mempromosikan produk mereka lewat media sosial. Ada juga yang menjadi influencer yang berhasil meraup pundi-pundi rupiah lewat konten-konten mereka.
Singkatnya, media sosial menawarkan berbagai keuntungan yang dapat kita manfaatkan untuk kehidupan yang lebih baik.
Tuntutan yang melelahkan
Namun, di balik kesenangan itu, ada sisi gelap yang tak bisa kita abaikan. Media sosial juga bisa menjadi sumber stres dan kecemasan yang tak berujung.
Kita bisa saja dituntut untuk selalu tampil sempurna di media sosial, memamerkan kehidupan yang bahagia, sukses, dan tanpa masalah. Tapi sayangnya, tidak semua orang seberuntung itu.
Belum lagi, jika terjebak dalam perbandingan yang tidak sehat. Di media sosial, kita bisa menyaksikan orang-orang berlibur ke luar negeri, membeli rumah dan mobil, dan mencapai kesuksesan mereka di usia muda.
Nah, jika ada tuntutan untuk membandingkan dengan mereka, bisa saja akan dilanda rasa cemas dan merasa tidak pernah menghargai diri sendiri.
Lebih parahnya lagi, jika penggunaan media sosial tak ada hentinya dalam sehari, tentu itu bisa merusak kesehatan mental maupun fisik. Seperti mata mulai terganggu, dan kepala bisa saja jadi pusing jika terlalu lama menatap layar ponsel.
Lalu, apa kesimpulannya?
Lantas, apakah media sosial itu candu yang menyenangkan atau tuntutan yang melelahkan? Jawabannya, tergantung kita menyikapinya.
Jika kita bijak dalam menggunakan media sosial, menjadikannya sebagai tempat belajar, medium komunikasi yang sehat, dan menjadi sarana untuk berkembang, maka tentu media sosial menjadi candu yang menyenangkan.
Namun, jika terpaku pada validasi orang lain, terjebak dalam perbandingan yang tidak sehat, atau bahkan kecanduan, maka media sosial akan menjadi tuntutan yang melelahkan.
Oleh karena itu, marilah kita gunakan media sosial secara bijak. Janganlah kita mau dikendalikan oleh media sosial, tetapi kitalah yang seharusnya mengendalikannya.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Galaxy Z Fold 7: HP Lipat Super Tipis yang Bikin Dompet Gak Tipis
-
6 Ban Belakang Scoopy yang Enggak Cuma Bulat, Tapi Bikin Hidup Lebih Lancar!
-
Cara Gampang Cek iPhone Bekas 2025: Jangan Sampai Kena Zonk
-
5 HP Anti Air dan Debu Paling Tahan Banting, Cocok Buat Kamu yang Aktif!
-
3 Motor Legendaris Bapak-Bapak: Awet dan Hemat BBM
Artikel Terkait
-
Meninggalnya Kim Saeron, Bahaya Media Sosial yang Harus Diinstrospeksi
-
Rahasia Gelap Dunia Maya: 13 Persen Anak Indonesia Punya Akun Media Sosial Tersembunyi dari Orang Tua
-
74 Persen Anak Indonesia Pakai Gawai Tanpa Pengawasan, Saatnya Orang Tua Lebih Terlibat
-
Soal Tagar #KaburAjaDulu, Ketua Komisi XIII DPR: Nggak Usah Baper, Rezim Sudah Berganti
-
Meta Garap Fitur Baru yang Bisa Menautkan Akun Medsos ke WhatsApp
Kolom
-
Justice for Tom Lembong: Teriakan Netizen yang Tak Bisa Diabaikan
-
Quarter Life Crisis: Suara Hati Generasi Muda dalam Badai Ketidakpastian
-
Sound Horeg: Ketika Hiburan Jalanan Menggeser Budaya dan Merusak Ketertiban
-
Aksi Sosial atau Ajang Branding? Menelisik Motif di Balik Amal Publik
-
Tarif Nol, Kedaulatan Hilang: Dilema Tembaga dalam Perjanjian Indonesia-AS
Terkini
-
4 Acne Patch Atasi Jerawat Bernanah, Harga Terjangkau di Bawah Rp30 Ribuan!
-
Review Film Smurfs: Petualangan Baru dan Sihir yang Nggak Lekang Oleh Zaman
-
Nasib Belum Jelas, Klub Hellas Verona Incar Kiper Timnas, Emil Audero
-
Ulasan Novel Strange Houses: Misteri Dibalik Denah Rumah Aneh
-
Erick Thohir Akui Siap Dikritik soal Performa Timnas Indonesia